Pagi menyapa cahaya mentari nampak mulai bertengger di atas langit dengan cerah , hiruk pikuk suasana kota mulai kembali seperti semula. Deretan gedung menjulang nampak di penuhi para pekerja yang siap mengais rezeki.
" Uugghhh , sudah pagi ." Ucap gadis manis dengan selimut yang masih membungkus tubuh nya.
" Hheemmm , bagaimana kalau kak Alex tanya ya ." Ucapnya sembari memposisikan dirinya.
Andini berjalan mendekat ke arah dapur kecil yang biasa menjadi tempatnya untuk menyajikan sesuatu untuk perut mungilnya juga untuk Alex.
Bukan tanpa sebab selama ini ia harus tinggal satu atap dengan Alex , alasan mengapa selama ini ia harus tinggal berdua bukan dengan keluarga nya sendiri atau dengan keluarga Alex .
Perselisihan dengan sang ayah membuatnya mau tak ma harus angkat kaki atas hasutan ibu tiri, mencari tempat tinggal lain pun sudah pernah di jajal dan alhasil harus kembali lagi akibat teror yang entah siapa pengirimnya . Mengenai orang tua Alex bukan tidak boleh , hanya saja orang tua Alex menyerahkan semua kepada Alex dan Andini , Anna selaku ibu Alex pun percaya jika mereka sudah bisa membedakan mana yang baik dan tidak baik dan tak lupa resiko apa jika harus tinggal bersama . Sedangkan David hanya mengangguk membenarkan ucapan sang istri .
" Selamat pagi ." Ucap pria bertubuh tinggi lengkap dengan setelan jas yang sudah melekat pada tubuh kekarnya.
" Pagi kak , duduk kak . Mau makan dulu atau ma tunggu aku bersiap-siap?" Tanya Andini diselingi senyum di pipinya.
" Tunggu kamu saja , aku lebih bisa menahan lapar dari pada melihat mu dengan mayonaise yang menempel di piyama mu ." Ucap Alex sedikit menggodanya.
" Kakak. ini masih pagi kenapa sudah absen menggoda ku." Tutur Andini lalu berjalan cepat menuju kamar untuk segera bersiap.
________
Denting sendok juga garpu nampak mengiringi acara sarapan pagi keluarga Nanda , Gio yang sudah selesai dengan sarapannya meletakkan sendok dengan pelan , bercerita mengenai acara cafe hari ini .
" Nanti malam kalian bisa datang ?" Tanyanya sembari tangan siap menyuapkan air dalam gelas kaca.
" Nanti coba Nanda tanya anak-anak dulu kak ." Ucap Nanda menimbang keputusan .
Kediaman yang tak jauh letaknya dari tempat kerja membuat gadis dengan pipi sedikit tembem tak menerima tawaran apartemen karyawan yang sempat ia terima , bukan menolak hanya saja untuk sekarang jadwal yang masih bisa di atur memutuskan nya untuk pulang pergi kekediaman pribadi nya bersama orang tua juga saudara laki-lakinya.
" Ma pa Nanda sudah selesai , oh iya kalau jadi pun Nanda sedikit pulang terlambat karena mau ke cafe kak gio." Ucap nya berpamitan pada orang tuanya.
" Iya . Gio kalau sampai larut , bareng aja ya sama adik mu ." Ucap wanita paruh baya .
" Iya ma ."
" Jaga adik mu , jangan sampai kelewatan batas." Imbuh sang ayah .
" Siap pa . Masalah Nanda dengan Irfan masih aman kok ." Tutur gio membuat sang adik tertunduk malu.
" Kalau tidak aman emang Nanda pacaran yang bagai mana kak. " Sungutnya menahan malu.
" Sudah-sudah nanti kalian terlambat ,mama juga sudah selesai." Ucap sang ibu menengahi.
" Ya udah ma pa kita jalan dulu ." Pamit Nanda sembari mencium tangan kedua orang tuanya.
" hati-hati di jalan ya . Gio hati-hati bawa mobilnya." Titah sang ayah pada putranya.
" Iya pa ."
_________
Jalanan nampak lenggang jam menunjukkan pukul setengah tujuh, sengaja Alex datang lebih awal , selain meeting yang akan di gelar ia juga akan menemui Daniel membahas sesuatu yang mungkin menyangkut dirinya juga Andini.
" Mungkin siang nanti gak bisa makan siang bareng." ucap Alex membuka percakapan.
" Kenapa kak?"
" Ada sesuatu yang harus di basah bareng Daniel." Ucap Alex sesekali menoleh ke arah Andini.
" Iya gapapa kok . Emmm apa mungkin Lala juga ikut ya ?" Ucap Andini sembari mengangguk mengerti.
" Mungkin ia mungkin juga tidak." Ucap Alex ambigu.
" Ok lah , nanti biar di i yang tanya langsung sama Lala." Ucap Andini dengan senyum di bibirnya.
Andini menoleh ke arah Alex, memeluk lengan yang tengah menggantung di atas setiran mobil .
" Kalau ada sesuatu langsung bilang ya . Jangan sampai ada sesuatu yang di tutupi ." Ucap Alex lalu mengusap pelan pucuk kepala Andini.
" Kau mengerti ?" Lanjutan lagi.
Andini terdiam menyadari sesuatu yang baru saja ia sembunyikan tengah di ketahui, hanya saja Alex tak membahasnya secara langsung. Begitulah dia pria bertubuh tinggi tegap dengan rasa lembut menyikapi sikap Andini yang seolah tak ingin membuat nya khawatir.
_____________
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments