Satu minggu kemudian….
Hari Pernikahan
Sekarang, Sadiyah telah berubah statusnya dari perempuan single menjadi istri dari seorang Kagendra. Pagi tadi Kagendra dengan lancar mengucapkan akad nikah di hadapan penghulu dan para saksi.
Setelah mereka menandatangani surat nikah mereka, MC akad nikah pagi itu mengarahkan sang pengantin wanita untuk mencium punggung tangan pengantin pria. Kagendra menatap Sadiyah yang sedang mencium punggung tangannya dengan tatapan dingin.
“Cium dong pengantin perempuannya” seru salah seorang kerabat keluarga mereka.
Dengan engan Kagendra mencium kening Sadiyah, istri yang baru dinikahinya itu.
Sadiyah masih belum berani mengangkat kepalanya karena masih malu. Ia tidak menyangka bahwa sekarang ia telah menjadi istri dari seorang pria yang ia tidak kenal sama sekali. Bahkan Sadiyah merasa takut kepada Kagendra karena insiden penyoknya mobil milik Kagendra itu.
Kemudian MC, mengarahkan kedua pengantin baru itu untuk sungkem pada orangtua mereka. Kagendra dan Sadiyah sungkem pertama kali pada Aki Musa.
Aki Musa memeluk dan mencium kening Kagendra dengan rasa sayang yang membuncah.
“Aa, terima kasih sudah mewujudkan impian Aki. Aki do’akan agar pernikahan dan rumah tangga Aa diberkahi oleh Allah.” ucap Aki Musa sambil memeluk cucu kesayangannya itu.
Setelah memeluk Kagendra, Aki Musa kemudian memeluk cucu menantunya, Sadiyah.
“Iyah, terima kasih telah mewujudkan mimpi Aki dan Aki Idi. Sekarang Aki sudah tidak ada ganjalan lagi. Kalaupun sekarang Aki dijemput malaikat maut, Aki ikhlas karena sudah mewujudkan janji Aki dan Aki kamu.” ucap Aki Musa sambil menyusut air mata yang terus mengalir dari matanya.
Sadiyah tak tahan untuk tidak menangis. Ia teringat dengan Akinya, Ayahnya dan juga Ibunya.
Setelah sungkem pada Aki Musa, Kagendra dan Sadiyah sungkem pada kedua orangtuanya, Yusuf dan Indriani. Dan terakhir, mereka sungkem pada Rostita dan Darmawan.
“Aa, tolong bahagiakan keponakan Bibi ya.” pinta Rostita kepada Kagendra ketika Kagendra sungkem padanya.
Kagendra menjawab dengan anggukan kepalanya.
“Neng Iyah, sampai sini tanggung jawab Bi Ita sama kamu. Tapi bukan berarti Eneng tidak bisa lagi meminta bantuan pada Bibi. Neng Iyah selamanya akan menjadi keponakan kesayangan Bi Ita.” Rostita memeluk Sadiyah dengan erat. Sadiyah semakin tidak bisa menahan laju air matanya. Ia berusaha sekuat tenaga untuk meredam tangisannya.
“Do’akan Iyah supaya bisa menjalani pernikahan ini ya Bi.” pinta Sadiyah.
“Bi Ita akan selalu mendo’akan yang terbaik buat Neng.” jawab Rostita.
Setelah acara akad selesai, mereka menyantap jamuan yang tersedia. Rencananya resepsi pernikahan mereka akan dilaksanakan satu bulan lagi di ballroom sebuah hotel.
Acara akadnya hanya dihadiri oleh keluarga besar dari masing-masing. Adik laki-laki Sadiyah yang sedang belajar di luar negeri, menyempatkan untuk pulang dan menyaksikan pernikahan kakak perempuannya. Beruntung sekarang adalah waktu libur dari kuliahnya sehingga Gilang, adik laki-laki Sadiyah ini bisa juga menghadiri acara resepsi yang akan dilaksanakan bulan depannya.
************
Sadiyah baru saja selesai mandi. Ia memakai pakaian tidur favoritnya sepanjang masa, daster. Rambutnya masih basah dan digulung oleh handuknya. Ketika ia sedang mengeringkan rambut basahnya dengan handuk, Kagendra masuk ke dalam kamarnya.
“Astaghfirulloh.” pekik Sadiyah kaget karena mendapati seorang laki-laki masuk ke dalam kamarnya. Refleks Sadiyah menutup rambut sebahunya dengan handuk.
Kagendra tampak sudah mandi, terlihat dari rambutnya yang basah dan wajahnya yang terlihat lebih segar. Kagendra juga sudah mengganti pakaiannya dengan kaos oblong dan celana training.
“Aa masuk kesini kenapa tidak ketuk pintu dulu?. Saya kan kaget jadinya.” protes Sadiyah sambil mencari-cari jilbab instannya.
Setelah menemukan jilbab instannya, Sadiyah dengan segera memakainya.
“Kenapa kamu memakai jilbab di hadapan saya. Saya ini sekarang sudah jadi suami kamu. Saya berhak melihat semua aurat kamu.” ujar Kagendra dingin.
“Saya malu, A.” cicit Sadiyah.
“Cih…” dengus Kagendra.
“Buka jilbab kamu!” perintah Kagendra.
Sadiyah masih diam termangu.
“Rambut kamu masih basah. Nanti rambut kamu rusak kalau langsung ditutup. Lagian ngapain malam-malam kamu keramas segala. Mau pamer sama keluarga kamu?” tanya Kagendra sinis.
“Pamer apa, A?” tanya Sadiyah heran.
“Ah sudahlah. Saya ngantuk dan capek. Saya mau istirahat.” ujar Kagendra ketus.
Kagendra menjatuhkan badannya di kasur Sadiyah yang tidak terlalu besar.
“Nanti saya tidur di mana, A?” tanya Sadiyah setelah melihat badan Kagendra yang besar dan menghabiskan banyak tempat.
Kagendra menggeser tubuhnya sedikit dan memberikan tempat yang sedikit lebih luas dibandingkan sebelumnya.
Sadiyah ragu-ragu untuk berbaring di samping Kagendra tapi tubuhnya yang lelah tidak bisa dikompromikan lagi. Sadiyah berbaring di samping Kagendra dengan masih memakai jilbab yang menutupi rambutnya, ia masih malu untuk membuka aurat di depan suaminya itu. Biarlah rambut basahnya tidak akan kering dengan cepat dan beresiko rambutnya akan berbau tidak enak karena lembab.
Suhu udara di daerah dataran tinggi yang dingin membuat Sadiyah bergerak dalam tidurnya untuk mencari kehangatan. Tanpa sadar tubuh Sadiyah merapat mencari kehangatan dari tubuh pria di sampingnya. Sadiyah semakin mengeratkan tubuhnya dan memeluk tubuh pria yang tidur di sampingnya.
Tubuh Kagendra berbalik menghadap Sadiyah. Tangannya refleks memeluk tubuh Sadiyah. Ternyata tubuh Kagendra yang kedinginan juga mencoba mendapatkan kehangatan dari tubuh perempuan yang tertidur di sampingnya.
Sekarang Kagendra dan Sadiyah tidur saling berhadapan dan saling memeluk. Sadiyah membenamkan wajahnya di dada Kagendra yang hangat. Sedangkan Kagendra membenamkan wajahnya di tengkuk Sadiyah yang sedikit terbuka karena jilbab yang dipakainya tersingkap.
***************
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 176 Episodes
Comments