"Mbak Maura...."
"Mbak...."
"Mbak, di mana?"
Mira mencari sahabatnya ke seluruh penjuru rumah. Dia sangat mengkhawatirkan keadaan Maura, setelah pertemuan tadi. Dia juga tidak bisa fokus pada pekerjaannya, bahkan sempat membentak Rayyan yang selalu memaksa meminta bantuan.
''Ada apa, Mira?"
Suara Maura mengalihkan atensi gadis itu. Dia bernafas lega melihat keadaan sang sahabat yang baik-baik saja.
''Kenapa kamu terlihat panik seperti itu?" tanya Maura dengan kening yang berkerut.
''Syukurlah, Mbak baik-baik saja.''
''Kamu itu kenapa kok aneh begitu?" Maura mengulang pertanyaannya dengan gemas.
"Enggak apa-apa. Aku cuma khawatir sama mbak."
''Oh ya, tadi ada orang kemari gak, Mbak?"
Wanita itu terdiam sejenak.
''Tidak ada, memangnya siapa?''
Maura memutuskan untuk tidak memberitahu perihal kedatangan ibu Emran. Karena menurutnya itu tidak penting. Dia memilih menyembunyikan masalahnya sendiri.
''Masa sih?" tanya Mira setengah tidak percaya.
''Iya, Mira. Tadi aku langsung tidur setelah menyelesaikan sesi konsultasi sama pasien. Dan baru bangun mendengar suaramu yang mirip toa masjid itu."
Maura masih melakukan pekerjaannya di rumah. Hanya melayani para pasien yang pernah konsultasi kepadanya dan pasien yang sudah memiliki jadwal sebelum kecelakaan itu terjadi, secara online.
Gadis itu hanya menunjukkan deretan gigi putihnya. Akan tetapi, dia merasa bersyukur dalam hati, si Nyonya tidak mendatangi tempat tinggalnya.
''Tapi buat apa Nyonya Divia tanya-tanya alamat segala, kalau gak di samperin. Mungkin dia sedang sibuk. Atau mungkin dia akan mendatangi lain hari?" pikirnya.
...----------------...
Tanpa terasa satu bulan sudah, Maura menjalani masa pemulihannya. Kini, tangannya sudah terbebas dari belitan yang membalut selama beberapa waktu. Dia juga sudah bisa menjalani aktivitas normal seperti biasa.
''Maura, kau sudah masuk. Bagaimana kondisi tanganmu? Apa sudah baikan." Emran menyapa seorang gadis yang hendak memasuki ruangannya.
''Sudah lebih baik, meskipun masih harus menjalani fisioterapi," jawab Maura sekenanya.
Wanita itu berusaha menjaga jarak dari pria ini. Kedatangan Divia tempo lalu telah menyadarkan dirinya akan tujuan utamanya datang ke kota ini. Maura akui, dia sempat terlena akan sikap dan perhatian Emran. Dia juga tidak ingin mengecewakan orang tua angkatnya bila sampai dipecat dari pekerjaannya.
''Saya masih ada pekerjaan. Permisi."
Tanpa menunggu jawaban dari pria itu, Maura segera memasuki ruangannya.
Perubahan drastis sikap wanita itu berhasil membangkitkan kebingungan dalam benak Emran. Terakhir bertemu Maura sore itu, sikapnya masih seperti biasa, bercanda dan tertawa bersama, bahkan hubungan mereka terasa semakin dekat dari sebelumnya. Memudarkan kecanggungan diantara mereka.
Sore itu memang hari terakhir Emran menemui Maura. Karena keesokannya, dia ditugaskan oleh sang ayah untuk membantu sang adik mengurus masalah perusahaan yang ada di luar negeri, hingga dia harus mengesampingkan tugasnya sebagai tenaga kesehatan. Masalah yang ia kira hanya masalah sepele, ternyata cukup serius hingga mengharuskan dirinya berada disana selama satu bulan penuh.
