Terjerat Cinta Sang Pewaris
Sudah beberapa kali menarik napas, sudah beberapa kali pula mengusap dada. Tapi, ketenangan yang diharap, tak juga menyapa. Bahkan debaran kian tak terkendali, membuatnya harus menoleh kanan kiri. Untuk lebih memastikan apa benar itu detak jantungnya sendiri. Bukan tengah ada orang yang menabuh gendang dan diam-diam mengikuti.
Sebenarnya jauh di relung hati, misi yang harus dijalankannya ini sangat bertentangan dengan nurani. Gadis itu bahkan merasa sudah mengkhianati hijab yang selalu dipakainya selama ini. Tapi, demi untuk menyelamatkan harga diri, harga diri seorang wanita yang harus dijunjung tinggi. Mungkin tindakan ini cukup sepadan. Begitu ia menimbang dalam diri.
Di depan sana, roda mobil mewah seharga miliaran rupiah telah berhenti. Membuat kegelisahannya semakin menjadi. Keraguan dan semangat datang silih berganti. Hingga ia harus pejamkan mata berkali-kali, untuk bulatkan tekad di hati. Deru napasnya sudah hampir serupa dengan debar jantungnya yang tak terkendali. Gadis itu kian memejamkan mata rapat sekali, seraya mulutnya komat-kamit seakan merapal ajian sakti.
Gugup? jelas sekali.
Takut? jangan ditanya lagi. Ia bahkan sangat ingin mundur dan mengibarkan bendera putih pertanda menyerah. Tapi, sekali lagi ia bakar semangatnya kembali. Dan memilih melanjutkan misi.
Sesosok tampan rupawan keluar dari mobil itu. Seperti biasa, pesonanya yang tak terbantahkan selalu berhasil menghipnotis setiap yang memandang. Dan sikapnya yang tak pernah memerdulikan, justru membuat pesonanya kian berkilau.
Gadis itu memandangnya dengan napas menderu, mengumpulkan segenap keberanian dalam kalbu. Dan akhirnya langkah pun terayun, gegas memburu.
"Tuan Muda Erald!" Ia beranikan diri memanggil, dengan suara dibuat setegas mungkin. Padahal aslinya, tubuhnya hampir menggigil.
Berhasil, langkah tegap pemuda tampan rupawan itu berhenti. Tapi ia hanya tetap berdiri tegak saja, tanpa mau menoleh pada siapa yang memanggilnya. Gadis itu pun berlari, mengabaikan hijabnya yang berkibar kesana kemari. Dan kini ia telah berdiri di depan Rafaresh Emerald William, dengan napas ngos-ngosan. "Maaf ganggu," ucapnya, seraya berusaha mengatur napas. Tapi, sialnya debaran jantungnya malah kian kuat.
Tak ada jawaban, yang empunya wajah rupawan dan pemilik nama belakang--yang menunjukkan sebagai garis keturunan keluarga William, terlihat enggan memberikan tanggapan. Kecuali hanya tatap tajamnya yang menyapu pandang. Dan itu membuat debaran dalam diri si gadis kian tak bisa dikondisikan.
Sikap pemuda tampan ini membuat si gadis tak lagi bernyali, niat yang sudah terpatri, dan rencana yang sudah tersusun rapi, bukan hanya telah berantakan, tapi telah raip dan tak bersisa lagi. Ia hanya berdiri dengan sepasang lutut yang seakan bergetar, sedangkan kedua tangannya memilin-milin ujung hijabnya yang lebar.
Rafaresh Emerald William melihat hal itu sejenak, lalu kembali menatap lurus ke depan. "Jangan menghalangi jalan!" ucapnya dengan nada datar. Karena tak ada kata yang terucapkan, tentu saja tuan muda keluarga William itu langsung menilai, kalau gadis di depannya tak punya kepentingan. Mungkin ia hanya sedang mencoba peruntungan, dengan memanggil sang tuan muda, apakah akan didengar, atau diabaikan.
Si gadis terdongak. Lebih tepatnya memberanikan diri untuk terdongak, menatap seraut wajah rupawan yang menjadi pesona nomer satu di seantero Universitas bergengsi itu. Dan kini apa yang didapat? Ia tak dapat menafikan pesona tuan muda yang selalu menjadi sasaran pujian dan sanjungan dengan untaian kalimat indah.
"Sa-saya ada perlu." Gadis berhijab itu memberanikan diri berkata, ya meski dengan suara yang bergetar, dan ucapan yang terbata-bata. Keberanian itu didapat tatkala pandangannya tertuju pada satu arah, dimana beberapa orang yang tengah memantau tingkahnya, memberikan isyarat agar misi segera dilaksanakan dengan cepat. Jangan sampai terlambat. Jika tidak sandra akan segera dibabat.
"Katakan apa keperluanmu! Jangan membuang waktu!"
FYUH..
Ucapan Sang tuan muda, sanggup mendatangkan kembali keraguan yang telah diusir pergi. Pasalnya, sikap dingin yang dikombinasikan dengan tatapan tajam itu bak ****** beliung yang mampu mengusir siapa pun yang ingin mendekati. Tiba-tiba saja si gadis merasa kalau hawa dingin dari air terjun Niagara, telah berpindah ke wilayah kampus putih Pramudya.
Tapi, si gadis berhijab tak punya pilihan lain, selain terus maju. Maju menjalankan misi dari beberapa orang yang mengklaim diri punya kekuasaan mutlak, hingga bisa berbuat semena-mena di kampus itu.
"Aku terpaksa," ucap gadis itu mencoba menentang tajamnya tatapan Tuan muda Erald. Tapi hanya sesaat, ia tak cukup kuat bertahan. Karena irama jantungnya bahkan lebih keras dari dentuman bedug menjelang lebaran.
Akan tetapi gadis itu benar-benar tak punya pilihan lagi. Ia maju sekitar lima langkah hingga berada dalam jarak yang sangat dekat dengan tuan muda Erald. Sepasang kakinya berjinjit untuk mensejajari tinggi pemuda tampan di depannya. Dan, CUP.
Setelah melakukan aksi tak terduga itu, ia segera berlari dengan wajah merah padam karena teramat takut dan malu.
"Ckk." Pemuda tampan itu mengusap bibirnya dengan memendam kemarahan. Selama ini tak pernah ada yang berani berbuat sampai demikian. Jangankan untuk bertingkah yang macam-macam, ditatap saja, semua orang sudah menundukkan pandangan. Meskipun pesonanya tak terbantahkan. Sulit bagi siapa pun untuk tak terjerat pada ketampanannya yang nyaris tiada tandingan. Namun, para pecinta itu hanya memuja dalam diam, dan mengagumi dari kejauhan. Karena adanya jarak yang luas membentang, serta batas yang sangat tinggi menjulang.
Siapa yang tak tau pada Rafaresh Emerald Willliam, tuan muda keluarga William yang digadang-gadang sebagai pewaris kerajaan bisnis dan kejayaan keluarga William Pramudya. Maka tak pernah ada yang berani mendekati, jika tak berasal dari circle yang sepadan. Sehingga setiap ketertarikan harus dipendam, atau dibisikkan pada angin malam, kala sunyi dan tak ada orang. Agar tak menjadi bahan tertawaan.
Tapi, kini malah ada seorang gadis yang tidak ia kenal, bahkan melihat pun baru sekarang. Namun, dengan beraninya gadis itu telah mencuri ciuman. Kendati dalam durasi yang sangat singkat. Tapi cukup untuk membuat harga dirinya seakan terkoyak. Sang tuan muda merotasi pandangan pada pemuda sebayanya yang berdiri jarak dua langkah di belakang.
"Tau, apa yang harus kau lakukan?"
"Sangat tau, Tuan Muda." pemuda yang juga berwajah tampan itu langsung menjawab paham.
"Satu jam pun aku tak ingin menunggu, Devan," tegas sang tuan muda dengan kilat kemarahan pada kedua netra. pandangan yang setajam elang itu kini terlihat kian seram saja.
"Tak akan sampai selama itu," tegas Devan dengan sigap dan tekad kuat.
"Aku tunggu di kelas khusus."
Tuan muda Erald segera bergegas, dengan langkah yang lebih cepat. Membawa getar murka yang membayang jelas di kedua netra. Satu kata tindakan yang terpatri dalam dada. Bahwa tak akan pernah ada ampun untuk si gadis hijab yang telah mencuri ciuman pertamanya.
Apakah yang akan terjadi selanjutnya?
🌹🌹🌹
Assalamualaikum..Sesuai janji saya beberapa saat lalu, untuk merilis kisah anaknya Aresh dan Arra, serta beberapa tuan muda dari keluarga William yg lain. Selamat membaca ya, dan semoga berkenan...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
𝒮🍄⃞⃟Mѕυzу᭄
....
2024-02-01
0
Rr Ecih Hao Khan
puiiihh gayanya persis papahnya...cool man.... lanjut thos...awal cerita dah menarik...
2023-03-28
0
NA_SaRi
Itu yg cewek bukan putrinya Ra Adlan kan mi?
2022-11-17
1