Keputusan

Sesuai permintaan sang bibi, Vina berdandan secantik mungkin. Memakai baju yang di sediakan oleh wanita galak itu.

Jujur, hatinya menangis sakit.

Bagaimana tidak? Ia sudah menolak halus perjodohan ini. Tapi, tak disangka, ia malah disiksa dan dicaci maki oleh paman dan bibinya.

Sore tadi, ketika ia berusaha menolak, sabetan ikat pinggang langsung mendarat di punggung dan pahanya. Bukan hanya itu, beberapa bekas cubitan juga bersarang di lengan dan pahanya.

Rasanya perih sekali. Seperih luka hati yang ia rasakan saat ini.

Vina meneteskan air mata beberapa kali. Sungguh ia sedih, malu, dan sakit.

Bagaimana tidak? Ia buka anak kecil lagi. Namun diperlakukan seperti bocah kecil. Andai tidak ingat pesan kedua orang tuanya sebelum meninggal, mungkin Vina sudah melaporkan mereka pada pihak yang berwajib.

Tak ingin membuat malu kedua orang yang telah membesarkannya, Vina pun menghapus air mata.

Lalu kembali menyapu wajah ayunya dengan make up untuk menyamarkan bengkak di mata.

Di luar kamar, terdengar suara Doni, paman Vina tertawa. Sepertinya, tamu yang mereka tunggu sudah datang.

"Silahkan masuk Pak Galih, Bu Silvi. Aduh, bawa apa ini. Repot-repot sekali," sapa Luna basa-basi.

"Ini nggak ngrepotin kok. Cuma syarat aja." Bu Silvia tersenyum.

"Ini calon mantu kita, Pa? Duh tampan sekali?" Luna mengelus lengan Yoga.

"Iya, Jeng, ini loh calon mantumu. Kenalin Pak Doni, Bu Luna, ini putra kami, namanya Yoga Bagaskara," ucap Pak Galih, membalas sapaan calon besannya.

"Owalah, ganteng pisan yo, Pa!" Luna kembali tersenyum.

Sedangkan Yoga hanya menyunggingkan senyum. Untuk menghormati mereka tentunya. Tak lupa, untuk menjaga martabat keluarga, Yoga juga mengulurkan tangan sebagai tanda perkenalan kepada paman dan bibi calon istrinya.

"Mari masuk, silakan duduk. Ya, beginilah tempat tinggal Vina. Kami harap ini tidak jadi masalah," ucap Luna.

"Ah, tidak, Bu. Jangan merendah! Eh mana calon mantu kami, Pak?" tanya Pak Galih.

"Oh ada, sebentar saya panggilkan dulu ya. Silakan dicicipi cemilannya," jawab Luna seraya beranjak dari tempat duduknya. Tentu saja untuk memanggil Davina. Sedangkan yang lain meneruskan obrolan mereka. Agar mereka bisa saling kenal satu sama lain.

Tak lama berselang, Luna pun datang bersama Davina. Luna tersenyum ramah sembari menggandeng Vina.

Keluarga Pak Galih langsung terpesona melihat wanita yang hendak menjadi menantunya itu.

Bagaimana tidak?

Davina memang sangat cantik. Tubuhnya yang ramping, rambutnya hitam legam, kulitnya putih bersih dan pembawaanya yang kalem, memberikan nilai plus bagi mereka. Tetapi itu tidak berlaku bagi Yoga. Pria tampan ini malah mengumpat kesal dalam hati. Ingin rasanya ia menampar wajah sok polos wanita itu.

"Ini yang namanya Davina ?" tanya Bu Silvi.

"Iya, Tan. Ini saya," jawab Vina. Tersenyum sekilas.

"Kamu cantik sekali, terakhir kita ketemu pas kamu umur 6 tahun lo. Oiya, kamu inget mas Yoga, nggak?" tanya Ibu Silvi dengan senyum ramahnya.

Vina tersenyum dan menggeleng.

'Syukurlah kamu nggak inget sama aku. Apalagi aku, aku tidak akan pernah sudi mengingatmu. Dasar wanita jelek,' batin Yoga, kesal.

"Ya udah sini Tante kenalin," ucap Ibu Silvi seraya menggandeng tangan Vina dan mengajak perempuan cantik itu mendekati sang putra.

Yoga tersenyum dan mengulurkan tangannya pada wanita tersebut. Begitupun Via, ia segera menyambut uluran tangan itu.

Mereka pun berkenalan. Saling melempar senyum.

'Cih ... wanita kampungan model begini, di pasar juga banyak, Ma, Pa! Astaga!' gerutu batin Yoga lagi.

Di sudut hati yang lain, Vina merasakan aura ketidaksukaan pria yang hendak dinikahkan dengannya.

Mungkin karena ia terbiasa dikucilkan. Makanya ia bisa merasakan tanpa dikasih tau.

Prasangka itu didukung, tanpa sengaja beberapa kali ia melihat, Yoga menatapnya tajam sembari meremas jari-jemarinya. Seperti seseorang yang sedang menahan amarah.

Tuhan, tolong jangan pria ini. Vina takut, Tuhan. Tolong beri dia kekuatan untuk menolak. batin Vina penuh harap.

Sayangnya, harapan itu musnah ketika keluarga calon suaminya ini mengutarakan maksud dan kedatangan mereka ke rumah ini.

