"Aku mengumpulkan kalian hari ini. Karena ada beberapa hal yang ingin aku bicarakan mengenai persiapan dalam kompetisi pemilihan murid sakte dewa matahari kali ini."
Patriak xiao lalu menjelaskan beberapa hal kepada para remaja yang berhasil menjadi lima besar dalam pertandingan yang di adakan klan beberapa waktu lalu tentang situasi yang akan mereka hadapi.
Setelah menjelaskan semuanya, patriak xiao lalu mengajak mereka berlima keruang harta karun. Dia juga memperbolehkan para remaja itu untuk memilih satu senjata pusaka yang ada di dalamnya demi melindungi diri dan berharap mereka bisa membawa nama baik untuk seluruh klan.
"Aku baru pertamakali melihat koleksi pusaka yang begitu banyak. Bahkan, koleksi yang dipajang di guild senjata saja tidak bisa menandingi banyaknya barang berharga disini."
Salah satu remaja yang berasa dari keluarga cabang berdecak kagum dengan tumpukan koleksi pusaka yang ada di sana.
Melihat kelakuan dari keluarga cabang. Xiao yang, yang merupakan salah satu dari keluarga inti memilih pemuda itu dengan tatapan meremehkan. Tapi dia juga tidak mau memberikan komentar apapun. karena sadar, kekuatannya sendiri masih dibawah pemuda itu.
"Sepupu, apakah kamu sudah menemukan pusaka yang kamu inginkan?"
Pemuda yang tadi masih mengagumi benda-benda pusaka yang ada disana tiba-tiba saja sudah berada di hadapan xiao chen dan mengajukan pertanyaan kepadanya. Pasalnya, ia melihat xiao chen tampak tidak merasa antusias ketika berada di ruangan tersebut. Berbeda dengan dirinya dan saudara saudari lainnya.
"Belum. Apakah sepupu sudah menemukan pusaka yang diinginkannya?."
Bukannya menjawab pertanyaan. Xiao chen justru balik bertanya. Ia cukup terkejut dan tidak menyangka, bahwa sepupu dari keluarga cabang ini cukup ramah terhadap dirinya.
Sebenarnya, xiao chen bukannya tidak antusias berada di sana dan mendapatkan senjata gratis. Hanya saja saat itu, xiao chen sedang berkomunikasi dengan baobao. Ia meminta bantuan kucing itu untuk membantunya menemukan posisi pusaka yang paling tepat untuk dirinya gunakan.
"Ah, ini. Aku sudah mengambil sebuah pedang yang sangat bagus." Xiao cheng menunjukkan sebuah pedang pusaka yang berada di tingkat hitam level menengah yang baru saja dipilihnya.
"Kamu yakin ingin memilih pusaka ini? Setahuku... Kamu lebih mahir menggunakan tombak dari pada ilmu pedang." Xiao chen bertanya kepada sepupunya tersebut. Karena xiao chen tahu, bahwa sepupu jauhnya itu lebih menguasai ilmu tombak dari pada ilmu pedang.
"Itu... Aku hanya merasa kualitas pedang ini jauh lebih bagus dari pada kualitas tombak yang ada di dalam ruang harta ini..." Xiao cheng berkata dengan malu, Ia merasa seperti orang yang sangat serakah. Meskipun tidak bisa dipungkirinya ia memang terbawa suasana
Mendengar jawaban dari xiao cheng, xiao chen hanya bisa mengerutkan kening.
"... Sepupu. Meskipun kualitas pedang ini lebih bagus 10 kali lipat sekalipun dari semua tombak yang ada di dalam ruangan ini... Lalu, bagaimana dengan itu? Apakah... Pedang ini mampu melindungimu saat kamu berada dalam bahaya?.."
Xiao cheng tertegun mendengar apa yang baru saja xiai chen ucapkan. Sebelumnya, ia hanya berfikir cepat dan ingin mencari senjata yang paling bagus yang dapat mengakuinya dalam ruangan itu. Tapi ia melupakan satu hal yang paling penting. Dia tidak bisa menggunakan pedang dan mengeluarkan kekuatannya secara maksimal.
"... Maafkan aku. Kurasa... Aku masih belum bisa mengendalikan keserakahanku. Terimakasih sudah memberiku pengingat."
Xiao cheng lalu mengembalikan pedang yang ada ditangannya ketempat semula. Dia lalu mengambil sebuah tombak tingkat kuning atas yang ada di sebelah pedang yang diambilnya tadi.
***
"Kalian semua bisa istirahat. Besok, aku akan membuka ruang latihan khusus milik keluarga untuk kalian berlatih. Aku harap. Kalian berlima bisa memberikan penampilan terbaik di pemilihan murid sakte dewa matahari satu bulan lagi." Patriak xiao lalu membagikan beberapa pil obat yang berfungsi untuk kultivasi kepada xiao chen dan ke empat saudara lainnya yang akan mengikuti kompetisi pemilihan murid sakte dewa matahari.
"Terimakasih patriak." Para remaja itu berkata serempak.
"Xiao chen, kamu bisa tinggal lebih lama, yang lainnya boleh kembali untuk beristirahat."
Setelah yang lainnya pergi, ketua klan Xiao lalu berjalan kearah rak buku paling besar yang ada di dalam ruang belajar itu. Ia lalu tampak menyusun ulang buku-buku yang ada didalamnya. Setelah patriak Xiao meletakkan buku terakhirnya, saat itu pulalah rak buku tersebut tampak bergerak dan muncullah sebuah lorong rahasia yang menuku ke bawah tanah.
"Ayo, aku akan menunjukkan sesuatu kepadamu."
Tanpa menunggu persetujuan xiao chen. Patriak xiao sudah mulai berjalan menuruni anak tangga yang ada di depannya. Sesekali, ia akan berhenti untuk menghidupkan lilin-lilin yang terpajang di sepanjang jalan.
"Chen'er, ini adalah ruang rahasia milik keluarga kita yang sesungguhnya. Hanya seseorang yang menjabat sebagai patriak keluarga saja yang dapat mengetahui keberadaan tempat ini."
Mendengar ucapan patriak keluarga, xiao chen merasa bingung.
"Lalu mengapa patriak membawaku ke ruangan ini?" Ujar xiao chen dalam hati.
Setelah beberapa saat menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya, xiao chen akhirnya berhasil melihat suasana dengan lebih jelas. Disana, xiao chen dapat melihat beberapa rak yang berisikan berbagai pil obat dan juga pusaka-pusaka yang tampak lusuh namun memancatkan aura yang sangat kuat. Ia juga menemukan banyak tumpukan peti emas di sudut kanan ruangan.
Sementara xiao chen masih di buat terheran-heran dengan lingkungan sekitarnya, patriak xiao perlahan mendekati sebuah lilin yang ada di salah satu sisi dinding. Ia lalu sedikit memutar tiang lilin tersebut. Saat itulah, xiao chen dapat melihat sebuah lubang yang tidak terlalu dalam, Lagi-lagi muncul dari dinding dengan ukuran kurang lebih 30 kali 30 cm persegi.
"Patriak... Ini..."
"Ini adalah harta paling berharga yang di kediaman xiao. Sekaligus, harta paling berharga yang dimiliki leluhur kita."
Patriak xiao lalu memandangi gulungan dan sebuah buku yang terbuat dari kulit binatang yang kini berada di tangannya. Ia lalu mengelus dan tampak menghebuskan nafas dengan berat beberapa kali. Entah apa yang sedang ia fikirkan.
Jujur saja, xiao chen semakin bingung dan tidak mengerti dengan semua tindakan patriak xiao yang menurutnya terkesan misterius dan sulit di tebak.
"Chen'er... Aku telah melihat kemampuanmu dalam pertandingan klan tempo hari." Patriak xiao lalu tampak menerawang ke kejauhan. "Aku tidak menyangka, kamu bisa melakukan kultivasi setelah bertahun-tahun. Tapi, ada hal yang membuatku lebih terkejut bukanlah itu." Ia lalu memandang ke arah xiao chen.
"Aku... Tidak mengerti dengan maksud patriak."
"Chen'er... Apakah... Kamu masih membenciku setelah yang kamu alami selama ini?" Patriak xiao lalu memandang xiao chen dengan tatapan sedih. Namun kesedihan itu dengan cepat ia tutupi.
Ekspresi patriak xiao yang sebentar itu, tidak luput dari pandangan xiao chen. Ia pun akhirnya memilih untuk tidak mengatakan apapun.
"Baiklah, jika kamu tidak ingin menjawab. Kakek tahu, bertahun-tahun ini, kamu telah banyak menderita bersama ibumu. Dan... Ini semua adalah salahku. Sebenarnya, kakek ingin bertanya, siapa guru yang mengajarimu kekuatan spiritual dan roh?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments