"Apa perusahaan kita mengalami kerugian yang sangat besar?" Rama mendongak sangat terkejut saat Rika menyampaikan kabar buruk itu.
"Iya pak....karena perusahaan **** telah membatalkan kontrak dengan perusahaan kita secara sepihak," Ujar Rika dengan kepala menunduk.
"Argh......bisa-bisanya perusahaan tersebut membatalkan secara sepihak!" Pekik Rama dengan wajah kesal.
"Baiklah kalau begitu, aku akan mengadakan meeting nanti. Siapkan jadwal nya!" Titah Rama.
"Baik pak, kalau begitu saya undur diri!" Kata Rika.
Baru saja membalikan tubuh, Rika tiba-tiba hampir saja jatuh. Untung saja Rama langsung menopang tubuhnya.
"Hah....ada apa dengan mu Rika?" Tanya Rama menatap Rika.
"Apakah kamu sedang tidak enak badan hari ini? Lihatlah wajah mu sangat pucat sekali!" Ujar Rama.
"Em....tidak apa-apa pak, saya hanya sedikit pusing dan tidak enak badan saja hari ini," Jawab Rika dengan tatapan gugup.
"Rika.....jika kamu memang tidak enak badan, seharusnya kamu beristirahat saja di rumah!" Ucap Rama.
"Tidak apa-apa pak. Lagipula mana mungkin saya meninggalkan pekerjaan saya," Tutur Rika.
"Kalau begitu saya pergi dulu pak...." Rika tersenyum lalu berlalu dari hadapan Rama.
"Em....baiklah kalau begitu,silahkan!" Kata Rama.
Rika pun melangkah keluar sambil memegangi kepalanya.
Sore menjelang malam, hujan turun dengan begitu lebat disertai dengan angin kencang. Suara petir menyambar dengan sangat keras hingga membuat Alif ketakutan. Untung saja Sania segera menenangkan putra tercintanya.
"Jangan takut sayang, mamah akan ada terus di sampingmu," Kata Sania memeluk Alif sambil mengusap rambutnya.
"Hah....astaga badan kamu kok tiba-tiba panas!" Seru Sania panik.
"Papah dimana mah, Alif ingin bersama papah!" Lirih Alif.
"Sabar ya sayang, papah belum pulang.Tunggu sebentar, mamah akan menelpon papah dulu," Ucap Sania beranjak dari ranjang tempat tidur.
Sania mengambil ponsel nya,ia lalu menghubungi suaminya. Sudah berulang kali Sania menelpon, namun sama sekali tidak ada jawaban dari Rama.
"Mas Rama angkat dong!" Gerutu Sania. "Kemana mas Rama,padahal sudah jam segini!" Ucap Sania mondar mandir.
Karena telepon nya tidak diangkat oleh Rama, Sania pun kembali masuk kedalam kamar Alif.
"Sayang....mamah sudah menghubungi papah kamu, tapi papah kamu tidak bisa di hubungi. Lebih baik sekarang kamu minum obat ya, terus tidur." Ucap Sania.
Alif hanya mengangguk menuruti perkataan mamahnya.
Sementara Rama saat ini baru saja menyelesaikan pekerjaan nya. Ketika hendak pulang,ia tak sengaja melihat Rika yang sedang berdiri seperti menunggu seseorang.
"Rika....kamu belum pulang,em nunggu siapa disini?" Tegur Rama.
"Em....belum pak,saya lagi nunggu jemputan dari adik saya.Tapi sudah dari tadi adik saya tidak juga mengangkat telponnya," Kata Rika dengan sopan.
"Oh ya....kalau begitu sekalian saja bareng sama saya! saya juga ingin pulang!" Tawar Rama.
"Tidak usah pak, paling sebentar lagi saya juga di jemput!" Tolak Rika secara halus.
"Tidak apa-apa Rika, lagian sebentar lagi hari sudah mulai gelap dan kantor sebentar lagi sepi," Ujar Rama.
Rika memandangi suasana sekitar. Dengan rasa gugup ia pun menerima tawaran Rama untuk mengantar nya pulang. Di tengah perjalanan mengantar Rika, tampak suasana di dalam mobil terasa hening.
Untuk mencairkan suasana, Rama pun mulai membuka suara untuk basa basi terhadap Rika yang sejak tadi hanya diam saja.
"Rika....kenapa kamu hanya diam saja?" Tanya Rama sambil fokus menyetir
"Ah....tidak apa-apa pak,saya hanya sedikit gugup jika bersanding dengan laki-laki," Jawab Rika.
