Saat Erhan melepaskan ciumannya. Ia menatap Chloe dengan lembut.
"Ayo kita ke apartemenku!" Ajak Erhan.
"Baiklah. Tapi, aku bawa mobilku sendiri, paman."
"Kita naik mobilmu saja. Mobilku nanti dibawa oleh sopirku." Erhan lalu menelepon sopirnya dan meminta agar mobilnya dibawa ke apartemen saja. Ia kemudian naik ke mobil Chloe, tapi Erhan yang memilih untuk membawa mobil Chloe.
Ketika mereka tiba di apartemen Erhan, Chloe sedikit bergetar karena pria itu langsung mengajaknya ke kamarnya yang ada di lantai 2. Namun apa yang dipikirkan oleh gadis itu, berbeda dengan apa yang Erhan pikirkan.
"Kau tunggulah di sini. Aku akan mandi dulu. Setelah itu ada yang akan kutunjukan padamu."
Chloe hanya mengangguk. Ia menatap Erhan yang menghilang dibalik pintu kamar mandi.
Chloe menatap seisi kamar itu. Ia membayangkan kejadian semalam yang hampir membuatnya bercinta dengan Erhan. Sungguh hal ini jauh dari apa yang pernah Chloe alami dengan pacar-pacarnya yang dulu. Chloe begitu jaim didepan cowok-cowok yang mendekatinya. Ia tak sembarangan mengijinkan pria lain menciumnya, apalagi menyentuh tubuhnya.
Tapi dengan Erhan, gadis itu merasa berbeda. Sejak pertama melihat pria itu datang ke rumahnya, Chloe sudah dibuatnya terpesona dengan penampilannya yang gagah dan kelihatan matang. Mencium harum tubuhnya saja membuat Chloe selalu gagal fokus. Ada dorongan aneh dalam dirinya yang membuat ia ingin memeluk tubuh kekar Erhan.
Pintu kamar mandi terbuka. Erhan keluar mengenakan kaos rumahan dan celana jeans selutut. penampilannya yang kelihatan segar dengan rambut yang basah itu membuat Erhan semakin terlihat tampan di mata Chloe.
"Maaf kalau aku mandinya lama." Kata Erhan lalu mendekati Chloe yang sedang duduk di sofa kamarnya. Pria itu menempatkan dirinya untuk duduk disamping Chloe. Begitu dekat jaraknya membuat Chloe sedikit merinding karena kulit lengan mereka bersentuhan.
Erhan mengambil sebuah album foto yang ada di atas meja. Ia membukanya dan meletakan di atas pangkuannya.
"Ini istriku. Kami menikah 5 tahun yang lalu."
Chloe memandang foto pernikahan itu. Amora Demir. Tentu saja Chloe mengenalnya sebagai salah satu fotomodel kelas dunia. Perpaduan darah Amerika-Turki yang ada padanya membuat kecantikan Amora begitu sempurna.
"Aku tahu Amora." ujar Chloe dengan hati yang sedikit sakit.
Erhan pun menceritakan bagaimana ia bisa menikah dengan Amora dan rahasia terbesar Amora yang membuat rasa cinta Erhan padanya menjadi hilang.
"Sudah 3 tahun ini aku dan Amora pisah ranjang. Kami juga jarang bertemu. Hanya kalau ada acara keluarga maka kami akan bersandiwara sebagai pasangan yang berbahagia. Selebihnya, aku lebih banyak ada di London dan Amora di Amerika."
"Kenapa paman tidak menceraikannya saja?"
Arnold tersenyum getir. "Itu memang yang ingin kulakukan sejak 3 tahun lalu. Tapi Amora memohon padaku agar jangan menceraikannya. Ia bahkan berjanji untuk berubah. Namun kenyataannya tidak. Ia tak bisa melepaskan kekasih sesama jenisnya. Aku bertahan hanya karena keluarga kami. Papa Amora adalah kaum bangsawan Turki yang sangat dihormati. Begitu juga dengan keluargaku. Aku tahu jika perceraian ini terjadi, maka akan sangat mengguncang keluarga kami. Apalagi ibu Amora mengidap penyakit jantung."
"Aku tahu, paman. Ini adalah sesuatu yang sulit. Tapi, bukankah paman berhak bahagia dengan wanita lain?"
Erhan menatap Chloe. Ia menutup album foto itu dan meletakannya di atas meja. Tangan Erhan terangkat dan menyentuh pipi Chloe.
