Masih Berharap Dia Kembali?
Melbourne, 7 tahun yang lalu.
"Kamu tau, kalau aku itu sebenarnya merasa bersyukur bisa mengenalmu. Hari-hari saat bersama kamu itu terasa menyenangkan buatku." Ucapnya dengan tatapan penuh cinta pada gadis yang di cintainya.
Senyum manisnya, sikap ramah, lalu kehangatnya begitu menenangkan, hingga menggetarkan hati gadis itu, pada kekasih yang selalu ramah dan bersikap romantis padanya.
"Aku juga, selalu merasa bersyukur bisa bertemu dan bersama dengan kamu sekarang ini." Senyum manisnya terpancar begitu jelas pada wajah cantiknya, hingga membuat pria disampingnya, yang merupakan kekasihnya jadi merasa berdebar.
Cup, satu kecupan ringan mendarat pada bibir manis gadis itu. Menatapnya kaget pada pria disampingya yang juga kekasihnya.
"Ini karena kamu terlalu manis, aku jadi tidak tahan." Godanya pada sang kekasih yang memasang ekspresi terkejut padanya.
Gadis itu malu mendengarnya, hingga menundukkan kepalanya langsung, tak berani melihat wajah sang kekasih yang kini menatapnya lekat dengan penuh cinta.
"Jangan menunduk, aku kan jadi tidak bisa melihat wajah cantikmu." Dengan memegang lembut wajah sang kekasih yang tengah menunduk, pria itu menatap lekat mata sang kekasih yang kini mentapnya dekat.
"Bolehkah aku menciummu?" Ucapnya melihat lekat bola mata sang kekasih, dan pada wajah kekasihnya yang penuh dengan pesona itu.
Kedua mata yang saling menatap penuh cinta itu semakin menggetarkan hati. Pria itu dengan perlahan mendekatkan wajahnya pada sang kekasih, lalu dengan lembut mencium bibir merahnya. Keduanya berciuman dalam langit malam yang indah.
...
"Kamu bilang mau tinggal disini? memangnya kamu tidak mau pulang ke rumah kamu?"
Dengan saling bergandengan tangan, keduanya menyusuri sudut kota yang penuh kemerlap warna warni yang indah, menambah kesan romantis tersendiri bagi keduanya yang sedang dimabuk asmara.
"Aku tidak punya rumah untuk kembali, jadi aku mau tinggal disini saja setelah lulus. Bekerja disini, lalu menetap disini." Ucapnya menatap wajah sang kekasih disampingnya.
"Kenapa? memangya tidak apa dengan keluarga kamu yang lain?"
"Tidak apa, karena mama yang selalu membelaku sudah tidak ada, karena itu aku tidak punya alasan lagi untuk pulang ke rumah." Jelasnya dengan dengan ekspresi agak murung jika membahas seputar mamanya.
Gadis itu melihat ekspresi sedih dari sang kekasih, hingga sedikit merasa bersalah karena sudah membahasnya. Ia sebenarnya tau kalau hubungan kekasih dan keluarganya tak begitu baik. "Aku juga tidak punya tempat untuk kembali, karena kedua orang tuaku sudah tidak ada di dunia ini, aku juga jadi bingung apakah harus kembali setelah lulus nanti, atau tetap stay disini." Kata gadis itu mencoba mengalihkan kesedihan sang kekasih.
"Wah, bukankah ini takdir buat kita?" Seru pria itu, yang tiba-tiba jadi bersemangat dengan menghentikan langkahnya sejenak.
"Takdir?" Gadis itu menatap wajah kekasihnya dengan bingung.
"Yap. Percaya tidak, kalau sebenarnya ini takdir yang baik buat kita? Hal positifnya adalah menandakan bahwa kita itu berjodoh?" Ucapnya dengan percaya diri, hingga membuat gadis itu tersenyum simpul, merasa tak percaya dengan perubahan sikap sang kekasih.
"Kita bertemu disini, berkenalan, mengobrol dengan akrab, lalu menjadi dekat dan saling suka, kemudian berpacaran, kalau bukan takdir apa namanya dong?" Lanjutnya meyakinkan sang kekasih.
"Baiklah, aku percaya." Ucap gadis itu tersenyum melihat kepercayaan diri kekasihnya itu.
"Jangan salah lho, kita ini sudah ditakdirkan bersama dari dulu oleh tuhan, karena itu kita dipertemukan seperti ini, iya kan?" Kekehnya dengan tampang meyakinkan, membuat gadis itu tak lagi bisa menyembunyikan rasa senangnya.
"Benarkah?" Ucap gadis itu sedikit merona melihat tingkah kekasihnya yang penuh semangat.
"Benar, karena itu kamu tidak usah sedih, ada aku disini. Aku bisa menjadi keluargamu kalau kamu mau." Ucapnya menenangkan sang kekasih.
Dasar, siapa yang menghawatirkan siapa sekarang? - Batinya yang selalu merasa takjub dengan sikap positif kekasihnya.
"Karena hanya ada kita berdua disini, bagaimana kalau kita saling menggantungkan satu sama lain?." Sambungnya lalu mempererat genggaman tanganya pada gadis itu.
Menyibakkan lembut rambut sang kekasih yang berantakan karena tertiup angin, dengan lekat pria itu menatap wajah sang kekasih dengan kehangatan.
"Aku ingin kita terus seperti ini. Aku tidak ingin berpisah sama kamu. Karena itu, kamu harus selalu bersamaku, jangan pernah tinggalkan aku, karena aku sendiri tidak pernah berniat untuk melepaskan kamu." Lanjutnya, sembari mencium punggung tangan milik sang kekasih dengan penuh cinta.
"Aku mencintaimu, sangat-sangat mencintaimu." Ciumnya kemudian pada kening sang kekasih, lalu memeluknya dengan penuh kehangatan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments