Revenge Of The Hidden Heir

Revenge Of The Hidden Heir

Kota Florence

Di sebuah negara italia terdapat keluarga kecil yang mendirikan rumah sederhana di pinggiran kota Florence.

Pemilik rumah itu memiliki seorang istri yang cantik serta anak laki-laki yang cukup tampan dan cerdas.

Pada malam hari, sang istri tengah menunggu kepulangan anaknya, saat sang anak masuk, ia mendekat lalu mengelus pundak anaknya "Leo, kenapa kamu pulang selarut ini?, mama sudah memperingati mu untuk tidak perlu bekerja lagi," ucap Alesa sambil mengusap bahu Leo.

Leo menghela napas pelan, "Ma, Leo bisa mengatasi masalah pekerjaan sekaligus dengan tugas kampus, percayalah pada Leo," ucap Leo mencoba meraih kepercayaan Alesa.

Mendengar itu Alesa menghembuskan nafasnya, ia memeluk sang putra dan menyalurkan rasa hangat agar putranya tetap kuat untuk menghadapi kejamnya dunia.

Alesa sangat mengetahui jika Leo bekerja keras untuk menghidupi keluarganya, bahkan sejak sekolah menengah, Leo sudah mencari pekerjaan agar bisa membiayai sekolahnya sendiri.

Jika mengingat itu, Alesa sangat ingin mengeluarkan air matanya, tapi ia tidak boleh memperlihatkan sisi lemahnya dihadapan Leo.

Sedangkan Leo membalas pelukan Alesa dengan sangat erat "sekarang pergilah ke dapur, mama sudah menyiapkan berbagai makanan" ucap Alesa sambil melepas pelukannya dan mengelus kepala sang putra.

Leo juga melepas pelukannya, baginya mama adalah sumber energi dan penyemangat dikala dirinya sedang menghadapi cobaan yang begitu berat.

"Oh iya ma, kenapa daritadi Leo tidak melihat papa?," tanya Leo sambil menoleh ke kanan dan kekiri.

"Papa ada didalam kamar, dia sedang beristirahat. Sudahlah berhentilah mencari papa, mama tau kamu sudah kehabisan energi jadi pergilah makan dan kamu juga harus beristirahat dengan cukup" ucap Alesa sambil tersenyum dan menepuk pundak Leo.

Leo tertawa pelan dan mengangguk, ia pun pergi meninggalkan Alesa sendiri di ruangan itu "andai saja kehidupan mama seperti dulu, maka kamu tidak akan pernah mengalami situasi sulit seperti ini" gumam Alesa sambil menatap punggung Leo.

Alesa berusaha untuk tidak menitikkan air mata "sudahlah Alesa, mereka bukan keluargamu lagi, yang terpenting sekarang adalah kamu harus menjaga keluarga kecilmu ini." lanjut Alesa menyemangati dirinya sendiri..

Alesa pergi ke kamar dan melihat suaminya sedang tertidur pulas "maafkan aku, karena menikah denganku kamu menjadi seperti ini" gumam Alesa sambil mengelus pucuk kepala sang suami.

Saat pagi tiba, para keluarga itu bangun dan mengerjakan pekerjaan mereka masing-masing.

Sang suami merapikan diri untuk pergi bekerja, Alesa menyiapkan sarapan untuk suami dan putranya, sedangkan Leo baru saja akan berangkat ke kampus.

"Ma, Leo akan berangkat ke kampus, setelah itu akan pergi bekerja dan pulang sedikit terlambat, Mama tidak perlu menunggu Leo." ucap Leo sambil tersenyum dan melangkah pergi.

Alesa yang melihat itu mengeluarkan jurus mautnya agar putranya itu berhenti melangkah "sebelum kaki mu keluar dari pintu itu, kamu harus sarapan dulu Leo" ucap Alesa dengan mengerutkan dahinya hingga hampir menyatu.

Leo menghela nafas dan membalikkan tubuhnya "baiklah, ma" ucap Leo sambil melangkah dengan cepat.

Saat Leo duduk, Alesa mencoba membuka suara "Leo, bagaimana kehidupan di kampus,? tanya Alesa dengan hati-hati.

Leo yang tengah menyantap makanan menaruh kembali sendok yang ada di tangannya "semua baik-baik saja, apa mama masih tidak percaya pada Leo,?"

"Tidak, bukan seperti itu, mama hanya sedikit khawatir padamu" elak Alesa sambil memulai memakan hidangan yang ada didepannya.

Jam tangan Leo berbunyi dengan sangat keras, Leo yang mendengar itu merasa terkejut "gawat, sudah hampir terlambat, Leo berangkat dulu ma." ucap Leo dengan pergi tergesa-gesa.

Sedangkan sang suami baru saja keluar dari kamar, ia melihat ke kanan dan kekiri untuk mencari anak semata wayangnya itu "dimana Leo?" tanya Marvin pada Alesa.

"Dia baru saja berangkat dengan terburu-buru," ucap Alesa sambil menghidangkan makanan pada Marvin.

"Haha ... dia tidak pernah berubah" ucap Marvin sambil menarik kursi dan segera duduk.

***

Leo mengayuh sepedanya dengan tergesa-gesa, ia sedikit takut dengan dosen yang dirumorkan sebagai dosen killer.

Saat sudah mencapai gerbang depan, sebuah mobil menerobos masuk dan membuat Leo jatuh dari sepedanya.

Brakkk

Leo yang tidak sigap menabrak dinding pagar dan membuat punggung, siku dan lututnya berdarah "kenapa disaat seperti ini malah mendapatkan kecelakaan," gumam Leo sambil berusaha berdiri.

Orang yang di dalam mobil itu turun dan menghampiri Leo "hei kau!, berikan uang ganti rugi padaku, lihatlah, karena perbuatanmu, mobilku terkena goresan!" teriak orang itu dengan keras.

Leo berdiri dan membungkuk untuk membersihkan debu yang menempel di pakaiannya "ck, apa kau tidak bisa melihat?, kau lah yang lebih dulu menabrak ku" ucap Leo dengan datar.

Orang itu melihat Leo dari ujung kepala sampai ujung kaki, ia menatap Leo dengan remeh karena pakaian yang di gunakan Leo terlihat sangat lusuh "pantas saja perilaku mu buruk, ternyata hanya orang miskin yang sedang mengandalkan keberuntungan" ucap orang itu dengan nada sombong.

Leo yang mendengar itu langsung berdiri dengan tegap "ah ... ya, walau aku tidak mempunyai harta, tapi aku bangga bisa memasuki kampus ini dengan usahaku, tidak seperti seseorang yang tidak memiliki kecerdasan, selalu menghamburkan duit keluarga dan dia sama sekali tidak berguna dalam keluarga itu." ucap Leo sambil menatap datar orang yang ada di hadapannya.

Orang itu menatap Leo dan ia harus mendongakkan wajahnya, karena Leo sangatlah tinggi untuknya.

Leo memiliki proporsi tubuh yang bagus, ia mempunyai tinggi 180 cm, serta berkulit putih dengan mata berwarna biru, hidung mancung dan memiliki rambut berwarna silver keemasan dengan perpaduan hitam.

Walau memakai 3 warna rambut, Leo bahkan jauh terlihat lebih tampan dengan warna rambut yang seperti itu, menurut teman sekelasnya, rambut itu tidak bisa ditiru oleh siapapun, seolah warna itu memang diturunkan untuk Leo, dan siapapun yang melihat akan terpesona oleh ketampanan yang dipancarkan oleh Leo.

Orang itu begitu marah ketika mendengar perkataan Leo, ia tidak perduli dengan perbedaan tinggi badan yang sedikit jauh dari Leo, baginya Leo adalah hama yang harus di singkirkannya "kau!, orang miskin berani-berani nya melawanku!" teriak orang itu dengan marah.

Mahasiswa lain berkumpul dan ingin melihat siapa yang berkelahi dan ternyata mereka semua mengenal orang itu "lihatlah, dia menindas orang lagi"

"Sudahlah, jangan ikut campur jika kau tidak ingin terkena masalah"

Orang-orang yang awalnya melihat langsung membubarkan diri karena mereka tau siapa yang sedang di hadapi oleh Leo.

"Aku tidak perduli, itu urusanmu" ucap Leo dengan datar sambil mengambil sepedanya dan meninggalkan orang itu sendirian di depan gerbang.

"Sial!, dia meninggalkanku begitu saja?, dia meremehkan ku?," gumam orang itu sambil menatap punggung Leo yang semakin menjauh

"Kali ini kau bisa lolos, tapi tidak untuk yang kedua kalinya, aku akan membuatmu keluar dari kampus ini" gumam orang itu dengan kesal sambil mengepalkan kedua tangannya.

Bersambung ...

Terpopuler

Comments

⸙ᵍᵏ-ɴuт_Kᵝ⃟ᴸ

⸙ᵍᵏ-ɴuт_Kᵝ⃟ᴸ

mamfirrr

2022-10-22

24

.

.

mampir kak

2022-10-22

6

Tampan_Berani

Tampan_Berani

Leo, sosok pekerja keras 😇

2022-10-22

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!