Usai mengantar dr. Fitri ke ruang praktek nya di poli bedah, Kalara beranjak ke ruang kerjanya. Tubuh Kalara sempat menegang sejenak. Rika sedang duduk di dalam ruang kerja Kalara.
"Sudah lama mba Rika?"
Rika menatap Kalara. "Hampir 45 menit."
Kalara berjalan pelan ke arah meja kerjanya. "Apa yang mau mba Rika bicara kan?"
"Saya bersedia pindah ke rumah sakit Internasional. Posisi saya bagaimana?"
"Mba Rika tetap bekerja dan dapat penghasilan. Itu intinya. Soal posisi, nanti diberitahu HRD rumah sakit International."
"Jadi belum ada kejelasan tentang posisi saya?"
"Memangnya mba Rika berpikir akan dapat posisi apa di International?"
"Yaa, setidaknya sekretaris direktur atau manajer. Saya sudah berkorban untuk rumah sakit ini."
Jemari Kalara segera mengotak atik hp. "Dari data riwayat kerja mba Rika, tertera, pekerjaan pertama mba Rika sebagai administrasi gudang obat di rumah sakit Sehat Waras. Lalu mba Rika melamar di rumah sakit Medical, di terima sebagai staf admission (pendaftaran) rawat jalan. Setahun kemudian, mba Rika diangkat sebagai manajer marketing atas rekomendasi dr. Danuraja. 6 bulan kemudian mba Rika menjabat staf marketing dengan saya sebagai manajer."
Pelan pelan Kalara menghela nafas nya. "Dari perjalanan karir mba yang lalu, mba merasa telah berkorban untuk rumah sakit hingga pantas untuk menjabat sebagai sekretaris direktur atau manajer?"
"Tentu saja. Sebelum kamu bekerja di rumah sakit ini, saya telah lebih dulu berada di unit marketing. Saya mengerjakan semua jobdesk manajer marketing. Saya juga yang mencari dan melobi beberapa dokter spesialis agar mereka mau praktek di sini. Dua alat usg di poli kebidanan berhasil saya datangkan setelah melobi petinggi phinip. Jangan lupa juga, saya sudah mengalah demi dr.Lidya mau praktek lagi."
Kalara menatap lekat Rika. Astaghfirullooohh semoga modelan Rika gini segera punah. Aamiin. "Skill (kemampuan) memang dibutuhkan dalam setiap bidang pekerjaan. Untuk bisa masuk ke jajaran manajerial, selain skill butuh kompetensi. Percuma punya skill tapi tidak punya kompetensi."
"Kamu lagi ngomongin siapa?!"
"Lagi ngomongin mba Rika tentunya."
"Berani beraninya kamu bilang saya gak punya kompetensi?!"
"Mau bukti? Oke. Pertama, untuk dua alat usg merk phinip. Mba Rika mengikuti semua prosedur yang ada. Membuat daftar kebutuhan dokter spesialis kebidanan dan kandungan. Membuat perbandingan di antara semua alat usg yang ada dari berbagai merk. Mengundang mereka semua untuk mempresentasikan kecanggihan alat nya. Setelah pilihan dijatuhkan, mba Rika ingat apa yang mba lakukan? Mba minta sejumlah uang sebagai imbalan kepada phinip."
Rika terkesiap. Sial! Dari mana dia tau soal uang itu.
"Kedua, soal kenaikan jabatan mba Rika. Saat bekerja sebagai staf admission (pendaftaran), mba Rika dikenal sebagai sosok yang rajin dan ramah terhadap pengunjung rumah sakit. Mampu menghadapi pengunjung yang marah marah dengan baik. Saat itu dr.Niken resign. Jabatan manajer marketing kosong. Mba Rika tahu jika dr.Danuraja adalah komisaris di rumah sakit ini. Mba Rika sering memberikan kue saat dr.Danuraja praktek. Sering bercanda dan bertanya kabar. Mba Rika mulai memposisikan diri sebagai teman curhat dr. Danuraja. Ketika mba Rika naik sebagai manajer marketing, tugas mba Rika bertambah sebagai teman tidur. Menemani tidur dr. Danuraja ketika seminar di luar kota. Dua hal itu cukup menjadi bukti kalau mba Rika mencapai tujuan dengan cara yang salah. Punya skill tapi tidak punya kompetensi."
Nafas Rika memburu. Wajahnya merah padam. Rika tidak habis pikir, bagaimana Kalara yang notabene orang baru bisa tahu semua hal hal rahasianya. Siapa informan dia? Kurang ajar. Dengan cepat Rika bangkit dari duduk nya. Berjalan ke arah pintu.
"Satu lagi mba Rika."
Langkah Rika terhenti.
"Tolong buat surat resign dan serahkan kepada HRD. Jika sampai sore nanti saya tidak melihat surat resign mba di HRD, kepindahan ke rumah sakit International berubah jadi pemecatan secara tidak hormat."
Tubuh Rika menegang. Tangannya terkepal. Tanpa banyak kata, Rika mengacungkan jempolnya. Lalu keluar ruangan seraya membanting pintu.
Kalara mengurut pelipisnya. Meski pusing sudah mulai mendera kepalanya, ia tetap harus bekerja. Jemari Kalara beranjak ke tumpukan berkas. Ia mulai mengurai satu persatu. Dua jam kemudian semua berkas sudah selesai dibaca dan ditanda tangani.
Langkah kaki Kalara berhenti di meja sekretaris direktur. "Siang mba Disa."
"Eh Kalara. Ada apa mba?"
"Mau nitip berkas untuk dr.Agung mba."
"Gak ketemu langsung aja Kal?"
"Enggak mba. Berkas berkas ini butuh dibaca sedikit. Ada ringkasan yang sudah saya tulis supaya dr. Agung mudah membaca dan memahami."
"Hmm oke mba. Nanti kalau berkas nya sudah sampai di aku lagi, aku kabari Kal ya?"
"Oke, Siap."
"Mau maksi Kal?"
"Iya mba, mau makan siang sekaligus ketemuan dengan principal berontak pharmaceutical (farmasi/obat)."
"Oooh asik dong ditraktir makan siang." kekeh Disa.
"Ish mba Disa nih. Kalo kita minta traktir, yang ada mereka nanti banyak mau nya dan ngatur ngatur marketing mba."
"Iya sih. Yang enak dokter ya. Mau seminar sambil liburan dibayari."
"Ada syarat nya juga mba. Asal obat mereka dipake sama dokter yang bersangkutan. Tiap uang keluar dianggap investasi oleh mereka."
"Hadeeuuh emang gak ada yang gratis ya Kal."
"Buang air aja bayar mba."
Disa tertawa.
Tuit
Tuit
Klik
Alarm mobil Kalara berbunyi.
"Kalara!"
Suara bariton dibelakangnya membuat Kalara membalikkan tubuhnya.
Danuraja dan Rika berhenti di depan Kalara.
"Kamu jangan mengintimidasi Rika."
"Intimidasi yang seperti apa dok?"
"Kamu minta Rika menyerahkan surat resign hari ini. Kamu juga menyebut Rika mendapatkan jabatan manajer marketing dengan menjadi teman tidur saya. Jangan mengurusi urusan orang lain."
"Saya hanya menegaskan prosedur yang ada dok. Resign dari pekerjaan diawali pemberitahuan ke HRD melalui surat tertulis. Hal tersebut merupakan peraturan baku yang berlaku di rumah sakit ini bukan?! Jadi, semua karyawan termasuk Rika harus mematuhinya. Dan soal teman tidur harusnya dr.Danuraja tersinggung."
Kening Danuraja mengernyit.
"Bisa saja karyawan wanita di rumah sakit ini terinspirasi mba Rika. Jadi teman tidur dr.Danuraja agar bisa naik jabatan."
"KALARA! Lancang kamu!"
"Rika yang lancang dokter. Rika justru mencontohkan karyawan berperilaku mesyum."
Kalara mendekat Rika. "Tulis surat resign dan berikan kepada HRD. Paling lambat jam 3 sore. Ini peringatan terakhir."
Usai berbicara pada Rika, Kalara balik badan.
Sontak Rika memegang lengan Danuraja. "Mas, mas lihat kan?! Kalara benar benar kurang ajar!"
Danuraja menatap Rika. "Buat surat resign dan berikan pada HRD."
"Tapi mas, Kalara.."
"Buat surat resign nya segera. Apa kamu gak bisa buat surat resign?!"
Danuraja pergi meninggalkan Rika yang bengong.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Yunerty Blessa
rasakan Rika
2023-03-07
1
mama fia
Like dan komen nya ya teman teman..
2022-08-23
0