Mobil Grace sudah memasuki area parkir restoran Jepang ini. Setelah mendapatkan tempat parkir, ia pun turun setelah merapikan rambutnya yang sedikit acak-acakan.
Kakinya melangkah menuju ke arah pintu masuk. Seorang pelayan langsung menyambutnya. Grace menyebutkan nama Howie. Pelayan itu membuka buku pemesanan dan tersenyum. Ia langsung mengantarkan Grace ke meja tempat Howie sudah menunggunya.
Senyum manis pria tampan berambut kuning keemasan itu langsung terlihat saat Grace mendekatinya.
Howie berdiri. Menyambut Grace dengan pelukan hangat sambil mencium pipi kanan dan kiri gadis itu secara bergantian, lalu menarik kursi untuk diduduki oleh Grace. Setelah itu ia kembali duduk di tempatnya semula.
"Senang melihatmu bisa ada di sini." Kata Howie membuka pembicaraan.
"Aku juga senang bisa bertemu denganmu."
"Kita pesan makanan dulu ya?" Ujar Howie lalu segera memanggil pelayan.
Tak membutuhkan lama untuk memesan makanan karena Grace sudah pernah datang ke sini dengan papanya.
"Selamat menunggu." Kata pelayan itu sebelum pergi meninggalkan Grace dan Howie.
Howie menuangkan anggur di gelas Grace. "Ini anggur yang rasanya sangat enak dan kadar alkoholnya sangat kurang. Cobalah!"
Grace mengangkat gelasnya dan menyesap anggur itu perlahan. Matanya langsung bersinar saat anggur itu menyatu dengan indera perasanya.
"Ini enak sekali!" Ujar Grace dan langsung menghabiskan anggur yang dituangkan oleh Howie tadi.
"Aku tahu kalau kau akan menyukainya. Mau tambah lagi?" Tanya Howie.
Grace mengangguk. Howie pun menuangkan lagi anggur ke dalam gelas Grace.
"Grace, ada sesuatu yang ingin ku katakan padamu." Kata Howie. Ia meraih kedua tangan Grace dan menggenggamnya erat.
Grace sebenarnya agak risih saat Howie memegang tangannya. Namun ia berusaha tenang dan membiarkan tangannya dipegang oleh Howie.
"Besok, aku akan pergi lagi. Selama 3 bulan aku akan berada di Amerika untuk mengikuti latihan militer di sana. Setelah itu aku akan melanjutkan pendidikanku di Korea untuk mempelajari mengenai senjata nuklir selama 6 bulan. Aku tahu kalau kau masih sangat muda. Usiamu saja baru 19 tahun. Namun aku ingin serius denganmu. Aku sungguh jatuh cinta padamu. Bolehkah selama 9 bulan ini, kau memikirkan tentang perasaanku ini? Aku ingin kau mencoba membuka hati untukku. Aku ingin kau menjadi satu-satunya wanita dalam hidupku. Jika kau memang bersedia, saat aku kembali nanti, aku ingin kita bertunangan dulu. Bukankah saat itu usiamu sudah genap 20 tahun?" Kata Howie dengan tatapan mata yang penuh cinta dan harap.
Grace diam sejenak. Andaikan Caleb yang mengungkapkan ini padanya, tentu saja tak sampai hitungan ketiga Grace akan menerimanya. Namun ini adalah Howie. Lelaki yang sama sekali tak dicintai oleh Grace.
Howie adalah ponakan dari Ratu. Ia adalah pangeran yang paling menonjol prestasinya di bidang militer. Makanya ia dikenal sebagai kesayangan Ratu. Wajahnya yang tampan dan sikapnya yang begitu baik menunjukan kwalitasnya sebagai seorang bangsawan. Perempuan mana yang sanggup menolaknya? Menikah dengan Howie membuat seorang gadis bukan hanya akan menjadi bangsawan tetapi juga menjadi perempuan yang memiliki kemewahan dan kehormatan di mata masyarakat yang ada. Grace sadar betul kalau dia tak bisa main-main dengan Howie.