"Dulu aku berpikir bahwa kebahagiaan sudah menjauh dariku. Makanya aku tak pernah lagi memperdulikan kehidupan pernikahan kami. Aku lelaki dewasa yang juga membutuhkan sentuhan seorang perempuan. Amora tahu kalau aku kencan dengan beberapa wanita untuk bisa memuaskan hasrat seksualku. Namun semuanya menjadi berbeda sejak aku bertemu denganmu. Di pertemuan pertama kita, aku melihat tatapan matamu yang begitu lain padaku. Aku tahu kalau kau menyukaiku. Aku juga terpesona padamu. Awalnya kupikir itu hanya ketertarikan secara fisik. Kau cantik dengan bentuk tubuh sempurna. Pria mana yang tak ingin bersama perempuan sepertimu. Kau tahu, saat kita bersama dimobilku ketika ban mobilmu sedang diperbaiki, aku setengah mati menahan diriku untuk tidak menciummu. Aku tak mau menjadikanmu sebagai pelampiasan gairahku yang sudah beberapa bulan ini tak menyentuh wanita. Namun seringnya kita bertemu akhir-akhir ini membuatku hampir kehilangan kontrol untuk menyentuhmu." Erhan mencurahkan isi hatinya. Ia sendiri belum bisa mengartikan perasaannya pada Chloe.
"Aku mencintaimu, paman." Kata Chloe dengan suara yang bergetar.
"Jangan mencintai aku, Chloe. Kau pantas mendapatkan lelaki yang lebih baik. Lagi pula usiaku jauh di atasmu."
"Memangnya berapa usiamu, paman?"
"33 tahun. Aku 11 tahun lebih tua darimu."
"Tapi dimataku, kau terlihat lebih muda dan tampan."
Erhan terkekeh mendengar perkataan Chloe. Ia membawa gadis itu ke dalam pelukannya. "Chloe, andaikan kau lahir lebih cepat dari usiamu sekarang, dan kita bertemu sebelum aku dijodohkan dengan Amora, aku pasti akan bahagia dicintai olehmu."
Chloe menangis dalam pelukan Erhan. Ia merasa hatinya begitu sakit mendengar pengakuan Erhan. Namun ia senang karena Erhan jujur padanya. Keduanya saling berpelukan untuk waktu yang lama. Chloe begitu nyaman saat bersandar di dada keras Erhan. Chloe bahkan tak ingin pelukan itu berakhir.
********
Grace memutuskan untuk menghubungi Zelina. Ia yakin kalau gadis itu sudah sampai di Manado. Grace ingin mengucapkan turut berdukacita.
Telepon berdering 3 kali dan terdengar suara orang yang mengangkatnya dari seberang. Bukan suara Zelina namun suara seorang perempuan dewasa.
"Hallo bisakah saya bicara dengan Zelina? Saya Grace temannya dari London."
"Zelina sedang pergi ke dokter bersama pacarnya. Ini dengan Sofia, sepupunya Zelina. Hp Zelina ketinggalan di atas meja."
"Ke dokter dengan pacarnya?"
"Iya. Pacarnya dari London. Namanya Caleb. Tadi setelah pemakaman Zelina pusing, jadi pacarnya membawa Zelina ke dokter."
"Oh begitu ya. Terima kasih ya. Sampaikan saja salam pada Zelina. Bilang kalau Grace meneleponnya. Bye." Grace meletakan hp nya di atas bantal. Pikirannya tiba-tiba menjadi kacau.
Ternyata Caleb ikut dengan Zelina ke Manado. Ya Tuhan, ada apa ini sebenarnya? Benarkah Caleb datang ke sana sebagai pacar Zelina? Lalu, apa arti ciuman Caleb padaku malam itu?
Air mata Grace tiba-tiba saja mengalir. Akankah ia bertahan dengan semuanya ini? Bukankah ini suatu tanda bahwa Caleb memang bukan untuknya?
Grace memegang anting-anting yang kini sudah dipakainya lagi. Haruskah ia membukanya lagi?
HP nya kembali berbunyi. Grace meraihnya dan melihat ada nama Howie di sana.
"Hallo." Sapa Grace berusaha menutupi tangisnya.
"Grace, kamu menangis?"
"Tidak. Aku sedang flu."
"Oh....aku pikir kamu sedang menangis. Kalau ada sesuatu yang membuatmu sedih, sebaiknya kau katakan padaku. Aku siap mendengar keluhanmu. Memang aku di sini tak bebas memegang ponsel. Hanya waktu-waktu istirahat saja maka kami noleh menggunakan ponsel."
"Aku baik-baik saja, Howie."
"Aku percaya. Aku menelepon hanya ingin mendengar suaramu. Aku merindukanmu." Kata Howie. Suaranya terdengar sedikit serak. Ia menahan gejolak rasa yang ada di hatinya.
"Terima kasih merindukanku, Howie."
"Kau memang pantas untuk dirindukan. Oh ya, apakah kau sudah menerima hadiah yang aku berikan?"
Grace menatap kotak segi empat yang diterimanya tadi pagi. Sebuah buku tentang kisah penari-penari hebat di dunia.
"Ya. Aku bahkan sudah membacanya. Terima kasih, ya?"
"Aku bahagia jika kau menerimanya. Aku sudahi dulu percakapan ini ya? Waktu istirahatku sudah selesai. Bye."
"Bye, Howie." Grace meletakan hp nya. Hatinya kembali galau. Apa yang harus dilakukannya sekarang? Bukankah ada Howie yang begitu baik padanya? Namun hati Grace seperti telah terikat pada sosok Caleb yang sejak kecil selalu bersamanya. Grace tak pernah mau mengenal laki-laki lain. Cinta Grace begitu kuat pada Caleb. Setiap kali Grace mencoba keluar dari ikatan itu, hatinya justru semakin dalam mencintai pria itu. Haruskah Grace terluka selamanya?
**********
Chloe tertidur dalam pelukan Erhan. Ia merasa damai saat dirinya begitu dekat dengan pria itu. Erhan pun membiarkan Chloe berbaring dihadapannya sambil memeluk pinggangnya erat. Chloe telah membuat Erhan goyah. Antara ingin memiliki dan takut memiliki.
Sudah cukup lama keduanya tertidur dalam posisi saling berpelukan di atas sofa. Sampai akhirnya perut Chloe berbunyi. Ia membuka matanya, dan langsung tersenyum malu saat menemukan bahwa Erhan juga menatapnya dengan lembut.
"Kau lapar?" Tanya Erhan.
"Seperti yang kau dengar, paman."
Erhan mencium kepala Chloe lalu melepaskan tangannya dari tubuh Chloe.
"Ini sudah hampir jam 9 malam. Aku akan memesan makanan. Namun sebelumnya aku mau ke kamar mandi dulu."
"Aku tunggu di bawa. Rasanya ingin membuat teh." Kata Chloe sambil ikut bangun dan merapihkan rambutnya.
"Buatkan aku juga."
"Baik, paman." Kata Chloe lalu segera mengambil tas tangannya dan turun ke lantai satu. Gadis itu memanaskan air di atas kompor lalu menyiapkan dua gelas.
Pintu apartemen terbuka dari luar. Chloe menoleh dengan kaget. Sendok yang dipegangnya jatuh ke lantai saat ia melihat siapa yang masuk ke dalam apartemen itu dengan gaya yang elegan dan terkesan angkuh.
Saat kedua perempuan itu saling berpandangan, Chloe berusaha menguatkan hatinya.
"Kamu Chloe Thomson kan? Apakah kamu berkencan dengan suamiku?" Tanya perempuan itu yang tak lain adalah Amora, istri Erhan.
"Di mana suamiku?" Tanya Amora melihat Chloe hanya diam saja.
"Paman, ada di kamarnya." Kata Chloe setelah mendapatkan lagi kekuatannya.
"Paman? Kau memanggil suamiku paman? Memangnya hubungan seperti apa yang kalian miliki? Apakah kau sudah tidur dengannya? Ah, aku tahu. Tak ada seorang wanita pun yang sanggup menolak pesona Erhan Taylor. Tapi aku ingatkan, jangan pernah menaruh hati padanya karena selamanya dia akan tetap menjadi suamiku."
Chloe mematikan kompor. Lalu meraih tasnya. "Aku dan paman Erhan tidak ada hubungan apa-apa. Sebaiknya aku pergi saja." Kata Chloe lalu segera melangkah.
Amora tiba-tiba menahan tangan Chloe. "Kau jangan pernah bermimpi untuk mendapatkan suamiku."
Chloe tersenyum. Ia menarik tangannya dari genggaman Amora. "Aku menghormati paman sebagai lelaki yang baik yang mendapatkan seorang perempuan seperti dirimu. Permisi!" Chloe langsung melangkah meninggalkan Amora. Ia membanting pintu apartemen dengan kesal. Tepat di saat itu, Erhan turun ke lantai satu. Ia terkejut melihat Amora ada di sana.
"Mana Chloe?" Tanya Erhan.
"Sudah pulang. Dia tahu kalau kita perlu ruang untuk bersama." Amora mendekat, ingin mencium Erhan, namun pria itu menolaknya.
"Apakah kamu berkencan dengan Chloe Thomson?" Tanya Amora kesal melihat sikap suaminya.
"Tidak. Namun aku menyukainya." Kata Erhan tegas dan membuat Amora terkejut karena selama ini Erhan tak pernah menyukai gadis lain selain dirinya.
BAGAIMANA KISAH INI BERLANJUT???
JANGAN LUPA LIKE, KOMEN DAN VOTE YA
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
gia gigin
Grace knp kamu tdk berusaha untuk membuka hati ke Howie, yg jelas"mencintai mu dan mau bersabar untuk mu, benar apa kata patkai temannya song gokong klau cinta, derita tiada akhir 🤣🤣🤣🤣
2021-12-17
0
Yati Siauce
dulu ezekiel gk bisa tegas..nurun deh anknya😅😅😅
2021-04-29
3
Sus Siti
kenapa semua tokoh cowok di sini kurang azar..gk punya prinsip...kuciwa aq sm si paman dn si caleb😡😠
2021-03-03
1