Eylina turun dari mobil, dan betapa terkejutnya saat ia melihat begitu banyak pelayan sedang berbaris menyambut mereka.
"Selamat malam Tuan Muda, selamat malam Nona Muda, selamat malam Sekertaris Rey." Sapa para pelayan yang berbaris rapi menyambut tuannya. Mereka lalu membungkukkan badan secara bersamaan.
Morgan hanya mengangguk kemudian berlalu tanpa menjawab salam. Ia berjalan dengan kedua tangannya dimasukkan kedalam saku celananya.
Terlihat sangat mempesona bagi siapa saja yang melihatnya.
Wow keren ....
Apa setiap dia pulang selalu disambut seperti ini. Apa dia memang seorang anak raja ... ahh iya, mungkin dia seorang anak sultan.
Sista pasti tau tentang hal ini. Tapi sayangnya aku tidak bisa menghubunginya. Gara - gara sekertaris sialan itu. Tega - teganya dia merebut ponsel pemberian sahabatku. Hiks ...
maafkan aku Sis ....
Beberapa waktu yang lalu.
Eylina berjalan di sudut ruangan. Yang mulai sedikit lengang karena pengunjung pesta sudah banyak berkurang. Ia lalu menekan sebuah nomor di ponselnya.
Namun tiba - tiba seseorang mengambil ponsel tersebut sebelum nomor yang dihubungi Eylina tersambung.
Seketika Eylina pun menoleh pada orang tersebut.
Sekertaris Rey? Apa dia mengikuti ku? Untuk apa? Benar - benar menjengkelkan.
"Kembalikan ponsel ku!" Eylina berusaha merebut ponselnya kembali.
"Anda tidak diijinkan untuk menghubungi siapapun tanpa sepengetahuan tuan muda, Nona." Rey memasukkan ponsel tersebut ke dalam saku jasnya.
"Kenapa?" Eylina mengernyitkan dahinya, tidak terima atas jawaban dari sekertaris Rey.
"Jangan banyak bertanya Nona. Jika Nona ingin semua berjalan dengan baik, Nona harus menurut pada aturan tuan muda!" Rey berlalu begitu saja.
"Aku hanya ingin menghubungi ibuku, hey ... kembalikan ponselku!" teriak Eylina pada sekertaris pribadi suaminya yang telah berjalan menjauh darinya.
"Awas saja kau, ya. Jika ada kesempatan yang bagus, aku akan membalas mu."
Eylina bermonolog seraya mengepalkan tangannya.
****
Morgan sengaja memilih pulang lebih dulu tanpa menunggu keluarga yang lain, guna menghindari obrolan - obrolan receh rekan bisnis mereka yang sudah seperti penjilat yang tidak tahu malu.
Ya, karna hal itulah Morgan hingga kini sedikit enggan untuk terjun langsung mengurus perusahaan. Ia memilih membantu bekerja dari rumah dan hanya mengandalkan sekertaris Rey untuk mengatasi semuanya.
Eylina tercengang melihat bagian dalam rumah Morgan, matanya menatap takjub pada setiap sudut bangunan megah itu hingga sedikit lupa pada nasibnya saat ini.
Bagaimana ada rumah yang dibangun semegah ini? Ini benar - benar indah dan nyata. Kukira rumah - rumah seperti ini hanya ada di negri dongeng, batinnya seraya berjalan dan memutar tubuhnya melihat keindahan desain dalam rumah itu.
Sementara di sudut yang lain, Morgan berbisik pada Rey.
Tak lama kemudian sekertaris Rey memanggil seorang pelayan. Ia berkata setengah berbisik pada pelayan tersebut.
Sementara Eylina masih asik memandangi keindahan bangunan megah tersebut.
"Nona, silahkan ikuti saya." Seorang pelayan perempuan datang menghampiri Eylina.
Ia kemudian meminta Eylina untuk mengikutinya.
"A ... aku? Baiklah." Ia pun melangkahkan kakinya mengikuti pelayan tersebut. Menaiki satu persatu anak tangga yang menuju ke sebuah ruangan pribadi milik Morgan.
"Silahkan, Nona." Pelayan itu membukakan pintu dan mempersilahkan Eylina untuk masuk ruangan tersebut.
Sebuah ruangan yang luas, dengan sebuah ranjang dan kasur yang mewah, dua buah sofa mewah, satu berukuran kecil dan satu lagi lebih panjang, meja rias dengan kaca yang besar beserta kursi kecil di depannya.
Semuanya terlihat sangat berkelas. Hingga membuat Eylina tertegun.
Ia mematung di depan pintu sambil memandangi isi dari kamar tersebut. Rasanya ia tidak pernah membayangkan ada kamar seperti ini.
"Nona? Anda baik - baik saja?" Pelayan itu mencoba memastikan.
"Iya ... aku baik - baik saja." Eylina lalu melangkahkan kakinya, matanya memperhatikan setiap sudut kamar milik Morgan.
Eh tunggu ... apa ini kamar laki - laki itu? Tidak ... tidak. Apa aku harus satu kamar dengannya?
Perasaannya mulai tidak enak.
"Bibi ... siapa nama Bibi?" Eylina berkata dengan sopan.
"Panggil saja saya Astri, Non." Pelayan berusia 35 tahun itu menundukkan kepalanya.
