Bab 8

TERPAKSA MENIKAHI PRIA DEPRESI

BAB 8

Setelah kepergian mertuanya dari kamar, Nara hanya duduk berdiam diri. Dia bingung harus melakukan apa, tidak mungkin ia membantu memandikan suaminya itu kan. Bagaimana nanti jika Nara salah menyentuh sesuatu, sosis milik Rayan misalnya, membayangkannya saja sudah membuat Nara bergidik ngeri.

Ceklek

Terdengar suara pintu kamar mandi terbuka, itu tandanya Rayan sudah selesai mandi. Ada rasa takut dan khawatir pada diri Nara hingga mau menoleh saja ia tidak berani, takut jika Rayan keluar dari kamar mandi tanpa menggunakan handuk. Sudah terbayang saja akan ada sesuatu yang menggantung di sana.

"Ya ampun, dari tadi jantungku terasa seperti lompat-lompat bagaimana jika melompat keluar" gumam Nara dalam hati dengan pandangan lurus ke depan karena takut melihat kenyataan jika ia menoleh sedikit saja.

"Hey..." panggil Rayan

Deg..

"Astaga jantungku... jantungku " gumam Nara, yang masih belum berani menoleh.

"I-iya Rayan a-ada apa?" tanya Nara dengan posisi masih betah membelakangi Rayan.

"Baju... "

"Haah.... " Nara terkejut sekaligus bingung "dia barusan bilang baju kan? mungkin ia minta di ambilkan baju sebaiknya aku ambilkan. Bisa bahaya jika ia tidak memakai baju, bisa-bisa belalainya mengajakku main kuda-kudaan" gumam Nara, dan berusaha menengok ke arah Rayan dengan memutar tubuhnya perlahan sambil menutup matanya sebagian.

Nara menghirup nafas lega, karena ternyata Rayan memakai handuk dan melindunginya aset berharganya.

"Huhhh.... syukurlah jantungku baik-baik saja dan masih berada di tempatnya" gumam Nara sambil memegang dadanya.

"Baju.... " ucap Rayan lagi

"B-baiklah aku ambilkan, kemana sih para pelayan aku kan tidak mengerti cara mengurusnya" gerutu Nara sambil mengambil pakaian santai dari lemari di sana lengkap dengan sarang burungnya.

"I-ini pakaianmu... " Nara menyodorkan pakaian pada Rayan ,Rayan pun mengambil pakaian dari Nara

" semoga saja dia tidak menyuruhku memakaikan pakaian pakaiannya itu padanya" gumam Nara sambil memandang tubuh seksi suaminya yang sangat sayang jika di sia-sia kan. Jika melihat pemandangan seperti ini Nara sama sekali tidak keberatan tapi jika harus melihat yang lainnya jujur saja Nara belum siap.

"Aaarrkhhh...... "

Nara merasa terkejut karena tiba-tiba Rayan membuka handuknya hingga memperlihatkan pabrik benih calon bayi milik Rayan, melihat Nara menjerit kaget ekspresi Rayan hanya diam saja dan langsung memakai pakaiannya tanpa mempedulikan reaksi istrinya karena sudah melihat aset berharganya.

Nara langsung membalikan badannya "Aahhhhh..... lama-lama aku bisa gilaaaaaa..... " ucap Nara kesal

Karena kelelahan Nara pun tertidur, gadis itu merasa lelah fisik dan mental menikah dengan Rayan. Baru beberapa jam saja menjadi istrinya sudah membuat Nara senam jantung beberapa kali, bagaimana ia mengahadapi suaminya nanti setiap hari. Bisa-bisa jantungnya berpindah tempat karena sering terkejut.

Nyaman dan hangat yang Nara rasakan dalam tidurnya, ia tidak mau kehilangan rasa nyaman itu. Terasa seperti sedang di peluk seseorang benar-benar sangat nyaman. Nara meraba-raba tangannya dan merasakan sesuatu yang keras sedang di sentuh olehnya.

"Kenapa gulingnya terasa keras, tapi ini terasa hangat" Nara terus saja mengelus benda keras itu dan mengendus aroma yang membuatnya tenang. Kesadaran Nara masih belum terkumpul sempurna . Namun ia merasakan sebuah sentuhan lembut di wajahnya. Yang membuat Nara berusaha mengumpulkan kesadarannya.

Nara mencoba membuka matanya perlahan, saat ia membuka mata tatapannya langsung tertuju pada wajah tampan suaminya Rayan.

Deg...

Ada perasaan aneh saat tatapan mereka bertemu, melihat Nara membuka mata Rayan tersenyum ke arahnya. Membelai wajahnya dengan lembut dengan tatapan yang sangat sulit untuk di artikan oleh Nara.