3. Bertanya-tanya

Suasana malam begitu gelap di luar sana, hanya sesekali saja lampu di depan-depan rumah dan lampu jalanan menyorot.

Mobil travel melaju kencang, sementara sang supir agar tak sampai mengantuk terlihat sibuk menyetel lagu untuk mengiringi perjalanan.

Ela sendiri yang duduk paling belakang terlihat menyandarkan kepalanya pada kaca mobil travel sambil sibuk memainkan hp nya.

Tak ada yang benar-benar ia tonton sebetulnya, tapi jelas ini ia lakukan hanya untuk mengusir kejenuhan saja jika melihat keluar jendela rasanya yang ia lihat hanya hamparan kegelapan.

Travel yang ditumpangi Ela, terlihat hanya ada lima penumpang.

Satu seorang cowok duduk di depan di samping supir, lalu di barisan kedua ada seorang Ibu yang bau minyak angin, sebelahnya adalah anaknya si Ibu, anak laki-laki seusia SMP, dan yang duduk bersama Ela di barisan paling belakang adalah seorang gadis yang sejak Ela masuk hanya tidur saja tanpa peduli apapun.

Bahkan, saat travel sempat berhenti di POM Bensin, dan semuanya turun untuk ke toilet dan beli cemilan di minimarket yang ada di sana, gadis itu sama sekali tidak bangun.

Mungkin dia asisten rumah tangga yang tugasnya sangat banyak, atau buruh pabrik yang belum sempat istirahat sama sekali. Batin Ela prihatin.

Sampai mana?

Begitu tulis Kais menanyakan posisi terakhir Ela, pertanyaan yang sama yang Kais kirim satu jam sekali, berganti-gantian dengan Depy.

Ela lantas mengetik posisi terakhirnya saat itu yang baru saja keluar dari tol Pejagan, Brebes, tepat ketika jarum jam sudah berada di angka satu dini hari.

Keadaan di dalam travel sendiri bahkan sudah benar-benar sepi, baik si Ibu bau minyak angin dan anaknya yang dari tadi main games di hp, maupun juga si cowok yang duduk sebelah supir, yang tadi sesekali terdengar menemani supir mengobrol juga.

Ela menghela nafas,

Masih dua jam'an lagi ya La, lumayan buat rehat La.

Balas Kais, yang dibenarkan Ela karena ia memang mulai merasa mengantuk juga, dan tubuhnya juga mulai lelah.

Ela menguap sebentar, memasukkan hp nya ke dalam kantung jaket yang ia pakai, lalu ia mencoba merubah posisi duduknya agar lebih nyaman untuk kemudian bisa ia bawa tidur sebentar.

Harapan Ela, ia akan bangun nanti begitu mobil sudah hampir sampai Sirampog.

Travel terus melaju, hingga sekitar satu setengah jam kemudian, Ela merasakan mobil yang ia tumpangi berhenti, tampak Ela membuka matanya pelahan.

Melihat keluar jendela, mereka berada di satu jalan depan sebuah rumah yang ada warungnya.

Si ibu bau minyak angin yang duduk di depan Ela tampak bersiap turun bersama anak laki-lakinya, membuat Ela rasanya lega luar biasa.

Supir travel turun dari mobil untuk membantu mengeluarkan tas pakaian dan beberapa kardus yang biasanya berisi oleh-oleh dari belakang kursi yang diduduki Ela.

"Linggapura ini Bu, tambahin lima puluh ribu lah paling tidak."

Terdengar si supir mengomel, tapi si Ibu aroma minyak angin seolah tak mau tahu, perempuan yang gelangnya sampai ditumpuk dipakai di dua tangan itu terlihat acuh tak acuh menenteng tas pakaian dan dus oleh-oleh dengan dibantu anak laki-lakinya menuju rumah yang ada warungnya.

Ela terlihat menggelengkan kepalanya, aneh sangat melihat manusia yang gemar pamer tapi pelit, ingin dibilang kaya tapi keluar duit takut habis.

Supir travel masuk ke dalam mobil lagi sambil masih mengomel, yang tentu saja langsung dikompori si penumpang cowok yang duduk di depan.

Ela sendiri karena sudah dekat akhirnya memutuskan pindah tempat duduk di varisb kedua.

Tapi, saat Ela akan pindah duduk, ia baru menyadari jika gadis yang duduk satu kursi dengannya juga sudah tidak ada.

Ke mana dia?

Apa dia sudah turun sebelum Ibu aroma minyak angin?

Batin Ela bertanya-tanya.

**------------**

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***