Hanya memikirkan diri sendiri.

Kediaman Pak Surya.

Di dapur, Ibu Dian sedang memasak dengan wajah cemberut. Dia terus mengomel karena menantunya tidak pernah mau membantunya memasak. Dari dulu Ibu Dian tidak pernah suka menyuruh pembantunya memasak. Menurutnya memasak adalah tugas seorang istri dalam melayani suaminya. Tetapi menantunya tidak pernah mau memasak. Jangankan memasak ,pergi ke dapur saja dia tidak pernah mau.

Setiap hari sang menantu hanya memikirkan penampilannya saja dan juga memikirkan shopping.

" Penampilannya sih luar biasa, tapi masalah di dapur nol besar. Kalau seperti ini lebih baik tidak memiliki seorang menantu," gerutu Ibu Dian dengan wajah memerah karena menahan amarahnya.

Ketika sarapan pagi telah siap di meja makan, semua menuju ke meja makan termasuk menantunya. Mila sudah berpakaian rapi dan seksi bagaikan seorang artis.

" Mila, kamu mau pergi kemana sepagi ini ? " tanya Ibu Dian seraya menatap sang menantu dari ujung kaki hingga ujung kepala.

" Aku mau pergi ke rumah Papaku," sahut Mila seraya menatap ke arah ponselnya.

" Apa kamu tidak bosan setiap hari pergi kesana ? " tanya Ibu Dian dengan raut wajah yang tidak menentu.

" Itu kan rumah orang tuaku . Aku lahir dan besar di sana ,jadi mana mungkin aku bosan datang kesana. Oh iya Ma, kopi untuk suamiku mana ? " tanya Mila seraya menatap Mama mertuanya.

Pak Surya yang mendengar percakapan mereka , segera menghabiskan sarapannya dengan cepat, dan langsung berangkat kerja. Semenjak Mila ada di rumahnya, dia pernah merasa tenang berada di rumahnya. Setiap hari dia selalu mendengar pertengkaran antara istri dan menantunya. Tadinya dia ingin menyuruh Dion membawa Mila ke apartemennya, tapi istrinya tidak setuju. Dia takut Dion tidak ada yang mengurusnya mengingat menantunya yang seperti itu. Padahal dia ingin sekali beristirahat dengan tenang di rumahnya.

" Dion adalah suamimu, jadi sudah tugasmu sebagai seorang istri untuk membuatkan dia kopi ,"kata Ibu Dian

" Tapi dia adalah putra Mama , jadi sudah tugas Mama melayani keluarga ini," kata Mila dengan santai seraya mengambil makanan yang ada di meja makan.

" Sudah dong, Ma. Jangan marah - marah terus . Aku capek mendengar kalian yang hampir setiap hari bertengkar. Kalau Mama capek memasak , lebih baik suruh para pembantu yang mengerjakan semuanya," kata Dion seraya menatap Mamanya. Dia sebenarnya marah dengan istrinya , karena setiap hari dia hanya tahu menghabiskan uang dan melayaninya di ranjang. Tapi kalau masalah di ranj*ng Mila sangat jago sekali. Setiap sentuhan yang di berikan oleh Mila selalu membuatnya menjadi candu. Apalagi istrinya selalu berpakaian yang seksi seperti sekarang ini. Hanya melihat penampilan sang istri, bur*ngnya sudah ingin minta di beri jatah.

" Kamu selalu membela istrimu ini," balas Mamanya yang langsung beranjak meninggalkan meja makan itu.

Sedangkan Mila hanya cuek saja melihat semuanya. Dia sama sekali tidak peduli dengan semua yang ada di sekitarnya.

Selesai sarapan Mila langsung meninggalkan meja makan begitu saja tanpa membersihkan meja itu terlebih dahulu . Dia juga tidak memanggil para pembantu untuk membersihkan meja itu. Mata gadis itu hanya fokus menatap ke arah ponselnya. Dia begitu asyik melihat koleksi baju keluaran terbaru dari ponselnya. Bahkan saat sedang makan , dia tetap membawa ponselnya.

" Sayang , kamu mau kemana ? " tanya Dion pada istrinya yang sedang mengambil tasnya.

" Kan aku sudah bilang barusan, aku mau ke rumah Papa. Hari ini pria yang di jodohkan dengan Kak Jelita akan datang ke rumah, jadi aku penasaran dengan pria itu," kata Mila tersenyum seraya merapikan rambutnya.

Mendengar Jelita akan di jodohkan , Dion langsung terdiam. Entah kenapa dia tidak ingin melihat Jelita bersama dengan pria lain.

" Sudah lama aku tidak bertemu dengan Jelita. Pasti Jelita masih memikirkanku ?" pikir Dion yang langsung melamun memikirkan Jelita . Dia tidak sadar kalau dari tadi istrinya terus memperhatikannya.

" Sayang , kenapa kamu malah diam saja ? Apa kamu masih mencintai Kak Lita ?"tanya Mila menatap suaminya dengan wajah berapi-api.

" Siapa yang memikirkan Jelita ? Mana mungkin aku memikirkan dia. Aku diam saja karena melihat penampilanmu yang sangat seksi. Apa kamu tidak sadar kalau dari tadi aku terus memperhatikanmu ? " ujar Dion yang kemudian menarik tubuh istrinya.

" Kamu tidak bohong kan ? " kata Mila seraya menatap wajah suaminya.

" Mana mungkin aku berbohong. Kamu adalah canduku," balas Dion yang kemudian mencium bibir istrinya. Setelah itu dia mengangkat tubuh Mila dan membawanya keranjang.