"Tolooo ... oong, lepaskan aku! Lepas!" Eylina berusaha sekuat tenaga melawan kedua penjahat yang hendak menodainya.
"Hahaha, berteriak lah sayang, tidak ada yang mendengarmu. Kau lihat! jalanan ini sangat sunyi. Hahaha ... lebih baik kita bersenang - senang sekarang." Tangan salah satu penjahat itu sudah memegangi dagu Eylina.
Bug ... Bug ... Bug ....
Beberapa pukulan mengenai wajah preman tersebut.
"Lepaskan gadis itu atau akan ku buat hidupmu seperti di neraka!" kata Rey dengan penuh penekanan. Sekertaris Rey datang menyelamatkan Eylina dengan sangat keren. Dia menghajar dua orang penjahat itu secara bergantian.
Eylina menutup wajahnya, ia tidak berani melihat perkelahian diantara para lelaki itu.
"Ampuni kami Tuan, ampun." Kedua penjahat yang menyadari siapa lelaki yang berada dihadapannya itupun kemudian berlutut memohon pengampunan dari Rey.
"Enyah kalian dari sini! Dan jangan pernah menampakkan diri lagi!" Wajah datar tanpa ekspresi itu membenarkan posisi jasnya. Dan dengan gayanya yang nampak gagah ia melangkahkan kaki mendekati gadis yang sedang terduduk ditrotoar itu.
Ia mengulurkan tangannya, untuk membantu gadis itu berdiri.
Dengan wajah masih menunduk, Eylina menerima uluran tangan sekertaris Rey. Ia tak menyadari jika yang menolongnya itu adalah lelaki menyebalkan yang sangat ia benci.
"Kau? Berani - beraninya menyentuhku!" Eylina melepaskan tangannya setelah mengetahui itu adalah sekertaris Rey.
"Anda seharusnya berterimakasih Nona!" Rey berbicara tanpa menatap wajah Eylina. Ia melihat lurus ke arah jalan. Rahangnya yang tercetak jelas itu terlihat sempurna terkena sorotan lampu jalan yang remang - remang.
"Ya, terimakasih atas bantuan mu." Eylina lalu mengambil tas dan bergegas pergi.
"Anggap saja sekarang kita impas Nona" Rey melangkahkan kaki tanpa menoleh ke arah Eylina.
Impas? Oh jadi dia menyadari kesalahannya. Tapi bukan seperti ini seharusnya. Dasar sombong, laki - laki angkuh. Lihat saja, aku akan membuat perhitungan denganmu suatu saat nanti. Gara - gara dirimu aku harus kehilangan ponsel ku satu - satunya. Tidak tahukah kau betapa berharganya benda itu hah? Eylina terus berjalan sambil mengumpat.
Sementara Rey, ia masih memperhatikan gadis itu dari dalam mobil.
Anda terlalu berani Nona. Hah ... ku harap ada yang bisa menyelamatkan anda dari kejaran Tuan Muda. Rey.
Ia menyalakan mesin mobilnya, melajukannya dengan pelan ke arah Eylina.
"Masuklah Nona!" Sekertaris Rey memerintah tanpa menoleh pada gadis itu.
"Tidak! Terimakasih!" Eylina menolak mentah - mentah. Ia tidak sudi rasanya jika harus berada satu mobil dengan lelaki tersebut.
"Masuklah jika anda tidak ingin kejadian seperti tadi terulang lagi." Rey berkata tanpa ekspresi. Matanya masih menatap lurus kedepan.
Eylina tersadar. Ya gadis itu baru tersadar jika dirinya hampir saja menjadi korban kejahatan tadi. Seketika raut wajahnya berubah menjadi pias. Tapi ia tentu tidak ingin kehilangan harga dirinya dengan menerima tawaran lelaki yang menolongnya tadi.
"Jika dalam hitungan ketiga anda tidak segera masuk, maka saya akan benar - benar melajukan mobil ini. Satu ... dua ...." Rey mulai berhitung.
"Baiklah, baiklah ... aku masuk." Eylina terpaksa menuruti perintah sekertaris Rey.
Karena malam pun sudah semakin larut dan dingin. Jalanan juga sangat sepi, ia tidak mungkin pulang dengan berjalan kaki serta memakai gaun yang sedikit terbuka seperti itu.
Meski ia masih sangat kesal dengan lelaki yang kini satu mobil dengannya, namun Eylina juga tidak mau membahayakan dirinya sendiri. Ia tahu betul jika kehidupan di kota ini sangat keras, kapan saja dan dimana saja sebuah kejahatan bisa terjadi dan menimpa siapa saja.
Perlahan sebuah senyum tipis muncul di bibir sekertaris Rey.
Mobil lalu melaju menembus kegelapan malam. Mengantarkan Eylina ke tempat tujuannya.
Hening.
Sepanjang perjalanan tidak ada obrolan sama sekali antara dirinya dan laki - laki yang menurutnya sialan itu.
Akhirnya aku bisa mendapatkan kesempatan untuk sedikit tau informasi tentangmu Nona. Gumam Rey.
Mobil yang mengantarkan Eylina hanya bisa sampai di depan gang kecil saja. Tidak bisa masuk ke dalam jalan setapak yang menuju ke rumah Eylina.
Gadis itu lalu turun dengan tergesa - gesa tanpa permisi dan pamit.
Namun baru saja ia berjalan beberapa langkah, Eylina membalikkan badan dan melangkahkan kakinya kembali ke arah mobil yang mengantarnya.
Tok ... tok ... tok ....
Ia mengetuk kaca pintu mobil dan menunggunya hingga terbuka.
Sekertaris Rey hanya melirik sedikit ke arah gadis itu.
"Terimakasih atas kebaikanmu." Eylina lalu membungkukkan badannya. Namun dengan wajah yang masih menahan Kesal.
Sekertaris Rey tersenyum tipis, ia lalu menaikkan kembali kaca pintunya dan kemudian melajukan mobilnya.
****
Pagi Hari di Rumah Wiratmadja
Semua orang sedang berkumpul di meja makan untuk menikmati hidangan sarapan pagi ini. Hidangan yang dimasak oleh para koki profesional dan dipilih dari bahan - bahan berkualitas tinggi.
Seluruh anggota keluarga nampak lengkap pagi ini. Wiratmadja, Ayu, Morgan, Emily dan juga Luna.
Mereka semua sedang menunggu hidangan disajikan.
Emily dan Luna bercanda dan tertawa bersama begitupun Wira dan Ayu. Hanya Morgan yang terdiam seorang diri.
"Kakak kenapa diam terus?" Emily menepuk bahu kakak laki - lakinya.
"Tidak apa - apa." Morgan mengusap kepala adik pertamanya. Meski ia sering mempermainkan wanita tapi ia sangat menyayangi adik - adiknya.
Sarapan berlangsung dengan khidmad. Tradisi keluarga Wiratmadja secara turun temurun, setiap mereka menyantap makanan. Baik itu sarapan, makan siang atau pun malam tidak boleh ada yang berbicara. Kecuali makanan mereka sudah habis.
****
Sekertaris Rey datang setelah acara sarapan pagi selesai. Membawa berkas berisi informasi tentang Eylina.
Ia langsung menemui Morgan saat tuan mudanya itu baru beranjak dari tempat duduknya.
"Bagaimana Rey?" Morgan duduk di sofa ruang tengah sambil menyilangkan kakinya.
"Ini Tuan, segala informasi tentang gadis itu." Rey menyerahkan map berisi berkas dan juga beberapa lembar foto hasil kerja anak buahnya.
Morgan menerima dan membaca satu persatu informasi yang tertera. Tidak terlalu banyak karena memang Eylina hanya rakyat yang teramat jelata.
"Ada informasi lagi Rey?" merasa kurang puas dengan yang di dapatkannya, ia pun mengorek keterangan dari sekertarisnya.
"Ada Tuan, semalam saya bertemu dengan Nona Eylina di Jalan X ... bla bla bla" panjang lebar Rey menceritakan semuanya. Hingga kejadian saat mobilnya melindas ponsel milik gadis itu.
"Hahaha ...." Morgan tertawa mendengar ulah gadis itu terhadap sekertarisnya.
Eylina ... kau gadis yang cukup berani ternyata. Morgan menyeringai licik.
Tiba - tiba terbesit dihatinya untuk memiliki gadis itu. Namun bukan karena cinta. Ia seperti mendapat sebuah mainan baru yang unik dan menantang. Eylina memang berbeda dengan wanita - wanita yang ia permainkan selama ini.
Jika biasanya ia hanya memperbudak para wanita. Maka ia ingin mengerjai Eylina dengan cara yang lain.
"Apapun caranya, bawa dia berlutut di kakiku Rey!" Sebuah seringai kembali muncul di bibir Morgan.
"Baik Tuan." Rey menundukkan wajahnya.
****
Sekertaris Rey adalah salah satu orang handal yang disiapkan oleh Wira sejak Morgan masih duduk di bangku kuliah.
Rey sengaja disiapkan untuk mengajari Morgan bagaimana cara mengelola perusahaan.
Namun hingga kini saat usia Morgan sudah menginjak 32 tahun, laki - laki itu hanya sesekali saja datang ke perusahaan. Itupun jika Wira memintanya.
💗💗💗💗💗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 139 Episodes
Comments
𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕💕
𝓜𝓸𝓻𝓰𝓪𝓷 𝓷𝓪𝓷𝓽𝓲 𝓴𝓪𝓶𝓾 𝓫𝓾𝓬𝓲𝓷 𝓵𝓱𝓸 𝓼𝓪𝓶𝓪 𝓔𝓵𝔂🤭🤭🤭🤭🤭🤭🤭🤭
2022-11-13
0
Eti
lanjut
2021-12-10
0
Fifi Alfieyah
kyknya sekretaris rey bakal jatuh cinta nih ke evelyn. tapi dia harus merelakan nya demi Morgan.
2021-11-13
0