"Howie, aku menghargai semua perasaanmu padaku. Aku memang masih ingin menyelesaikan kuliahku. Aku masih ingin mengembangkan bakatku di bidang tarian. Tapi, aku akan memikirkan tentang permintaanmu untuk menjadikanku sebagai tunanganmu. Aku akan mencoba membuka hati untukmu." Kata Grace akhirnya. Walaupun setiap kata yang ia ucapkan ada bayangan Caleb yang melintas namun Grace sudah memutuskan untuk mencoba menerima pria lain dalam hidupnya. Apakah nanti dia akan mampu melupakan Caleb ataukah dia akan semakin jatuh cinta pada Caleb, untuk saat ini Grace mencoba untuk menerima Howie.
"Terima kasih, Grace. Terima kasih karena mau memikirkan perasaanku padamu." Howie mencium kedua punggung tangan Grace secara bergantian. Perasaannya benar-benar senang. Masih ada harapan untuk mendapatkan hati gadis yang sudah disukainya sejak 3 tahun yang lalu.
"Howie, seandainya kau bertemu seseorang dan kau jatuh cinta padanya, aku memberikan kamu kesempatan untuk bersamanya."
"Tidak, Grace. Aku serius denganmu dan aku tak mungkin akan jatuh cinta pada gadis lain." Kata Howie lalu kembali mencium tangan Grace dengan tatapan mata yang penuh cinta untuk Grace.
Pesanan mereka akhirnya datang. Grace mencoba menikmati makan siangnya dengan senang hati walaupun sebenarnya bayangan Caleb seperti menempel di pelupuk matanya.
Di bagian lain restoran itu, nampak Caleb tak bisa menahan geramnya melihat sikap mesra Howie pada Grace. Ingin rasanya ia memberontak, berteriak dan menumpahkan kemarahannya namun ia pun cukup tahu diri. Grace bukan kekasihnya. Hubungan diantara mereka belum jelas. Haruskah Caleb menyatakan perasaannya pada Grace? Lalu bagaimana dengan Zelina? Haruskah Caleb menyakitinya untuk bisa bersama Grace?
"Caleb...! Caleb...! Mengapa makanannya tidak kamu sentuh?" Panggilan Monica mengalihkan pandangan Caleb yang sejak tadi memang selalu menatap Grace dan Howie.
"Maaf." Caleb dengan segera memasukan makanan ke dalam mulutnya walaupun pada kenyataannya ia telah kehilangan selera makannya.
Selesai makan siang, Howie dan Grace lebih dulu meninggalkan restoran itu. Grace sama sekali tak memperhatikan kalau Caleb ada di dalam.
"Hati-hati menyetir ya?" Kata Howie saat mengantar Grace sampai di parkiran mobil.
"Ok. Makasi ya atas makan siangnya." Kata Grace sebelum menjalankan mobilnya.
Saat mobil Grace berjalan perlahan meninggalkan tempat parkir itu, matanya dengan awas melihat mobil Caleb yang terparkir.
Apakah Caleb ada di sini? Dia makan siang di sini? Apakah dia melihat Howie memegang tanganku? Ya Tuhan, mengapa aku jadi berkeringat dingin seperti ini ya?
Grace menghentikan mobilnya dipinggir jalan. Tiba-tiba saja perasaannya diliputi ketakutan saat tahu bahwa Caleb ada di restoran yang sama dengannya tadi.
Tidak, Grace. Kau tak perlu takut. Bukankah lebih baik kalau Caleb melihatmu bersama Howie? Bukankah kau ingin menjauh dari Caleb?
Namun, perasaan Grace tak sejalan dengan pikirannya. Ia takut Caleb salah sangka dengannya.
Grace menepuk jidatnya sendiri. Ia berada di ujung kebimbangan. Ia ingin membuang Caleb dari hatinya. Namun ia tak sanggup pergi dari Caleb.
Tidak, aku harus kuat dengan keputusanku. Aku akan berusaha melupakan Celeb. Aku tak ingin Zelina merasa sakit hati.
**********
Wajah Zelina nampak tenang dalam tidurnya. Kakinya sudah agak membaik. Malam ini sebelum masuk ke kamar, ia minta berjalan sendiri. Ia bahkan meminta Caleb untuk tidak menjaganya lagi.
Caleb berjanji akan pulang kalau Zelina sudah tidur dengan nyenyak. Walaupun dilubuk hatinya yang paling dalam, Caleb enggan meninggalkan Zelina berdua saja dengan Nilam.
Setelah merasa puas melihat Zelina yang terlelap, Caleb pun meninggalkan apartemen Zelina dengan berbagai pesan yang harus Nilam taati.
Mobilnya meninggalkan kompleks apartemen Zelina dan menuju ke salah satu club malam. Joel ada di sana.
"Mau minum?" Tanya Joel melihat Caleb datang dengan wajah kusut.
"Iya. Aku suntuk." Caleb bersandar di sofa sambil memejamkan matanya.
"Bagaimana keadaan Zelina?" Joel kembali bertanya sambil menuangkan minuman di sebuah gelas dan menyerahkannya pada Caleb.
"Dia sudah lebih baik. Makanya malam ini aku akan pulang ke mansion."
"Dan Grace?"
Caleb yang baru selesai meneguk minumannya sampai habis, menatap sepupunya dengan dahi berkerut. "Mengapa kau menanyakan Grace?"
"Karena memang masalahmu hanya di sekitar 2 gadis itu. Kalau bukan tentang Grace pasti tentang Zelina. Mengapa kau tak tentukan saja kepada siapa cintamu berlabuh? Grace atau Zelina?"
"Aku bingung." Caleb mengacak rambutnya kasar. Joel memang satu-satunya orang yang paling tahu perasaan Caleb pada kedua gadis itu.
"Jika kau bingung, jauhi mereka berdua. Beri mereka kesempatan untuk bersama orang lain. Kau tak bisa memiliki keduanya."
"Aku tak mau menyakiti salah satu diantara mereka, El."
"Kalau begitu lepaskan mereka berdua. Kenapa kau tak mencoba bersama Monica? Dia gadis yang cantik, pintar dan juga mencintaimu."
Caleb menggeleng. "Aku tak mencintainya."
"Jika terus seperti ini, maka kalian bertiga akan sama-sama terluka."
Caleb meneguk lagi minumannya.
"Jangan terlalu banyak minumnya. Kamu tahu kalau bibi Faith akan mengamuk jika kamu mabuk." Joel mengingatkan.
Keduanya saling diam saat Joel melihat sosok cantik Meloddy Kim yang duduk sendiri di sudut ruangan.
"Ngapain Meloddy Kim ada di sini?" Tanya Joel.
Caleb mengikuti arah pandang Joel."Meloddy? Apa yang dia lakukan di sini? Inikan sudah hampir jam 12 malam."
Saat Caleb akan mendekati Meloddy, ia terkejut melihat adiknya Erland sedang berjalan mendekati meja Meloddy. Apa yang Erland lakukan di sini pada hal usia Erland belum genap 21 tahun? Ada hubungan apa Erland dan Meloddy?
TERIMA KASIH SUDAH TERUS MEMBACA
JANGAN LUPA LIKE, KOMEN DAN VOTE YA
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
gia gigin
Kayaknya Erland lebih bisa ambil keputusan di banding si Celeb, ternyata umur nggak menjamin😜
2021-12-17
0
Imroatul Mufidah
masih binggung dgn perbedaan umur
choe 22
kok erland 21
2021-12-09
0
Nhya HA💜RM
caleb bingung aku bingung,,, yg jelas u/ grace lbh baik menyukai laki2 yg tegas,krn wanita lbh baik dicintai drpd mencintai...
cewe kn gampang baperx...😆😆😆
2021-05-09
1