Bab 15

Nara dengan cepat mandi dan bersiap ikut dengan Rayan, pak Sam juga sudah di beritahu oleh Reyhan tentang keinginan Rayan pergi ke kantor. Pak Sam juga terkejut mendengarnya, ia langsung mempersiapkan semuanya termasuk obat-obatan Rayan yang harus segera di minum dan juga yang akan di bawa ke kantornya.

Pagi ini semua orang di sibukan oleh keinginan Rayan yang tiba-tiba ingin bekerja. Mungkin dalam pikirannya, ia harus bekerja karena kini ia telah memiliki seorang istri dan ia bertanggung jawab untuk kehidupan istrinya. Itu memang benar, tapi itu berlaku untuk manusia normal bukan manusia setengah normal seperti Rayan.

Nara bergegas mengganti pakaiannya dengan pakaian yang sudah di siapkan oleh para pelayan di sana. Dengan gerak cepat ia bergerak, ia hanya memakai dress yang tersedia di sana dan juga asal membawa tas dan dengan memakai polesan make up tipis dan rambut panjangnya hanya ia gerai saja.

Nara segera berlari ke bawah takut di tinggalkan oleh Rayan. Melihat istrinya berlari Rayan langsung menghampirinya dengan berjalan cepat.

"Jangan lari.... " ucap Rayan memegang tangan Nara

"Aku takut di tinggalkan olehnmu Rayan... "jawab Nara

"Tidak, aku akan menunggumu.... "

"Terima kasih Rayan.... " ucap Nara, Rayan langsung memeluk dan mengecup pipi Nara. Membuat pipi Nara bersemu merah.

"Ayo berangkat...." ucap Rayan dengan menggandeng Nara, pak Sam dan Reyhan pun mengikuti di belakang mereka untuk antisipasi.

Setelah melakukan perjalanan selama dua puluh menit karena ada kemacetan sedikit di jalan tadi. Kini mereka semua sudah sampai perusahaan besar milik Guntara Group. Semua karyawan dan para staf merasa terkejut tiba-tiba bosnya yang sudah dua tahun yang di kabarkan di luar negeri kini tiba-tiba ada di perusahaan tanpa ada pemberitahuan sebelumnya.

Mereka semua menunduk ke arah Rayan beserta yang lainnya. Pandangan mereka tetap fokus ke depan, tanpa mempedulikan orang -orang uang yang menatap heran padanya. Apalagi ada seorang gadis cantik yang tiba-tiba ada diantara mereka.

Rayan memegang tangan Nara dengan erat, tanpa mau melepaskannya sebentar saja. Tindakan Rayan yang seperti itu menjadi pusat perhatian para staf di sana yang bertanya-tanya siapa gadis cantik yang bersama mereka.

Bisik-bisik pun mulai terdengar diantara mereka yang mempertanyakan siapa Nara sebenarnya.

Kini mereka sudah sampai di ruangan kerja Rayan, Reyhan dan pak Sam mengikuti Rayan yang duduk di kursi kebesarannya. "Sayang duduklah di sana dan tunggu aku" ucap Rayan, Nara pun langsung menurut dan duduk di sofa yang ada di ruangan itu.

"Tuan muda anda yakin akan bekerja?" tanya pak Sam, yang di tanya pun hanya mengangguk saja.

"Tenang saja pak Sam aku akan membantunya" ucap Reyhan.

"Baiklah... "jawab pak Sam

Sekretaris Rayan pun masuk ke ruangan Rayan dan memberikan berkas dan juga berbicara tentang pekerjaan yang tidak di mengerti oleh Nara. Nara yang hanya lulusan SMU tentu tidak mengerti dengan apa yang di kerjakan oleh mereka di sana.

Nara melihat Rayan tengah mendengarkan pembicaraan sekretaris itu. Ia terlihat sangat berwibawa dan mempesona. Aura kepemimpinannya begitu terpancar .

"Seandainya saja kau adalah pria normal aku pasti akan merasa menjadi orang yang paling bahagia di dunia ini karena sudah di cintai oleh pria sempurna sepertimu" gumam Nara dalam hati yang sedari tadi memperhatikan Rayan yang berdiskusi dengan mereka. Walau Rayan hanya terlihat lebih sering diam dari pada menyahut apa yang mereka bicarakan.

"Kenapa Rayan diam saja, atau sebenarnya dia tidak mengerti dengan apa yang di ucapkan " gumam Nara dalam hati.

"Atau sebenarnya Rayan hanya pura-pura mengerti saja, padahal dia merasa bingung dengan ucapan mereka, pasti pikirannya saat ini sedang memikirkan antara harus meniup balpointmya atau mengunyah kertas-kertas itu" Nara terus bermonolog dalam hatinya sambil cekikikan. Reyhan dan pak Sam melihat ke arah Nara kemudian saling pandang.

"Astaga si tweety memang benar-benar tidak waras.... " gumam Reyhan dan pak Sam yang mendengarnya hanya tersenyum sambil geleng-geleng kepala.

Cukup lama mereka berdiskusi dan juga Rayan tengah memperhatikan kertas-kertas yang banyak itu di mejanya. Sementara ini Rayan masih terlihat normal membuat Nara Reyhan serta pak Sam merasa tenang, tapi tetap saja mereka sebenarnya merasa was-was apalagi Pak sam sedari tadi ia terus melihat jam di tangannya karena takut terlambat memberikan obat pada Rayan.

Nara pun mulai mengantuk karena dari tadi ia hanya diam saja di sana. Membuat Reyhan merasa kasihan pada istri sepupunya itu.

"Rayan..... " tiba-tiba seorang gadis cantik masuk menerobos ke ruangan itu dan menghampiri Rayan. Semua orang langsung menatap ke arahnya namun dengan pandangan tidak suka kecuali Rayan yang memandangnya dengan wajah datar.