''Ada apa dengannya? Apa dia marah karena aku tak pernah datang mengunjunginya?" Dia hanya mematung menatap pintu yang tertutup rapat
''Mungkin dia sedang banyak pekerjaan,'' batinnya sebelum pergi.
...----------------...
''Mari makan siang bersamaku," ajak Emran saat tanpa sengaja berpapasan dengan Maura di koridor menuju kantin rumah sakit.
Maura yang tak memperhatikan sekitar pun merasa terkejut mendengar suara dingin itu. Dia langsung mengalihkan perhatiannya ke asal suara.
''Eh, Dokter."
''Makan siang bersamaku." Emran mengulang ucapannya dengan sorot lebih dingin.
Wanita berambut sebahu itu hanya bisa menggigit bibir bawahnya, memikirkan alasan untuk menolak ajakan Emran. Seolah alam merestui niatnya, tanpa disengaja matanya menangkap bayangan pria jangkung menghampiri dirinya.
Maura langsung menggaet lengan kekarnya, lalu mendekapnya erat.
''Saya sudah ada janji dengan Dokter Rayyan."
''Apa ini, Ra. Janji apa?'' tanya Rayyan yang belum memahami situasi sekitar.
''Janji tadi pagi, Dokter Rayyan. Masa dokter lupa," ucap Maura dengan merapatkan gigi.
Dia bergerak lebih dekat hingga tidak jarak antara tubuhnya dengan tubuh pria yang menjadi kambing hitamnya. Dia mencubit pelan pinggang Rayyan agar mau mengiyakan ucapannya.
Rayyan hanya bisa mendesis sembari menatap gadis yang tengah melotot di sampingnya.
''Eh, i-iya.... Untung kau ingatkan, Ra. Maklum tadi banyak pasien yang lumayan cerewet hingga membuatku stres sampai dibawa kemari."
''Ya udah yuk, perutku juga sudah lapar." Rayyan langsung menarik tangan Maura menjauhi Emran yang tengah memasang wajah keruh.
Saat berada jauh dari jangkauan Emran, Maura langsung menarik paksa tangannya, lalu berjalan mendahului pria itu.
''Loh, Ra. Kok di lepas," ucap Rayyan yang tidak terima belitan tangan lembut itu terlepas darinya
''Sandiwara udah selesai. Makasih udah mau bantuin aku."
''Oh, hanya sandiwara,'' beo Rayyan.
Terselip kekecewaan dalam ucapannya tapi dia berusaha menampilkan raut sebiasa mungkin.
''Maafkan aku, Ray. Karena telah melibatkan dirimu ke dalam masalahku bersamanya." Gadis itu berucap dengan tatapan sendu ke depan.
''Its okey. No problem. Apa sih yang enggak buat Maura ku tersayang. Abang ganteng rela menjadi tameng untuk dikau."
Maura berdecak sebal mendengar gombalan itu.
''Sudahlah! Simpan saja bualanmu itu untuk wanita lain. Gak ngaruh buatku."
''Oke-oke, tidak lagi. Tapi makan siang barengnya harus jadi. Anggap itu sebagai upah atas jasaku."
''Iya....''
...----------------...
Mudah dipahami, 'kan? bahasanya terlalu ribet. maafkan diriku ini yang gak terlalu mood buat nulis, tapi si Otak menuntut harus up sebelum hilang di tempatnya. Terima kasih juga buat kalian yang selalu menunggu kelanjutan cerita receh dari aku ini. Semoga tidak bosan ya....
Jangan lupa ritual wajibnya like, ❤️ , komentar. Sebar bunga kalian ke lapakku ini sampai wangi, biar wanginya bisa kemana saja-mana.
See you next part....
Babay....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments
Daniela Whu
Maura kurang tegas
2023-01-16
2
Evi
terimakasi Thor ud up hari ini??
2022-11-03
1