"Oh ... Bi Astri, saya Eylina. Oh ya, apa ini kamar Tuan Morgan?"
"Betul, Non."
Mendengar jawaban dari bi Astri perasaan mulai menjadi gelisah. Mana mungkin dia akan tidur dalam satu kamar dengan lelaki itu kan? Eylina benar-benar gusar dibuatnya.
Ah tidak, inikan hanya pernikahan kontrak. Aku tidak harus melayaninya, kan?
Tapi bagaimana kalau dia memintanya? Meski ini hanya pernikahan atas kesepakatan, tapi secara hukum pernikahan ini adalah pernikahan yang sah.
Ia mondar - mandir di tepi ranjang sambil menggigit bibirnya.
Ceklak ....
Sekertaris Rey membuka pintu untuk tuannya. Mempersilahkan Morgan untuk masuk. Ia kemudian membungkukkan badan ke arah Eylina lalu pergi.
Melihat hal itu Eylina menjadi berpikir, apakah si sekertaris itu juga menganggap jika dia adalah Nona muda rumah ini?
Sementara Eylina masih bergelut dengan pikirannya, sebuah suara membuyarkan lamunannya.
"Bantu Nona Eylina membersihkan diri." Morgan berkata sembari menjatuhkan diri di atas ranjang. Ia tidak menatap ataupun melirik gadis itu sedikitpun. Matanya fokus pada layar ponsel yang ada di genggamannya.
"Baik, Tuan."
"Nona, mari silahkan." Pelayan itu mengajak Eylina memasuki kamar mandi.
Tapi satu hal yang membuat Eylina berpikir keras adalah, Bi Astri mengikutinya di belakangnya hingga ke dalam kamar mandi.
"Permisi, Nona." Dengan tanpa ragu bi Astri menurunkan resleting gaun yang dipakai oleh Eylina setelah menutup pintu kamar mandi. Pelayan itu seolah sudah terbiasa melakukan hal itu.
"Ah ... Bi aku bisa sendiri." Eylina mencoba menghindar saat pelayan itu akan menurunkan gaun tersebut.
"Ini sudah menjadi tugas saya, Nona." Entah kenapa wajah datar yang ditunjukkan bi Astri itu tiba - tiba terlihat menakutkan bagi Eylina.
"Tapi ... Eylina biasa melakukannya sendiri, Bi. Eylina sudah terbiasa melakukan hal ini sendiri," tawarnya.
Merasa tawarannya berakhir sia-sia, akhirnya Eylina pun menyerah. Dan yang lebih membuatnya terkejut lagi, bi Astri bahkan masih saja tidak pergi dari sana.
"Tolong ya Bi, Eylina bisa sendiri," Eylina setengah berbisik, matanya menatap mata pelayan itu seolah memohon.
Ya Tuhan, apa iya harus seperti ini juga?
"Nona, ini merupakan tanggung jawab saya. Jadi biarkan saya mengerjakan tugas saya."
"Baiklah." Eylina tak berdaya..
Pelayan itu pun kemudian membersihkan tubuh polos gadis itu mulai dari rambut hingga ujung kaki.
Sebuah pekerjaan yang memakan waktu sangat lama sekali bagi bi Astri.
*Eh ... apa memang seperti ini rasanya menjadi orang kaya? Untuk mandi saja membutuhkan waktu yang lama sekali. Jika dirumah aku hanya butuh waktu kurang dari 10 menit untuk mandi keramas. Tapi disini, bahkan kuku tangan dan kaki pun harus dibersihkan satu persatu*.
Gadis itu pun sampai memejamkan matanya, menikmati sensasi pijatan di punggung dan kepalanya. Ia tertidur.
Hingga beberapa saat kemudian pelayan tersebut membangunkannya.
"Nona, Nona Muda." Beberapa kali pelayan itu memanggilnya.
Membuat gadis itu mengerjapkan matanya.
Eh ... aku masih disini. Bagaimana aku bisa tertidur?
"Semuanya sudah selesai, Nona." Pelayan itu membawakan sebuah handuk untuk Nona Mudanya.
"Baiklah, lalu? Bibi bisa pergi bukan?"
Ayolah ... kumohon.
Kau tidak akan menemaniku berganti pakaian kan?
"Mari Nona, saya akan mengantarkan anda ke ruang ganti."
"Ah, iya baiklah." Eylina pun hanya bisa pasrah. Ia lalu berdiri kemudian membiarkan pelayan tersebut membantunya memakai handuk.
Apa kehidupan orang kaya, selebay ini??
Eylina memutar bola matanya dan mengedihkan bahunya.
Ia kemudian berjalan gontai mengikuti langkah kaki pelayan tersebut.
💗💗💗💗💗
Semoga suka😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 139 Episodes
Comments
𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕💕
𝓔𝔂𝓵𝓲𝓷𝓪 𝓷𝓲𝓴𝓶𝓪𝓽𝓲𝓷 𝓼𝓪𝓳𝓪 𝓪𝓵𝓾𝓻𝓷𝔂𝓪🤭🤭🤭
2022-11-13
0
Eti
lanjut
2021-12-10
0
Juanifa Sigar Lasung
sekertaris Han mantap
2021-12-06
0