5. Tak Sengaja!

"Ayo dong pah, hari ini aja. Kan sudah lama kita nggak pergi," Rayu Talisa.

"Aduh sayang....maafin papah ya, papah hari ini benar-benar nggak bisa," Ujar Brian.

Talisa hanya termenung sambil menghembuskan nafas kasar.

"Mas...apa kamu tega lihat Talisa ngambek?" Sambung Tiara.

Brian melirik putrinya. "Okay Talisa, nanti siang papah akan jemput kamu sama mamah," Ucap Brian berubah pikiran.

"Hore.....hore....makasih papah!" Seru Talisa.

Siang harinya sesuai janji, Brian pulang ke rumah untuk menjemput istri dan anaknya. Setibanya di Mall, mereka berbelanja sesuai kebutuhan.Tanpa Brian sadari, bahwa Sania juga ada di tempat yang sama. Sania pergi ke Mall bersama putranya saja, sedangkan suaminya tidak ikut.

Kebetulan di salah satu outlet pakaian, ketika Tiara sedang memilih pakaian ia tak sengaja melihat Sania yang juga sedang memilih pakaian.

"Loh kamu.......Sania kan?" Sapa Tiara berjabat tangan.

"Loh....Tiara, disini juga ternyata!" Seru Sania tersenyum.

"Sama siapa saja?" Tanya Tiara.

"Ini sama anakku, biasalah hari libur pasti ngajak nya kesini," Jawab Sania.

"Suaminya nggak ikut?" Tanya lagi Tiara.

"Enggak, lagi ada pekerjaan soalnya," Ujar Sania.

"Sayang udah selesai belum milihnya," Sambung Brian yang baru saja habis dari toilet.

Brian terperanjat saat menatap Sania yang berada didepan istrinya. Sebaliknya dengan Sania, ia tercengang ketika melihat kedatangan Brian.

"Sayang....kenalin ini teman baruku.Namanya Sania," U cap Tiara.

"Em....kenapa kalian malah bengong?" Tanya Tiara pada Brian dan Sania yang saling bertatapan.

"Ah iya.....panggil saja Brian." Serunya mengulurkan tangan dengan wajah yang gugup

"San....Sania...." balas Sania terbata-bata.

Suasana semakin canggung, ketika Briam dan Sania sama-sama terlihat gugup . Namun mereka bersikap seolah-olah tidak saling kenal.

"Astaga mengapa Tiara bisa mengenal Sania," Batin Brian membuang wajah.

"Jadi Sania, mas Briam ini adalah suamiku." Kata Tiara.

"Oh gitu ya....." Balas Sania tersenyum.

"Sial, ternyata Tiara adalah istri dari mas Brian." Batin Sania menelan ludah.

"Em....ka-kalian kenal darimana?" Tanya Brian.

"Sinta mas, Sinta yang kenalin aku sama Sania," Ucap Tiara.

"Oh ya?em....sayang,belanjanya sudah kan?" Tanya Brian.

"Ini sudah mas,tinggal bayar aja," Ucap Tiara.

"Yasudah kalau begitu,ayo kita bayar," Ujar Brian yang tak nyaman dengan situasi saat ini.

"Em...tapi mas, aku baru aja ketemu Sania.Okay deh, Sania aku duluan yah!" Seru Tiara.

"Okay tidak apa-apa silahkan!" Balas Sania memalsukan senyuman.

Brian dan Tiara lalu melangkah pergi. Sedangkan Sania masih berdiri menatap mereka dengan tatapan sinis.

Perjalanan pulang menuju rumah, Brian yang sedang menyetir tampak dari tadi seperti orang gelisah. Hal itu membuat Tiara merasa sedikit heran.

"Mas, kamu kenapa sih dari tadi aku perhatiin kaya orang gugup aja?" Tanya Tiara.

"Tidak apa-apa sayang!" Jawab Brian.

Sania sudah sampai di rumah terlebih dahulu. Ia menitipkan Alif kepada bibi Asih yang baru saja pulang dari kampung.

"Lho bibi Asih, kapan datangnya?" Tanya Sania.

"Hehe....bibi baru saja datang tadi. Maaf karena bibi tidak mengabari nyonya sebelumnya," Jawab bibi Asih.

"Oh iya bi, tidak apa-apa!" Tutur Sania. "Bi Asih,nanti jagain Alif ya.Saya mau pergi sebentar soalnya," Ucap Sania.

"Baik nyonya...." Bibi Asih menganggukkan kepalanya berulang kali.

"Kalau begitu saya mau mandi dulu!" Sania melangkah menuju kamar.

Baru saja ingin melepas pakaian, tiba-tiba ponsel Sania berdering. Ia lalu meraba tasnya untuk mengambil ponsel.Ternyata Brian menghubunginya, meminta untuk bertemu sekarang juga. Sania pun mengiyakan permintaan dari Brian

Selang beberapa saat, Sania sudah bersiap-siap untuk pergi. Jam menunjukkan pukul empat sore, ia rasa suaminya pasti akan pulang telat hari ini. Jadi dia bisa dengan bebas untuk bertemu Brian.

Ditempat yang telah dijanjikan, yaitu Apartemen. Sania baru saja masuk dan melihat Brian berdiri sambil mengacak pinggang menghadap ke arah jendela.

"Mas....." Tegur Sania.

"Sania....akhirnya kamu datang juga!" Seru Ardian mendekati.

Raut wajah Sania terlihat datar.Tak menghiraukan Briam, ia malah melempar tas nya keatas tempat tidur lalu duduk.

"Hei....kenapa kamu bisa berteman dengan istriku?" Tanya Brian.

"Mas....aku juga tidak tahu jika Tiara itu adalah istrimu! kami hanya satu kali bertemu lalu berkenalan waktu itu."

Jawab Sania.

"Apa kamu tahu aku hampir saja mati kutu di depannya.Untung saja dia tidak tahu jika kita saling kenal!" Tukas Brian.

Sania menghembuskan nafas kasar.

"Hah,ternyata kamu dan istrimu sangat harmonis ya!" Lirih Sania.

"Apa maksudmu?" Tanya Brian.

"Jujur saja mas, entah kenapa aku sangat cemburu dan sakit hati ketika kamu memanggilnya dengan sebutan sayang dihadapan ku," Kata Sania.

"Bukan maksudku begitu Sania, aku begitu karena aku tidak ingin jika dia curiga," Ujar Brian memegang pundak Sania.

"Halah!" Rajuk Sania mengibaskan rambut.

"Sudahlah lupakan saja, yang terpenting sekarang aku sangat mencintai dan menyayangimu," Ucap Brian.

Tiba-tiba ponsel Sania berdering, suaminya menelfon memberitahu bahwa ayah dan ibunya akan berkunjung ke rumahnya malam ini. Sania sedikit terkejut, dengan gugup mengiyakan ucapan suaminya.

"Mas, aku harus pergi sekarang!mertuaku akan berkunjung malam nanti." Jelas Sania pada Brian.

"Baiklah kalau begitu,tidak apa-apa!" Seru Brian.

"Maaf mas, karena aku tidak bisa menemani mu lama-lama!" Ucap Sania.

"Sudah tidak apa-apa, pergilah!" Titah Brian.

Sania pun bergegas pergi meninggalkan Brian seorang diri. Sesampainya di rumah, jam sudah menunjukan pukul enam sore.Tak punya banyak waktu, Sania langsung pergi ke dapur untuk menyibukkan diri dengan membantu bibi Asih memasak. Setiap mertuanya datang ke rumah, ia selalu memasak dan menyiapkan makanan.

Selang beberapa saat, Sania sudah selesai masak. Beberapa hidangan makanan disajikan di atas meja makan.Terdengar suara deruan mobil dari luar, itu adalah Rama yang baru saja pulang.

Sania menyambut kepulangan suaminya dengan senyuman hangat di bibirnya.

"Kamu pasti lelah setelah bekerja seharian. Aku sudah menyiapkan air hangat untuk mandi kamu," Tegur Sania.

"Benarkah, baiklah kalau begitu. Sebentar lagi ayah dan ibu akan datang.Aku mandi dulu!" Kata Rama berlalu begitu saja.

Pukul tujuh lewat, ayah dan ibu Rama sudah datang. Rama dan Sania menyambut baik kedatangan orangtuanya.

"Selamat datang ayah ibu, rasanya sudah lama sekali tidak berkunjung kesini!" Sapa Sania menundukkan kepala.

Hana (ibu mertua) nampak sangat acuh dengan sapaan menantunya. Sementara Bima hanya membalas senyuman pada menantunya.

Melihat ibu mertua yang acuh, Sania hanya bisa menerima dengan senyuman karena sudah terbiasa.Yah, meskipun sudah menjadi menantu selama sepuluh tahun, Sania tetap saja dipandang buruk oleh ibu mertuanya. Entah mengapa alasannya,yang jelas Hana selalu mengabaikan menantunya.

Rama melirik Sania yang tepat berdiri disampingnya.Rasa tak enak hati muncul dalam benaknya.

"Aku kesini hanya untuk menemui cucuku.Dimana dia?" Tanya Hana dengan angkuh.

"Alif sedang belajar di kamar nya ibu!" Jawab Sania.

Seketika Hana menatap Sania sambil melepas kacamatanya.

"Bagaimana caramu mendidiknya?apakah setiap saat kamu terus menyuruhnya untuk belajar? mengapa kamu tidak memberikan waktu luang untuknya?" Tanya Hana mencerocos.

Sania mendongak dengan wajah sendunya."Bukan begitu maksudku ibu,aku....."

"Cukup!aku akan menemui Alif !" Tukas Hana.

Tiba-tiba di anak tangga Alif berteriak memanggil kakek neneknya.

"Kakek.....nenek.....!" Panggil Alif dengan girang langsung berlari mendekati.

"Cucu kakek nenek....." Tegur Bima memeluk cucunya.

"Alif.....apakah kamu merindukan nenek?" Tanya Hana.

"Iya Alif sangat merindukan kakek nenek, Alif senang sekali kakek nenek datang kesini!" Seru Alif.

"Em...ibu ayah, ayo kita makan malam bersama. Sania sudah menyiapkan makan malam untuk kalian!" Sambung Rama.

"Baiklah!" Ucap Hana sambil menatap sinis Sania.

Mereka pun kemudian makan malam bersama. Di tengah makan malam, Hana tiba-tiba membuka suara.

"Sania.....kamu itu sebagai seorang istri jangan boros-boros meskipun suamimu seorang direktur," Lirih Hana.

Sania sedikit bingung dengan perkataan ibu mertuanya itu. "Tidak buk,aku sama sekali tidak boros!" Ucap Sania.

"Tidak boros apanya, lihatlah perhiasan di tubuhmu!anting, gelang, kalung, cincin semuanya baru bukan? kamu menghabiskan uang suami mu untuk membeli itu semua!" Ketus Hana.

Sania melepaskan sendok dan garpu yang berada ditangan nya. Ia memberikan setengah senyumannya ketika mendengar ibu mertua berbicara seperti itu.

"Ibu jangan seperti itu!" Pinta Rama.

"Diam kamu, aku sedang menasehatinya!" Seru Hana.

"Ibu aku rasa ini sangat wajar, karena kami suami istri. Lagipula sebagian perhiasan ini dibeli dengan uangku sendiri," Jelas Sania dengan mata yang sudah berkaca-kaca. Ia mencoba menahan air matanya yang hendak runtuh.

"Istriku sudahlah, apa yang dikatakan Sania itu memang benar!" Sambung Bima pada istrinya.

"Tetap saja kamu itu boros.Oh ya,sebagai istri kamu itu harus menjalani tugas mu dengan benar untuk merawat suami dan anakmu. Jangan sibuk dengan urusan sendiri, suami dan anak itu perlu diperhatikan!" Kata Hana.

"Ibu kenapa ibu berbicara seperti itu?selama ini Sania sudah menjalankan tugasnya sebagai seorang istri!" Ujar Rama berusaha membela sang istri.

Seketika Wajah Sania menjadi kosong, ia menelan kasar ludahnya. Mencoba bersikap tegar dihadapan mertuanya agar air mata tak tumpah. Jelas sekali hatinya terasa sangat sakit.

Beberapa saat kemudian, Bima dan Hana memutuskan untuk pulang karena jam sudah menunjukan pukul sembilan malam.

Ketika mengulurkan tangan untuk bersalaman, Hana sama sekali tak membalas salaman dari menantunya.

Lagi-lagi Sania hanya bisa tersenyum simpul dan bersabar.Tinggalah mereka bertiga sekarang.

"Mas, aku ingin mengantarkan dan menidurkan Alif dulu!" Ucap Sania dengan wajah sedih berlalu begitu saja.

"Em...baiklah!" Seru Rama.

Melihat wajah Sania yang berbeda, Rama sungguh merasa tak nyaman kepada istrinya tentang ucapan ibunya tadi.

Dikamar, Sania kemudian menidurkan anak tercintanya.Tak butuh waktu lama, akhirnya Alif tertidur jua.

Sania termenung sejenak, tak terasa air mata mengalir membasahi pipinya. Karena sejak tadi ia menahan akhirnya tumpah jua.

Matanya memerah,dadanya terasa sangat sesak mengingat ucapan ibu mertuanya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!