"Santai saja Rika, tidak usah merasa gugup." Rama tersenyum mendengarnya.
"Iya pak!"
"Omong-omong berapa usiamu sekarang?" Tanya Rama.
"Dua puluh delapan tahun pak,"
"Em....apakah kamu sudah menikah?"
"Belum,saya masih lajang!"
"Kenapa tidak menikah,padahal usia segitu sudah pantas untuk berumah tangga,"
"Iya benar seharusnya usia segitu sudah sepantasnya untuk menikah.Saya sangat trauma sekarang karena saya hampir saja ingin menikah tapi gagal," as Rika.
"Gagal? kenapa bisa gagal?"
"Calon suami saya ketahuan berselingkuh dengan wanita lain saat itu,"
"Oh....maafkan saya Rika, karena saya sangat lancang untuk bertanya seperti itu," Tutur Rama.
"Tidak apa-apa pak," Rika tersenyum.
Selang beberapa saat Rama pun sampai di depan rumah Rika.
"Terimakasih pak karena sudah mengantarkan saya. Sekali lagi terimakasih!" Seru Rika pada Rama.
"Sama-sama Rika, lain kali jangan sungkan apabila ingin pulang bersama!" Ujar Rama tersenyum.
"Baik pak,kalau begitu saya turun dulu!" Ucap Rika lalu turun dari mobil.
Tak terasa hari sudah malam, hujan masih tak hentinya membasahi permukaan bumi.
🥀
Beralih ke cerita Brian dan istrinya Tiara, malam ini Tiara sedang menyeduh secangkir kopi untuk suaminya. Dari sedikit kejauhan, Tiara yang sedang menyeduh kopi tatapan nya terus saja mengarah kepada Brian yang sedang duduk asik sambil bermain ponsel dengan wajah tersenyum.
"Tumben sekali mas Brian seperti itu. Seperti orang yang sedang senang," Batin Tiara.
Ia pun kemudian melangkah menghampiri Brian yang sedang duduk dengan membawakan secangkir kopi.
"Mas....ini kopi nya!" Seru Tiara membuat Briam gelagapan memasukan ponsel nya ke saku.
"Ah iya terimakasih!" Ucap Brian.
Tiara lalu duduk di samping suaminya sambil bertanya mengapa ia seperti orang yang sedang bergembira. Briam pun menjawab dengan bohong bahwa ia sedang senang karena perusahaan nya sekarang sedang untung banyak. Padahal ia sebenarnya sedang asik membalas pesan dari Sania.
"Benarkah, kalau begitu aku ikut senang mendengar nya!" Kata Tiara tersenyum.
"Mas aku ke atas dulu ya,aku ingin ke kamar Talisa soalnya!" Ujar Tiara.
"Iya.....baiklah!"
Tiara pun bangun dari duduknya lalu berjalan menuju anak tangga. Brian menatap ke arah tangga untuk memastikan istrinya benar-benar pergi. Ia kemudian mengeluarkan ponsel nya lagi dan kembali tersenyum ketika membuka pesan dari Sania.
Tanpa ia sadari, Tiara ternyata menatap nya sambil mengamatinya dari atas.
"Seperti ada yang aneh, tidak sepertinya dia seperti itu.Apakah dia membohongi ku?" Batin Tiara bertanya-tanya.
"Tidak mungkin dia membohongi ku, sebaiknya aku jangan berpikiran negatif tentang nya!" Tiara menghembuskan nafas nya lalu pergi ke kamar Talisa. Dia mencoba membuang jauh-jauh perasaan negatifnya.
🥀
Sementara saat ini, Rama baru sampai di rumah nya. Baru saja menginjakan kaki di rumah, Sania sudah berdiri menyambutnya dengan wajah datar.
"Dari mana saja kamu? kenapa jam segini baru pulang? dan mengapa telepon ku tidak diangkat?" Tanya Sania dengan melipat kedua tangan di dada.
"Sania......apakah kamu menelpon ku?" Tanya Rama.
"Iya aku menelpon mu dari tadi tapi mengapa kamu tidak bisa dihubungi? kamu tahu, badan Alif sangat panas sekarang. Dia demam!" Jelas Sania dengan sedikit kesal.
"Maafkan aku Sania, aku baru saja menyelesaikan pekerjaan ku dan ponsel ku mati karena kehabisan baterai," Ujar Rama.
"Halah omong kosong,cepatlah pergi ke kamar Alif. Dari tadi dia memanggil namamu!" Titah Sania kemudian pergi.
"Baiklah!"ucap Rama
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments