Grace bingung dengan apa yang harus dikatakannya. Pertanyaan Caleb mengenai anting-anting yang tidak dipakainya lagi membuat jantung Grace berdetak lebih cepat dari biasanya.
"Eh, anting-anting itu tersangkut di kaosku dan patah, kak. Jadi aku membukanya." Grace akhirnya berbohong.
"Kau tidak bohong, kan?"
"Kak, mana mungkin aku bohong. Antingnya sudah ku bawa ke tukang emas untuk diperbaiki. Besok akan diambil." Ah, Grace. Kenapa kau tak jujur saja mengatakan kalau kau memang ingin melepas anting itu?
"Apakah karena antingnya sudah kekecilan? Mau kubelikan yang baru dan sesuai dengan ukuran telingamu?"
Grace menggeleng. "Jangan kak. Aku akan memakainya lagi jika sudah selesai diperbaiki." Kata Grace lalu menatap Caleb dengan sedikit gugup. Grace takut jika Caleb tahu jika Grace berbohong.
Keduanya saling diam.
"Maaf karena aku tak menghubungimu beberapa hari ini." Kata Caleb. Ia menatap Grace yang sedang tertunduk.
"Aku tahu kalau kakak sibuk." Kata Grace.
Caleb tak tahan lagi. Rasa bersalahnya membuat ia menyentuh tangan Grace. "Grace, aku sebenarnya..." Kalimat Caleb terhenti. Haruskah ia mengatakan kalau perasaannya sedang terbagi dua? Haruskah ia mengatakan kalau ia bingung untuk memilih antara Grace dan Zelina?
Grace menatap tangannya yang masih dipegang oleh Caleb. Ada rasa hangat saat Caleb memegang tangannya. Tapi bukankah sudah biasa Caleb memegang tangannya?
Caleb menatap Grace yang saat itu juga sedang menatapnya. Saat mata mereka bertemu, ada getaran di hati masing-masing. Mereka berbicara lewat tatapan mata. Lalu tangan Caleb membelai wajah Grace. Perlahan ia mencium dahi Grace.
Grace terkejut menerima ciuman itu. Namun, bukankah Caleb sudah biasa mencium dahinya? Grace berusaha menepis perasaan aneh yang muncul di hatinya.
Tapi ciuman Caleb tak berhenti di dahinya. Caleb kini mencium pipi kanannya, kemudian berpindah ke pipi kirinya. Ciuman itu begitu lembut. Jantung Grace kini seperti berhenti berdetak. Tangan Grace sudah menjadi sedingin es. Apalagi saat dirasakannya kalau napas Caleb begitu dekat dikulit pipinya. Grace memejamkan matanya. Ia merasakan bibirnya disentuh oleh sesuatu yang kenyal dan hangat.
Apakah Caleb mencium bibirnya? Ya Tuhan, sungguhkah ini ciuman bibir ke bibir?
Grace belum sadar dari rasa terkejutnya, tiba-tiba ia merasakan kalau Caleb menjauh karena dering ponselnya yang diletakan di tempat hp yang ada di depan Caleb.
Grace membuka matanya. Sekalipun hanya sekejab, namun Grace dapat membaca kalau yang menelepon Caleb adalah Zelina.
"Hallo.....!" Sapa Caleb.
"Caleb, omaku meninggal. Aku harus pulang ke Indonesia sekarang juga.Tolong carikan penerbangan ke Indonesia secepatnya. Aku harus melihat omaku untuk yang terakhir kali." Zelina berbicara diantara isak tangisnya.
"Kamu tenang dulu ya, Zelina. Aku akan ke apartemenmu sekarang juga." Kata Caleb lalu mematikan ponselnya. Caleb memandang Grace.
"Aku pulang naik taxi saja, kak." Kata Grace menahan sakit di hatinya.
"Tidak. Ini sudah malam. Aku akan mengantarmu. Lagi pula apartemen Zelina dan rumahku di jalur yang sama." Kata Caleb lalu segera menjalankan mobilnya dengan kecepatan yang agak tinggi.
"Oma Zelina meninggal. Dia meminta tolong padaku untuk mencarikan penerbangan ke Indonesia." Kata Caleb.
"Oh, begitu ya..." Grace sedikit lega karena ia berpikir Zelina menelepon Caleb dan hanya ingin bertemu dengannya. "Sampaikan salamku padanya, ya? Semoga ia tabah menghadapi kematian omanya."
Caleb hanya mengangguk. Mobil itu pun berhenti tepat di depan pagar kediaman Aslon.
"Hati-hati menyetir, kak. Ini sudah malam." Kata Grace sebelum turun.
Caleb menatap Grace. Ia sebenarnya masih ingin bersama Grace namun ia juga tak bisa membiarkan Zelina yang bersedih. "Aku pergi ya...bye.."
Grace hanya mengangguk. Ia menekan bel pintu pagar rumahnya dan seorang penjaga membukakan pintu itu.
Saat Grace sudah tiba di kamarnya, perlahan ia duduk di tepi ranjangnya. Tangannya menyentuh bibirnya. Apakah tadi Caleb benar mencium bibirnya? Apakah benar ia telah mendapatkan ciuman pertamanya?
Grace menggelengkan kepalanya. Tidak! Ia tak boleh seperti ini, bukankah ia ingin memberikan Howie kesempatan untuk masuk dalam hatinya?
**********
Saat pintu apartemen terbuka, Zelina langsung memeluk Caleb dengan suaranya yang sedikit serak karena sudah lama menangis.
Caleb sungguh tak bisa melihat Zelina yang kelihatan sangat bersedih dan hancur.
"Tenanglah, Zelina. Kita akan ke Indonesia malam ini juga. Daddyku sudah menyiapkan pesawat pribadi keluarga Thomson untuk berangkat 2 jam lagi."
Zelina melepaskan pelukannya. "Benarkah? Terima kasih Ezekiel." Di tatapnya wajah tampan di depannya dengan wajah lega.
Ezekiel menghapus air mata Zelina dengan ibu jarinya. "Siapkan barang-barangmu. Jangan lupa pasportnya."
Zelina mengangguk. Ia segera melangkah menuju ke kamarnya.
Tak sampai 15 menit, ia sudah siap dengan sebuah tas tangannya. Tas yang dihadiahkan Caleb padanya.
"Kau tidak membawa pakaian?"
Zelina menggeleng. "Bajuku banyak di Manado. Aku hanya membawa satu pakaian ganti."
"Mana mantelmu? Di luar udaranya sangat dingin."
Zelina mengambil mantelnya yang digantung di dekat pintu masuk dan langsung memakainya.
Caleb mengambil hp nya. "Hallo daddy, aku dan Zelina sudah siap. Bagaimana dengan penerbangannya? Oh...baiklah. Kami akan segera ke bandara. Pakaian dan pasportku sudah di bawa oleh sopirkan? Ok. Bye..."
Zelina menatap Celeb. "Kau mau pergi denganku?"
"Iya. Aku mau menemanimu ke Manado. Mana mungkin aku membiarkanmu pergi sendiri dengan kru pesawat dengan keadaanmu yang seperti ini?"
Air mata Zelina kembali jatuh. Ia memeluk Caleb. "Terima kasih, Caleb. Aku seperti mendapatkan kekuatan untuk bisa melewati semua ini."
Caleb mencium kepala Zelina dengan lembut. Ia tahu bagaimana Zelina sangat menyayangi omanya. Ia tahu pun merasakan perhatian dan kasih sayang omanya Zelina setiap kali berlibur ke Manado.
"Ayo, kita pergi!" Ajak Caleb sambil melingkarkan tangannya dipundak Zelina.
********
Saat Chloe turun untuk makan pagi, Faith sudah melihat bahwa mata anaknya itu bengkak. Sepertinya Chloe menangis sepanjang malam.
"Anakku, kamu baik-baik saja?" Tanya Faith.
Chloe tersenyum. "Aku baik-baik saja, bunda."
Chloe duduk di depan papa dan mamanya, tepatnya disamping Erland yang sementara menikmati makanannya. Faith semakin terkejut melihat ada kissmark di leher putrinya. Apakah Chloe menyadarinya atau tidak tentang keberadaan kissmark itu. Chloe sendiri menggulung rambutnya ke atas secara asal.
Faith menyenggol tangan suaminya dan menunjuk leher Chloe yang merah.
Ezekiel yang sedang membaca koran, mengalihkan pandangannya ke leher putrinya. Ia juga terkejut.
"Sayang, semalam kamu kencan ya?" tanya Ezekiel. Ia memang sangat dekat dengan putrinya itu.
"Hanya menghadiri pesta ulang tahun Filly. Aku tidak kencan." Chloe jadi bingung.
"Lalu, siapa yang membuat tanda merah di lehermu, kak?" Erland tiba-tiba berceloteh membuat Chloe langsung tersedak. Tangannya secara spontan memegang lehernya.
Astaga, mengapa aku tak menyadari kalau paman membuat tanda itu di leherku?
"Kak, sudah punya pacar ya? Kenapa tak dikenalkan pada daddy dan bunda?" Tanya Ezekiel.
"Eh...ini bukan kissmark, dad. Aku menggaruknya semalam. Mungkin digigit serangga." Jawab Chloe asal. Ia menghabiskan sarapannya secara cepat.
"Aku mau mandi dulu. Ada janji dengan teman." Kata Chloe lalu segera meninggalkan meja makan.
"Mengapa kakak bohong ya? Jelaslah kalau itu kissmark." Kata Erland bingung.
"Tahu dari mana itu kissmark?" Tanya Faith sambil menatap putranya tajam.
"Bunda, aku ini sudah 19 tahun. Jadi tahulah apa yang dilakukan oleh orang yang sedang berkencan." Ujar Erland membuat Faith terpana.
"Erland, apakah kamu sudah mempraktekannya?" Tanya Faith.
"Tentu saja. Bunda kenapa sih?" Erland segera berdiri, lalu mencium pipi daddy dan bundanya. "Aku berangkat kuliah dulu ya?"
Faith hanya bisa menarik napas panjang. "Anak-anakku sudah dewasa sekarang. Aku hampir tak mengenal mereka lagi. Apalagi Chloe. Apakah dia sudah tidur dengan seseorang?"
Ezekiel menatap istrinya. "Sayang, Chloe sudah 22 tahun."
"Entahlah. Aku seakan merasa kalau dia masih kecil."
Ezekiel mencium pipi Faith. "Karena kamu selalu awet muda jadi pikirmu anak-anakmu juga masih kecil."
"Siapa yang awet muda? Usiaku sudah 42 tahun."
"Dan dimataku, kau masih berusia 22 tahun."
Faith tertawa. "Sayang, jangan merayu di pagi hari."
"Sebentar lagi Chloe akan pergi, jadi kita tinggal berdua saja di rumah."
Wajah Faith bersemu merah. Ia menepuk pundak suaminya. "Ayo berangkat ke kantor. Kamu harus menggantikan tugas Caleb untuk rapat dengan Joel."
"Siap nyonya Thomson." Ezekiel langsung berdiri dan mencium dahi istrinya sebelum berangkat ke kantor. Ia sungguh bahagia didampingi oleh Faith selama hampir 24 tahun perjalanan rumah tangga mereka.
********
Chloe merasa suntuk. Pikirannya sepanjang hari ini dipenuhi oleh bayangan wajah Erhan. Senyumannya, harum tubuhnya bahkan ciuman pria itu sangat membuat Chloe rindu untuk bertemu dengan pria itu.
Mengapa aku harus mencintaimu, paman? Kau sudah menikah. Aku seharusnya tak boleh seperti ini. Kau sungguh membuatku gila, paman. Ingin rasanya saat ini aku berlari dan memelukmu.
Chloe menghentikan mobilnya dipinggiran sungai Thames. Ia turun dari mobil dan memperhatikan orang-orang yang sedang menikmati sore di sini. Musim gugur yang hampir berganti dengan musim dingin, membuat Chloe memeluk dirinya sendiri melewan rasa dingin.
"Chloe?"
Chloe menoleh dengan kaget. Ia terkejut melihat Erhan berdiri dibelakangnya dengan pakaian olahraga yang semakin menunjukan badan atletisnya. Keringat yang membasahi wajah Erhan justru membuat pria itu semakin tampan. Ingin rasanya Chloe menyeka keringat itu dan mencium bibir tebal Erhan yang terlihat seksi.
"Paman olahraga di sini?"
"Ya. Hampir setiap sore, saya akan olahraga di sekitar sini. Dan apa yang kau lakukan di sini?"
"Aku merindukanmu, paman." Kata Chloe. Walaupun sedetik kemudian, ia menyesali perkataannya. Hati dan pikirannya tak bisa sejalan. Pikirannya ingin menjauhi Erhan namun otaknya justru memerintah bibirnya untuk mengungkapkan isi hatinya.
Erhan terpana mendengar perkataan Chloe. Namun beberapa saat kemudian, ia segera melingkarkan tangannya dipinggang Chloe, menarik gadis itu agar mendekat padanya. Karena tinggi tubuh mereka hampir sama, Erhan langsung menyatukan bibir mereka dalam sebuah ciuman lembut namun sangat menggoda sehingga Chloepun langsung menyambut ciuman itu dengan rasa yang sama.
Bagaimana selanjutnya? Akankah Chloe jatuh dalam pelukan pria beristri?
Lalu bagaimana perjalanan Zelina dan Caleb ke Manado?
Tinggalkan jejak ya...
LIKE KOMEN VOTE
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Pratiwi Ratih
caleb thor...bukan ezekiel....😉
2022-12-14
1
Melya Siena Siena
Grace mulailah kasi benteng hatimu dari perlakuan saja sudah terlihat berat sebelah ke zeline mungkin karena dia lebih terbuka tapi ada kalanya harus merelakan untuk menjaga hati kita sendiri supaya tidak berharap ujungnya sakit😒😒jengkel ma caleb
2022-11-15
0
gia gigin
Sugar daddy😍😍😍
2021-12-17
0