Jumat Kliwon//

Aku sudah berencana akan pergi kamis malam atau lebih tepat lagi malam jumat kliwon, tanpa sepengetahuan siapapun. Dengan begitu aku bisa melihat wujud mahluk yang diceritakan oleh Zumu.

Mungkin kalian beranggapan bahwa aku sangat konyol bukan?sampai rela mempertaruhkan nyawa sendiri demi masuk kedalam untuk melihat mahluk itu. Tetapi semua itu terganggu dikalian bagaimana untuk menilainya atau beranggapan tentangku.

"Baiklah, karena kamu sudah berkeinginan untuk pergi Zumu tidak bisa menahanmu. Setelah ini kau harus lebih berhati hati." seru Zumu sembari mengelus pelan pucuk kepalaku.

"Putri aku ikut dengan kamu yah?" sergah Tania memegang pundakku, setelah Zumu.

"Tidak, aku tidak ingin membahayakan nyawamu. Biarkan aku sendiri saja yang pergi, oke." tolakku dengan nada halus, agar tidak menyinggung perasaannya.

"Putri, kamu bawa saja Tania bersamamu untuk masuk kedalam rumah tua itu. Mungkin saja dia bisa penolongmu disaat kamu membutuhkan sesuatu nantinya." timbrung Zumu.

"Tapi Zumu, bagaimana jika nyawanya terancam saat masuk kedalam. Apa yang harusku lakukan nantinya?" seruku dengan menunduk.

"Kemungkinan tidak, karena dia baru pertama kali masuk kerumah itu. Dan bisa saja setelah itu Tania membawamu kembali, walaupun peluangnya sangat kecil." jelas Zumu

"Tuh, dengarin kata Zumu. Kau harus membawaku agar bisa kembali walaupun peluangannya sangat kecil." sela Tania berkacak pinggang.

"Ya sudah kau ikut dengan ku...Zumu, kalau begitu kami pamit undur diri dulu yah. Terimakasih untuk hari ini, maaf sudah merepotkanmu." ucapku langsung bingkas hendak pergi.

"Kalian berdua tunggulah sebentar...bawa sapu lidi kecil ini bersama kalian. Mungkin dia bisa membantu kalian berdua untuk melewati malam ini." tampik Zumu, seraya memberikan sapu lidi kecil yang berisi 5 batang. Dan ujungnya diikat pakai daun pandan, bukan karet.

"Apa maksudnya ini Zumu?" tanyaku dengan penasaran, namun Zumu tidak menjawabnya dia malah mengahlikan pembicaraan.

Kami pun segera pergi meninggalkan tempat itu, setelah berpamitan dan berterimakasih kepada Zumu.

"Putt, garam ini sebenarnya untuk apa sih?aku jadi penasaran banget, mana garamnya macam garam dapur punya Mama ku lagi." seru Tania, sambil menghambur hamburkan garam pemberian Zumu.

"Hentikan, kenapa kau menghabur haburkan garamnya seperti itu?ini pemberian dari Zumu kita harus menyimpannya." sergahku yang langsung menarik bungkusan garam itu dari tangan Tania.

"Iya deh...gimana kalau garam ini aku buat jadi gelang tangan saja?biar bawanya gak terlalu ribet gitu." saran Tania, menarik kembali bungkusan garam tersebut.

"Emang kamu bisa membuatnya?" tanyaku merasa tidak yakin dengan Tania.

"Bisa dong. Sini garam milikmu, setelah menjadi gelang aku akan memberikannya kepadamu besok disekolah, bagaimana?" saran Tania kedua kali lagi..

Aku mengiyakan ucapan Tania, dan langsung memberikan sekantung garam miliku kepadanya.

"Tapi kalau kita membuat gelang, garam ini terlalu banyak berlebih. Kita pakai seadaanya saja yah, agar sisanya bisa kita simpan untuk jaga jaga." lirih Tania

"Terserah padamu saja." ucapku dengan malas, karena segera ingin pulang.

"Ingat untuk pergi nanti, kau hanya perlu menyiapkan barang barang yang kita perlukan saja. Jika tidak berguna jangan dibawah, paham!" tegasku

***

Akhirnya sampai juga aku dirumah, dari luar rumah mulai terdengar suara Kakak dan Ibu sedang bercanda ria.

"Ibu aku pulang..." teriakku dari luar rumah, sembari membuka kedua pasang sepatuku. Ibu dan Kakak langsung keluar untuk menyambut kedatanganku.

"Lohh, kamu habis dari mana?ga kerumah tua yang kumuh itu lagikan?jangan sampai deh kamu balik kesana, soalnya ada pocong ganteng penjaga pagar. Kamu kagak takut?" sergah Kakak

"Bisakah Kakak diam?kepalaku terasa sangat pening begitu mendengar ocehan Kakak." ucapku sambil memegang pelipis mata.

"Hahahaha. Kakak pun juga tidak ingin bertengkar dengan bongkahan es batu dari Atlantik." ledek Kakak

"Ibu, lihat Kakak mengejekku lagi. Jewer telinganya Ibu." teriakku dengan kesal, berjalan masuk kedalam rumah.

"Ah, maaf Ibu tidak bisa melakukan itu nak." balas Ibuku

"Dengar tuh kata Ibu, dia tidak bisa menjewer telingaku." sela Kakak yang langsung memeluk Ibu.

"Huh, pandai banget cari muka!" gumamku

Terpopuler

Comments

Putri Minwa

Putri Minwa

semangat terus ya kawan

2023-02-08

0

Echaleo Alfurqon Albantani

Echaleo Alfurqon Albantani

anak gk punya polo

2021-03-28

0

Rati Evlin

Rati Evlin

tulisannya kenapa ada yg dibuat tebal Thor ceritanya bagus cuma bikin pusing bacanya

2020-09-08

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!