"Jadi begini, Pak Doni, Bu Luna, Nak Vina. Sebelumya kami minta maaf, Nak Vina. Mungkin ini terkesan mendadak tapi paman dan bibimu sudah setuju. Maksud kami kesini adalah meminangmu, Nak. Sesuai janji Om sama almarhum ibumu dulu. Bahwa sebenarnya kamu dititipkan sama Om. Hanya saja kami tidak tahu alamatmu. Dan satu bulan yang lalu, ada karyawan Om yang ternyata mengenal almarhum ibumu juga. Lah dari situlah kami tahu tempat tinggalmu. Ternyata nggak jauh-jauh amat. Nah, makan dari itu, berhubung Om punya anak laki laki maka Om putuskan untuk menjadikanmu mantu kami. Biar Yoga, anak kami yang aka menjagamu. Bagaimana?" ucap Pak Galih panjang lebar.

Vina menatap bingung. Tak tahu harus menjawab apa. Hatinya bergejolak ingin menolak. Namun paman dan bibinya tak mungkin mengampuninya. Tapi, jika ia menerima... lihatlah, tatapan calon suaminya itu. Begitu tajam dan mengerikan. Vina takut, sangat takut.

Lama Vina tenggelam dalam dilema. Terdiam tanpa bisa mengucap kata.

Tak sabar, Luna pun langsung mencubit pinggang Vina.

Spontan, wanita lemah ini pun langsung menjawab iya. Sungguh ia tak punya pilihan lain.

"Baik Om jika itu yang terbaik," jawab Vina spontan.

Vina menundukkan kepala. Hatinya bergemuruh takut.

Bagaimanapun tidak?

Ia pahami, jawaban itu akan membawanya ke babak baru penyiksaan di dalam kehidupan yang harus ia jalani.

Namun, apa boleh buat, bukankah hidupnya memang ditakdirkan begini. Semua alur sudah ada yang menentukan.

Di lain pihak, ada hati satu ibu yang melihat kasihan pada Vina. Yaitu, Bu Silvi.

Entah mendapat firasat dari mana, tiba-tiba saja ia menangkap kesedihan yang mendalam di wajah calon mantunya.

Firasat buruk itu pun membuat wanita berhati lembut ini pun berjanji akan melindungi Davina. Akan menjaga Davina. dan membuat wanita itu bahagia. Jika Tuhan benar menakdirkan Davina sebagai menantunya.

"Yoga boleh minta satu permintaan, Pa?" tanya Yoga.

"Boleh! coba katakan," jawab Pak Galih.

"Yoga, maunya akad nikah di rumah aja. Karena Yoga sibuk, resepsinya boleh ditunda dulu kan?" ucap Yoga.

"Nggak masalah kalau itu mau kamu. Karena tak perlu resepsi, bagaimana kalo akadnya kita laksanakan besok saja. Niat baik bukankan tak baik kalo ditunda. Bagaimana Pak besan, Bu besan" Pak Galih menatap kedua calon besannya, meminta pertimbangan.

"Kami ngikut aja pak besan. Ya, Pa,"jawab Luna.

Sedangkan Pak Doni hanya mengangguk saja.

" Gimana, Ga? Kamu siap menikah besok?" tanya Pak Galih.

"Oke, nggak masalah," jawab Yoga singkat.

"Baik kalo begitu, nanti Papi kabari pak penghulu, masalah jamnya, besok kami kabari Pak Besan," ucap Pak Galih.

"Siap, Pak. Tidak masalah. Masalah baju pengantin bagaimana?" tanya Pak Doni.

"Aduh, jangan khawatirkan itu. Tantenya Yoga punya butik yang menyediakan baju pengantin. Besok Vina kami jemput dan langsung bisa pilih baju. Sekalian di rias di sanasana. Gimana? semua setuju?" ucap Pak Galih.

"Tidak masalah. Vina senang kok begitu, ya kan Vin? Kamu senang kan?" jawab Luna semangat.

Bagaimana tidak? uang mahar yang diterima Vina jumlahnya sangat fantastis dan itu adalah miliknya. Semua yang Vina dapat dari mertua kayanya ini adalah miliknya.

Bagaimana dia tidak semangat?

"Vina... Kok diam? Gimana? Kamu mau kan skenarionya begitu besok? atau Vina punya impian lain soal gaun pengantin?" tanya Bu Silvi.

"Tidak, Tan. Vina ikut saja," jawab Vina singkat. Masih menundukkan kepalanya. Karena ia takut, ketiga tamunya ini menangkap kesedihannya.

"Baiklah jika kamu tak masalah dengan keputusan ommu. Besok, Om sama tantenya Yoga yang jemput kamu ya, Nak. Jangan takut. Menikah tidak se mengerikan itu. Menikah itu ibadah, Sayang. Asalkan kamu ikhlas, pasti semua akan baik-baik saja. Oke!" ucap Bu Silvi sembari mengangkat dagu Vina dan menaksa Vina untuk menatap matanya.

Vina menatap sekilas. Lalu kembali menundukkan kepala.

Sayangnya, adegan itu memunculkan rasa marah di hati Yoga.

Yoga masih mengumpat kesal di dalam hati. Wajah polos Vina ternyata membuatnya muak.

Cih wanita kampungan, lihat calon suaminya tampan kaya langsung aja jawab iya dasar janda genit,' umpat batin Yoga.

Setelah pembicaraan panjang lebar itu, akhirnya mereka pun sepakat melaksanakan pertunangan sekarang.

Dan pernikahan akan dilaksanakan besok pagi di aula masjid dekat rumah Yoga.

Malam semakin larut keluarga Pak Galih akhirnya berpamitan.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

harwanti unyil

harwanti unyil

awas enak malah jatuh cinta

2023-08-23

0

JandaQueen

JandaQueen

di part sebelumnya namanya sifa, disini jadi silvi... ndadak scroll dulu aqutu.. 😄

2023-02-23

0

Lutfie Wachad

Lutfie Wachad

masih di awal pertemuan Yoga seperti tidak menyukai Vina...mungkin karna belum kenal maka tak sayang hehehe

2022-09-25

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!