Mentari pagi mulai menggeliat dan menampakkan sinarnya di ufuk timur. Seolah membangunkan segala makhluk yang masih terlelap di dalam buaian mimpi.
Sinar jingga yang indah itu menembus celah - celah jendela. Menerobos masuk ke dalam sebuah ruangan yang terasa dingin bagi seorang gadis yang masih tertidur dan meringkuk di sofa.
Perlahan ia mengerjapkan matanya, mencoba mengumpulkan kesadarannya. Matanya menatap kosong langit - langit kamar itu.
Gadis itu kemudian bangun, dan menatap sekelilingnya. Melihat tuan muda yang masih tenggelam dalam kehangatan selimut bulu yang tebal. Yang membuat nyaman siapapun yang berada dalam dekapan selimut itu.
Lihatlah, betapa nyamannya dia tidur. Dasar beruang kutub gila. Hari masih pagi, namun Eylina sudah mengumpati pemuda tampan yang masih asik terbuai dalam alam mimpi itu.
Ia lalu membuka sedikit jendela kamar yang baginya sudah seperti sangkar burung yang memenjarakannya itu. Matanya menatap keluar, menemukan pemandangan burung - burung yang sedang terbang dengan bebasnya.
Kalian lebih beruntung dari pada aku, bolehkah aku iri? kenapa hidup ini selalu mempermainkan ku? seolah tidak adil padaku, tidak pernah membiarkanku hidup dengan damai. Dan kau, dari sekian banyaknya wanita cantik yang mendaftar jadi calon jodohmu, kenapa aku yang kau pilih? hidupku sudah sangat susah sebelum kau dan sekertaris sialan itu datang. Dan sekarang? kalian berdua menambah penderitaan ku, membuat dunia ku jungkir balik, memisahkan ku dari orang - orang yang ku sayangi. Kenapa? apa salahku? apa di kehidupan di masa lalu aku pernah berbuat salah pada kalian?
Eylina menatap kosong ke arah luar jendela. Ia berdiri dengan memegangi tirai indah yang tergantung dalam kamar itu.
Morgan menggeliat dan menurunkan selimutnya. Ia lalu duduk bersandar di kepala ranjang. Menatap mainan barunya yang tertegun di depan jendela.
"Hey, kau ...." suara Morgan yang terdengar tiba - tiba itu memecah keheningan dan ketenangan pagi ini. Membuat Eylina tersentak kaget.
"Namaku Eylina, Tuan." Kesal sekali Eylina dibuatnya. Ia lalu menoleh dan menatap lelaki itu dengan kesal.
"Jadi kau berani membantah dan bersikap tidak sopan padaku?"
"Tidak, aku kan hanya menjelaskan padamu."
"Jangan banyak membantahku!"
"Baiklah," jawabnya dengan kesal.
"Kemari!"
"Ada apa?"
"Kau melihat sandalku?" tanya Morgan seraya mengernyitkan dahinya.
Sendal? Matanya rabun atau bagaimana?
"Apa pendengaranmu bermasalah hah?" tanya Morgan kesal.
"I-itu, ada dibawah mu," jawab Eylina seraya menunjuk ke arah yang dimaksud.
"Pakaikan di kakiku!" Morgan menurunkan kakinya.
Apa? dasar tidak waras, apa kakimu itu tidak berguna hah? Kau bahkan bisa memasang sandal ini di kakimu tanpa harus menyentuhnya. Bukankah itu mudah? kenapa harus dibuat susah
Eylina menggerutu seraya berlutut dan memakaikan sandal itu sesuai permintaan Morgan.
"Aku ingin minum," Morgan memerintah lagi setelah gadis itu selesai memasang sendal dikakinya.
"Airnya ada disamping anda, Tuan," jawab Eylina seraya berdiri dan menunjuk gelas berisi air yang terletak diatas nakas.
"Ini? Ini air dari kemarin, kau tau? Aku ingin air yang baru! Cepat ambilkan di dapur!"
Kau ini manusia atau bukan hah? mungkin kau anak raja atau sultan atau apa pun itu, tapi kau pasti punya otak bukan? Air semalam saja tidak mau, padahal air ini juga masih utuh. Apa dia takut terserang bakteri?
"Tunggu apa lagi?" bentak Morgan, sehingga membuat Eylina terhenyak.
Ia pun langsung pergi ke bawah untuk mengambilkan minum untuk suaminya.
Ia baru semalam tiba disini, tentu ia belum tahu dimana letak dapurnya. Beruntung saja ada pelayan yang mengarahkannya ke dapur bersih disana.
Semua orang yang ada di dapur itu tentu heran, bukankah nona muda itu bisa menelepon dari kamar dan meminta pelayan membawakannya?
Beberapa saat kemudian ia telah kembali dengan membawa air yang diminta oleh suaminya tadi.
Namun ia sungguh geram sekali, ternyata lelaki itu telah meminum habis air yang sejak semalam ada di nakas itu.
"Jika Tuan mau meminum air yang itu, kenapa menyuruhku mengambil air yang baru?" tanya Eylina dengan polos namun bernada kesal.
"Jadi kau keberatan?"
"Ya, maksudku ... seharusnya aku tidak perlu turun ke bawah kan?"
"Jadi kau tidak ikhlas?"
Eylina terdiam tak menyahuti lagi.
"Banyak - banyaklah belajar, dan jangan melamun seperti itu. Kau sudah tau tugasmu bukan? jadi bergegaslah!"
Kekesalan Eylina sudah naik hingga ke ubun - ubun rasanya menghadapi ulah Morgan.
Tapi ia tidak bisa berbuat apa-apa selain menuruti kemauan lelaki itu.
Eylina berusaha menahan rasa kesalnya. Ini hanya sementara, begitu pikirnya. Ia menarik nafas panjang dan menghembuskannya secara perlahan. Kemudian berjalan ke kamar mandi untuk menyiapkan air mandi untuk suaminya.
Melaksanakan tugasnya dengan baik agar segala urusan mengenai ibu dan adiknya menjadi mudah. Meski hatinya kesal sekali rasanya.
Selain menyiapkan air mandi, ia juga menyiapkan segala keperluan Morgan yang lain.
Wajar saja sebenarnya, jika seorang istri menyiapkan keperluan suaminya. Tapi bagi Eylina ini hanyalah nikah kontrak. Tidak ada kewajiban khusus yang tertulis yang ia sepakati sebelumnya.
Tapi Morgan memberinya kewajiban untuk mengurusnya layaknya suami sungguhan.
"Bersiap - siaplah karena 5 menit lagi kita akan sarapan bersama di bawah," kata Morgan setelah keluar dari kamar mandi dengan memakai handuk kimononya lalu berjalan dengan santai ke ruang ganti.
Apa? dasar gila! Kenapa tidak memberi tahu sejak tadi. Baiklah, untungnya aku sudah terbiasa mandi secepat kilat.
Eylina lalu memanfaatkan waktu dengan baik. Ia harus siap dalam 5 menit, tidak boleh terlambat sama sekali.
Ini kali pertamanya ia akan berkumpul dan sarapan bersama keluarga konglomerat kondang itu.
Tak berselang lama, ia sudah selesai dan berganti pakaian. Dan dengan anggunnya ia keluar dari ruang ganti tersebut.
Membuat Morgan sedikit terkejut. Ia berpikir akan mengerjai Eylina dengan hanya memberinya waktu 5 menit untuk bersiap - siap. Namun ternyata gadis itu bahkan sudah selesai dalam waktu 4 menit 30 detik. Ia bahkan baru saja duduk di sofa.
Apa dia benar - benar mandi? kurasa tidak mungkin. Tapi aroma sabun mandi itu bahkan menyeruak keluar hingga tercium sampai kesini. Morgan menyembunyikan rasa terkejut dan herannya dengan berpura - pura fokus pada layar ponselnya.
"Saya sudah siap, Tuan." Eylina tersenyum secerah mentari. Senyum palsu yang bahkan dengan mudah diketahui oleh Morgan.
"Duduklah dan pijat kakiku!" Morgan menaikkan kakinya ke atas meja dan menyandarkan tubuhnya ke sofa.
Hah? kau bilang kita akan sarapan. Eylina.
Morgan berusaha menahan agar tidak tertawa melihat ekpresi Eylina. Mengerjai gadis itu benar - benar membuat mood nya menjadi sangat baik pagi ini.
"Apa kau memang benar - benar punya masalah pendengaran?"
"Tidak ... tentu tidak Tuan, baiklah." Eylina lalu duduk berlutut dan memulai memijat kaki Morgan.
Hahaha, wah, wah kau benar - benar sangat penurut sekarang. Bukankah memang seperti itu seharusnya kedudukanmu.
Apa kau kesal padaku? hahaha ... wajahmu itu benar - benar sangat lucu.
Ingin rasanya ia tertawa melihat gadis yang tak berdaya itu.
Hal yang benar - benar sangat menghibur sekali pagi ini.
Krukuuukkkk ....
Tanpa sengaja perut Eylina yang sedang lapar itu mengeluarkan bunyi. Hal yang tentu saja membuat gadis itu harus menahan malu.
"Hahahaha ...." Morgan tertawa dengan sangat keras. Ia tak bisa lagi menahan rasa ingin tertawanya.
Wajah Eylina memerah seketika, ia menunduk. Malu sekali rasanya.
Hey perut, kau ini kenapa? kenapa harus berbunyi di depan beruang gila ini hah? Eylina mengumpat dalam hatinya.
Krrruuukuuuukkk ....
Seolah protes dengan Eylina, perutnya pun kembali berbunyi. Membuat Morgan semakin terbahak - bahak.
Bagaimana kau bisa unik begitu.
Pria itu seperti tak bisa berhenti tertawa.
"Apa kau sudah sangat kelaparan sampai perutmu berbunyi terus hah?" Morgan mencoba menghentikan tawanya.
"Tidak Tuan ... tidak juga. Ini hanyalah ketidaksengajaan saja." Gadis itu berusaha tersenyum untuk menyembunyikan rasa malunya.
Tapi lagi - lagi perutnya justru berbunyi seakan menyangkal ucapan Eylina.
Morgan pun semakin terpingkal-pingkal dibuatnya.
Hey, jika kau tidak berhenti berbunyi aku akan puasa seharian ini. Bagaimana kau bisa mempermalukan ku seperti ini hah. Kau ini bagian dari tubuhku. Tidak bisakah kau mendukungku sedikit saja?.
💗💗💗💗💗💗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 139 Episodes
Comments
𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕💕
𝓷𝓰𝓪𝓴𝓪𝓴 𝓼𝓾𝓶𝓹𝓪𝓱🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
2022-11-13
0
Lia Punk
jnggan galak morrgggaaaannn
2021-12-18
0
Eti
ini cerita mau sama dgn tuan saga
2021-12-10
0