Bunyi kegaduhan di depan rumah Almira yang mewah membuat satpam berpakaian hitam keluar. kaget. itulah raut wajah satpam itu, ternyata Almira dengan sang Polisi yang tadi men-tilang dirinya dan kedua sahabatnya.
"Kamu melanggar lalu lintas lagi." tegas Polisi itu dengan menampilkan catatan di buku yang dia pegang.
"Gua pakai sepeda, bukan motor." ketus Almira memerah.
Satpam langsung menghampiri keduanya yang masih adu debat tanpa berhenti, "Non, jangan begini non sama pak Polisi." tegur Satpam itu menengahi dengan wajah meringis menatap wajah Almira yang sudah emosi.
"Gini ya paman Sat, polisi ini tilang Al. Al pakai sepeda bukan motor." ujar Almira lembut kepada satpam itu membuat polisi kaget.
"Kok beda." batin seseorang miris.
Dari arah dalam rumah Oma menatap perdebatan Almira yang mengingatkan dirinya saat muda tidak mau kalah dari siapapun, dirinya menjadi rindu dengan seseorang berharga dalam hidupnya. Oma tersenyum sendu kearah Almira dan seorang Polisi.
Oma menghampiri mereka dengan wajah anggun tenang dan menjewer telinga Almira sedikit menarik. tapi, tidak ada raut wajah kesakitan ataupun meringis. semua tidak luput dari pandangan seseorang.
"Masuk, Almira." perintah Oma kepada Almira menjeda.
"Maaf ya, pak Polisi." ujarnya dengan senyum menatap polisi tadi yang mengangguk dan ikut tersenyum.
Almira masuk dalam rumah dengan menghentakkan kakinya kesal dan menunjukkan jari tengah ke wajah polisi itu yang kaget membuat dirinya tersenyum sinis.
"Gua. Benci. Polisi." tekan Almira dengan wajah datar dan berlalu pergi begitu saja.
Polisi sangat kaget dengan dengan ucapan Almira dan Oma hanya tersenyum canggung. "Maafin cucu Oma ya." ujarnya.
Polisi hanya mengangguk dan pamit pergi meninggalkan rumah mewah tersebut. Oma meringis dengan ucapan Almira yang penuh penekanan, sangat kentara sekali membenci Polisi.
"Oma cuman mau, kamu bahagia Almira."
***
Jam menunjukkan pukul 19:00 WIB.
Oma mengetuk pintu kamar Almira yang bertuliskan Neng Almira Imut Lucu Menggemaskan dengan emot panda. Oma yang membaca itu hanya bisa geleng-geleng kepala kepada cucu laknatnya. pintu kamar dibuka sangat pelan tanpa ada suara, saat mata anggun menatap sang cucu yang masih terbaring dengan terlentang sambil mentap keatas memakai gaun dress bewarna putih.
"Almira." panggil Oma.
Almira yang mendengar panggilan lembut itu langsung merubah menjadi duduk dan menatap wanita tua yang semakin hari wajahnya keriput, tapi masih kelihatan cantik dan awet muda.
"Ayok." ajak Oma yang di jawab anggukkan kepala dari Almira.
Keduanya berjalan anggun menatap depan. Oma dengan senyuman, tapi berbeda dengan Almira yang datar tidak ekspresi. setelah beberapa menit dalam perjalanan, mereka memasuki cafe Sullians di ruangan VIP. Almira masih sama menampilkan raut wajah datar.
Sampai di tempat duduk, Almira melihat keempat paruh baya dan para remaja-remaja lain di sekeliling paruh baya itu. pandangan Almira memincing saat tidak sengaja dia melihat Nera di salah satu tempat duduk.
"NERA..." teriak Almira senang. membuat mereka menatapnya.
Ada seseorang yang hanya menampilkan senyuman kecil hingga tidak ada yang tahu, dia senang kalau Almira juga senang.
Almira memeluk Nera sangat erat, "Jangan gini bego, malu-maluin lo." bisik Nera kepada Almira sangat pelan hingga hanya mereka yang mendengar.
Almira langsung merubah tingkahnya dengan bersalaman kepada keempat paruh baya dan dia sempat melirik kearah Omanya yang menepuk dahinya malu. dia menggigit bibir bawahnya menatap mereka dan menampilkan senyum terpaksa.
"Cantik ya, anaknya Miranda." puji salah satu wanita paruh baya yang berada di samping Oma.
Almira hanya mengangguk saja duduk di samping Nera. mata Almira mengedarkan pandangan ke mereka.
Deg.
Kaget tentunya. saat mata keduanya saling tatap.
"Pak Polisi." panggil Almira tanpa sadar membuat semua mengalihkan kearahnya.
"Oh, kamu sudah tahu pekerjaannya. ciee..." goda wanita paruh baya dengan senyuman membuat Almira kikuk tak paham.
"Kenalan dulu." ujar pria paruh baya yang di jawab hanya anggukkan kepala dari keduanya.
Tangan kanan Almira disodorkan ke depannya, "Almira Sayyida Alindra." ujarnya dengan senyum paksa.
Seorang itu menerima jabatan Almira dengan sedikit gemetar gugup, "Saya, saya..." ujarnya gugup.
"Siapa sih." ujar Almira memotong ucapannya.
"Saya, Kenzo Segara Samudra, Say." ujarnya dengan tatapan sendu.
Almira mematung menatap Kenzo dengan wajah kaget, tiba-tiba air matanya menetes tanpa izin.
"Gara calon suaminya Say." sambungnya membuat jabatan tangan itu terlepas.
Almira geleng-geleng kepala tidak percaya dengan semua ini, dunia mempermainkannya lagi dengan mendatangkan orang yang dia benci di masa lalu dan malah akan menjadi masa depannya. apa-apaan ini? dia muak sama takdir yang mempermainkannya.
"Oma, apaan ini? Oma tahukan, kalau Al benci sama Gara dan profesi Polisi." ujar Almira merubah raut wajah menjadi sangat datar membuat semua kaget dengan pengakuannya.
"Oma lupa? apa yang Gara lakukan ke Al? karena kesalah paham Gara, Al hancur. Oma lupa itu?" sambungnya membuat Kenzo menunduk bersalah.
"AL BENCI SAMA GARA, AL BENCI SAMA POLISI." teriak Almira dengan derai air mata.
Tiba-tiba ada yang memeluk Almira dan saat dia menatap ternyata wanita paruh baya. "Kamu lupa sama Mama Mawar. ini Mama Mawar, sayang." ujarnya membuat Almira membalas pelukan yang sangat erat.
Mama Mawar adalah mamanya Kenzo yang dulu sangat dekat dengan Almira. Mawar mengelus khimar dengan lembut, "Maafin anak mama, sayang." ujarnya lembut.
Almira melepaskan pelukan itu dan memandang Kenzo yang sama menatapnya dengan sendu. Kenzo tahu kalau tatapan Almira saat ini sangat marah dan kecewa membuat hatinya sakit.
Almira menghapus air matanya dengan kasar, "Saya minta maaf, saya tidak terima perjodohan ini karena saya sudah mempunyai kekasih." ujarnya. sangat kentara sekali raut wajah mereka yang kaget.
Almira membungkukkan badannya, "Saya permisi." ujarnya melengang pergi.
Saat akan berada di pintu, "Almira Sayyida Alindra, berhenti!" panggil seseorang suara tinggi dengan tegas membuat si punya nama membalikkan badan.
Suara itu dari mulut Oma yang berwajah datar tanpa ekspresi membuat semua kaget dengannya. Almira tahu kalau sekarang Omanya sedang serius dan tidak mau di bantah kalau sudah memanggil nama lengkapnya. Almira menatap Omanya dengan wajah santai berbeda dengan yang lain.
"Kenzo Segara Samudra, Suami Pilihan Oma buat kamu, Almira Sayyida Alindra." tegas Oma tidak ingin di bantah.
***
Nera menarik pergelangan tangan Almira tanpa menghiraukan tatapan bingung dari mereka. mereka sampai di taman cafe itu dan duduk di kursi panjang bewarna putih tulang.
Tatapan Almira kearah bunga matahari yang sangat indah membuat hatinya sedikit tenang. Nera mengangkat sebelah tangan menuju ke bahu Almira dan langsung memeluk tubuh sahabatnya dengan mengelus bahunya.
"Gua tahu, kalau lo bisa menghadapi semua ini. lo lupa ya, kalau gua ini sepupu Gara?" ujar Nera membuat Almira melepaskan pelukan menatap Nera.
Almira menepuk kening saat dia benar-benar lupa dengan fakta itu.
"Tapi, kenapa waktu itu, lo—"
"Abang Gara mau tahu, lo masih ingat dia atau sudah lupa!" jawab Nera memotong ucapan Almira.
Almira menunduk, di benak hatinya merasakan rasa bersalah tapi ada juga rasa benci untuk dia. Almira bingung dengan semua ini.
"Gua selalu dukung apapun keputusan lo. tapi, gua berharap kalau lo gak ambil langkah salah. yang lo punya sekarang cuman Oma, apapun keputusan Oma, pasti itu yang terbaik buat lo, Almira."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments