Suami Pilihan Oma
"Oma, aku berangkat."
Teriakan kencang hingga suaranya terdengar ke penjuru rumah mewah ber-cat maroon serta gold membuatnya menjadi menawan. Gadis itu berlari tanpa mempedulikan tatapan dari maid dan satpam menahan tawa melihat tingkahnya, dari arah dapur suara memarahinya tapi di hiraukan, dirinya sudah terbiasa dengan sang Oma yang cerewet.
Menggayuh sepeda dengan cepat membiarkan ujung khimarnya bertebangan terbawa angin, saat di lampu lalu lintas terlihat bewarna merah yang artinya berhenti, tapi dirinya tidak berhenti malah menaikki jalan trotoar. melaju sangat cepat, sekarang jam menunjukkan pukul 07:12 WIB. ia sudah terlambat, bel masuk jam 07:00 WIB.
Sampai di gerbang, gadis itu tidak melihat pak satpam yang selalu baik hati kepadanya.
"ALMIRA SAYYIDA ALINDRA." panggil seseorang membuat si gadis menoleh.
Gadis itu cengengesan menatap seseorang yang memanggilnya. dia ROY SAPUTRA sang ketua Osis dan pacar Almira sekaligus.
"Eh, hai Roy. Selamat pagi." sapa Almira melambaikan tangan kanannya.
Roy hanya mengusap dadanya sabar dengan sifat pacarnya. untung sayang, pikir Roy.
"Buka dong gerbangnya." melas Almira dengan menyatukan kedua tangannya di depan dada.
Roy menuruti ucapan sang pacar membuka gerbang dengan pelan, "kamu telat Al, hormat di tiang bendera sampai jam istirahat." ujarnya.
Almira yang mendengar melotot seketika dan dibalas dengan tatapan datar, Almira menghela nafas panjang lalu berjalan ke lapangan sekolah untuk mengerjakan hukuman tersebut sambil menampilkan raut wajah melas. Almira langsung hormat menghadap ke atas menatap bendera merah putih indonesia.
Roy tersenyum menatap punggung Almira, ia sangat beruntung Almira menjadi pacarnya. Almira dan Roy tidak pernah bersentuhan tangan ataupun melakukan yang lebih. keduanya hanya berpacaran wajar tanpa aneh-aneh. seperti berbicara, berhadapan, dan WhatsApp.
Banyak keringat dari kening Almira dan sesekali mengusap dengan tangan punggung kanan, Roy yang mengetahui langsung berjalan mendekatinya dari arah samping memberikan sapu tangan bewarna putih dengan bertulis ROY di ujung. Almira langsung mengambil dan mengusap peluh keringat yang bercucuran.
"Terima kasih." ujar Almira tulus disertai senyuman.
Roy hanya berdehem dan senyum nya Almira menular di Roy. mereka sama-sama tersenyum saling menatap.
Kring...
Bel berbunyi membuat kedua nya memutuskan kontak mata dan menggaruk tengkuk yang tidak gatal.
"Sana ke kantin." suruh Roy.
"Kamu, kemana?" tanya Almira menaikkan satu alisnya.
"Ke ruang Osis dulu, sana kamu." ujar Roy memasukkan kedua tangan di saku celana seragam.
Almira mengangkat kedua jempolnya dengan senyum, membuat Roy ikut tersenyum dan Almira melengang pergi ke kantin meninggalkan Roy yang geleng-geleng kepala lucu melihat Almira.
Sampai di kantin, Almira mengedarkan ke penjuru mencari kedua sahabatnya. Dan, dapat. mereka berdua berada di pojok dengan memakan mie ayam dan minumannya es jeruk. Almira berlari menghampiri dan langsung menggebrak meja mereka cukup keras membuat salah satu tersedak dengan mie ayam nya dan malah di tertawai oleh si pelaku.
Salah satunya memberikan minuman ke temannya dan langsung di minum hingga tandas. kedua temannya melirik tajam kearah Almira yang nyengir tanpa dosa. hingga mereka ingin melemparkan sepatu ke wajah tengilnya Almira.
Almira langsung duduk di tempat mereka dan menyambar mie ayam yang mereka pesan buat dirinya, emang the best dan kalau Almira the laknat, pikir mereka.
Almira menatap kedua temannya. yang satu bernama SYAINERA DWI DULLOND, sifatnya pendiam dan tidak banyak tingkah. tapi, sangat dingin sekali bila sama orang yang tidak dikenal dan seorang cowok.
Ia beralih menatap teman yang satunya bernama DANERA KUILAND, sifatnya banyak bicara dan suaranya seperti toa. tapi, sangat perhatian kepada sahabat-sahabatnya.
Almira bangga mempunyai sahabat seperti Nera dan Danera.
Neng Almira, passwordnya apa... Imut Lucu Menggemaskan...
Suara deringan telfon sangat nyaring hingga semua mencari dimana suara itu, dan Yap. mereka menemukan ada di genggaman Almira yang menyengir menampilkan gigi putihnya. Nera langsung menutupi wajahnya dengan buku novel yang ia baca. dia malu, sangat malu.
"Wah... nada dering Lo bagus juga Al, nanti kirim ya." pekikan heboh dari mulut Danera sambil mengipasi dirinya sendiri dengan kipas bewarna merah muda.
Almira hanya membalas dengan jempolan ke arahnya, Almira menggeser tombol bewarna hijau dan menempelkan ke telinga kirinya dengan penyangga tangan kanan yang berada di bawah dagunya.
'Oma Sang Cerewet' itulah tulisan, membuat Almira mendengkus malas. pasti akan mengoceh banyak sekali.
"Assalamualaikum, Oma ku tersayang dan tercinta. apa kabar? lagi apa? udah makan? udah minum? kenapa telfon? kangen? udah berak? udah—"
"Heh, cucu laknat. diem kau, kalau gak diem Oma mu ini akan memotong uang jajan mu. mau?"
"Eh, jangan dong Oma ku. Oma belum jawab salam ku lho, hayo."
"Waalaikum salam, cucuku."
"Oma kenapa telfon saat aku di sekolahan, tak seperti biasanya. ada yang kangen nih, cie..."
"Gak pernah kangen kamu. Oma cuman mau bilang, nanti kalau udah pulang langsung pulang, jangan mampir ke mana-mana."
"Iya..."
"Awas kamu ya, kalau enggak—"
"Assalamualaikum, Oma."
Sambungan di putuskan sepihak oleh Almira lalu cekikikan tidak jelas membuat kedua sahabatnya heran. Nera dan Danera saling tatap dan secara bersamaan mereka menggelengkan kepala tanda tidak mengerti.
Nera langsung melemparkan kuaci kearah Almira yang membuat sang punya makanan favorit marah besar, "KUACI... GUA NERA... HUWAAA..." teriak histeris dari mulut si toa dengan keluar air mata, siapa lagi kalau bukan Danera.
Nera dan Almira menepuk jidatnya lupa dengan kesukaan sahabat yang sangat-sangat posesif melebihi pasangan.
"Gua gak bisa hidup tanpa kuaci, hiks- sroot." tangis Danera dengan mengusap ingusnya di tangan Almira yang ia pegang.
Almira langsung teriak heboh karena itu, baginya itu sangat menjijikan. dirinya saja pakai tisu atau sapu tangan, malah ini temannya memakai tangannya.
Nera hanya tersenyum kecil hingga tidak ada yang menyadarinya, Nera sangat senang mendapatkan sahabat seperti mereka. hari-harinya selalu bewarna dengan tingkah konyol mereka. ia sangat beruntung.
Nera memberikan tisu kepada Almira dan langsung di sahut secepat kilat untuk membersihkan punggung tangannya dari ingus, "Terima kasih." ucap Almira tulus dengan senyuman dan dibalas senyuman tak kalah manis juga.
"Sorry." ucap Danera menundukkan kepalanya menatap Almira.
Almira menghela nafas pelan lalu mengangkat tangan kepada puncak kepala Danera dan mengelus pelan membuat si empu mendongakkan kepalanya.
"Gua gak marah kok, tadi cuman bercanda doang. ya gak Ner?" ujar Almira minta persetujuan dari Nera yang hanya membalas mengangguk.
Danera langsung memeluk keduanya yang menjadi pusat perhatian seluruh penghuni kantin. ada yang iri bisa mendapatkan sahabat seperti mereka, ada pula yang baper.
Ada seseorang yang dari tadi menatap ketiganya, tapi yang menjadi objek kesukaannya adalah Almira.
"Baik. Saya cinta kamu, Almira. tunggu saya menjemput sebagai ratu di kehidupan saya." gumamnya dengan tersenyum sambil memegang dadanya yang sudah berdetak tak karuan. apalagi kalau berbicara dengannya, apa gak langsung pingsan kah?
***
Seluruh kelas sekarang sudah berlari berbondong-bondong untuk keluar kelas, karena pulangnya lebih cepat dari biasanya. berbeda dengan ketiga gadis remaja yang masih meng-gibah di koridor kelas sambil berjalan sangat santai seperti tanpa beban. lebih banyak tawa dari pada ceritanya.
Saat tiba-tiba ada yang memanggil dari belakang membuat ketiganya menoleh, padahal hanya nama Almira saja. dan saat menoleh mendapati Roy sang ketua Osis atau pacar dari Almira membuat si empu tersenyum melihat pacarnya menghampiri.
"Pulang bareng yuk, nanti mampir di kedai ice cream yang ada di taman seperti biasa." ajak Roy kepada Almira.
Almira menepuk jidatnya lupa, "Maaf, gak bisa untuk sekarang." ujarnya.
Roy langsung melunturkan senyumannya, "Kenapa?" tanyanya dengan wajah datar membuat Almira meringis pelan.
"Oma suruh aku—"
"Oma lagi?" tanya Roy memotong ucapan Almira dan dibalas hanya anggukkan kepala.
"Oma, Oma, dan Oma. selalu aja alasan kamu Oma." ujar Roy dengan nada datar.
"Roy, apaan sih kamu. emang bener kok." tegur Almira.
Bagaimana dengan Nera dan Danera, mereka hanya menatap saja tanpa ikut pembicaraan keduanya yang pribadi.
"Selalu aja alasannya Oma. udah lah, males." ujar Roy suara dingin lalu pergi begitu saja tanpa menghiraukan teriakan Almira.
Danera langsung memeluk Almira erat dan diikuti Nera juga memeluk tak kalah erat sambil mengelus punggungnya yang tertutup hijab. Ada seseorang yang dari tadi hanya menatapnya dari jauh di balik pintu kelas sebelah tanpa ada yang tau.
Seseorang itu mengepalkan kedua tangannya menahan emosi karena orang yang dia cintai sudah di buat oleh orang lain menangis. dia berjanji, kalau mereka sudah bertemu, Almira akan selalu dirinya jaga dari apapun dan akan memperlakukan seperti ratu kerajaan.
"Yuk pulang, lo pasti udah di tunggu sama Oma." ajak Danera dengan bernada lembut.
"Lo gak cocok banget karena suara Lo lembutin, lebih cocok kalau suara Lo merusak dunia." ujar Almira tertawa membuat seseorang yang melihat itu ikut tersenyum juga.
"A. S. U." ujar Danera kesal dengan mengeja perkata.
Almira makin tertawa sangat kencang sampai memegang perutnya yang kram karena capek tertawa. Danera yang kesal langsung meraup wajah Almira yang tertawa dan membuat tawa nya berhenti.
Lalu dia langsung merangkul bahu Almira melengang pergi begitu saja meninggalkan Nera yang menatap seseorang itu dengan tatapan yang sulit diartikan.
Seseorang itu menyengir menampilkan kedua jarinya sebagai tanda peace kepada Nera dan mengusirnya pakai tangan kanan yang ia gerakkan maju mundur.
Nera membalas dengan mengangkat jari tengahnya lalu berlalu pergi dan seorang itu mendengkus kesal kepada Nera.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments