Setelah mendapatkan lampu hijau dari ayahnya Zhezha, Yoga kembali pulang ke rumahnya. Yoga sedikit merasa tenang, meskipun Zhezha tak bisa mengantarkannya stasiun kereta api.
Setidaknya,masih ada harapan bagi Yoga untuk bisa bersama dengan wanita yang ia cintai.
"Assalamu'alaikum, " ucap Yoga seraya melepaskan sendal yang ia kenakan di depan pintu rumahnya.
"Waalaikumsalam. " Sumi segera menghampiri putranya.
"Bagaimana Yoga, kamu sudah bertemu dengan Zhezha? " tanya Sumi.
"Sudah Bu dan Alhamdulillah pak Yanto bisa merestui hubungan kami Bu. Beliau memberi waktu bagi Yoga, selama lima tahun, untuk Yoga bisa membuktikan diri agar bisa jadi orang sukses." Yoga.
"Alhamdulillah, semoga itu bisa jadi semangat untuk kamu Ga, kuliahlah dengan benar, mumpung kamu masih diberi kesempatan untuk kuliah, oleh pak De mu. "
"Iya Bu, Insya Allah, suatu saat nanti Yoga akan jadi anak yang ibu banggakan.Yoga berjanji jika Yoga sukses nanti, Yoga akan bawa ibu naik haji, " ucap Yoga sungguh-sungguh.
Sumi menatap putranya dengan bola mata yang berembun, di rabanya wajah sang putra yang begitu tampan.
"Iya Ga, doa ibu selalu menyertai mu. " Sumi mencium kening putranya.
"Terima kasih Bu. " Yoga.
Kemudian Sumi melepaskan cincin di jari manisnya.
"Yoga, ini cincin satu-satunya peninggalan ayahmu, bawalah, hanya ini yang bisa ibu berikan sebagai bekal untuk mu. Maaf Nak, ibu hanya bisa berikan ini. " Sumi meletakan cincin tersebut di atas telapak tangan Yoga, kemudian ia menutup telapak tangan Yoga, agar ia menggenggam telapak tangannya.
Yoga menggenggam cincin pemberian sang ibunda. Hanya itu bekal yang akan dibawa olehnya, selain tiket kereta api dan uang saku lima puluh ribu.
"Terima kasih Bu, Yoga janji tak akan menyia-nyiakan pengorbanan ibu, "ucap Yoga dengan sunguh-sungguh.
Sumi mengangguk seraya tersenyum. Yoga meraih tas ranselnya, kemudian ia menarik tangan sang ibunda dan mencium punggung tangannya.
"Yoga pamit Bu, jaga kesehatan ibu Ya. Nanti seminggu sekali Yoga telpon. "
"Iya Nak jangan lupa untuk selalu menghubungi ibu. Maaf kali ini, ibu gak bisa nganter, karena kaki ibu yang sakit, " tutur Sumi dengan sedih.
"Tak apa Bu, Sebenarnya Yoga berat meninggalkan ibu dalam keadaan seperti ini.Namun, jika Yoga tetap berada di kampung ini, Kecil harapan bagi Yoga untuk bisa berhasil, " ucap Yoga dengan sedih, karena berat rasanya meninggalkan sang ibunda yang sedang sakit.
"Iya Nak, pergilah. Hati-hati di jalan, doa ibu, akan selalu menyertaimu. "
Setelah memunggungi tas ranselnya, dengan berat hati Yoga keluar. Dengan menggunakan ojek, Yoga menuju stasiun kereta api.
***
Zhe zha menatap sedih kepergian Yoga.
"Zhe masuk! " seru Pak Yanto.
Zhezha tanpa bisa melawan segera masuk ke dalam kamarnya, setelah menutup pintu kamarnya, langsung saja ia menghempaskan tubuhnya di atas tempat tidur.
"Huh, bagaimana caranya agar aku bisa mengantar Yoga ke stasiun kereta api? "gumamnya sambil menatap langit-langit kamar.
Tiba-tiba Zhezha mendengar suara mobil pak Yanto yang menyala.
"Sepertinya ayah akan pergi, Ehm tak tunggu saja sampai beliau pergi, barulah aku keluar dari kamar ini. "
Benar saja, tak berapa lama Zhezha mendengar suara mobil menjauh dari pekarangan rumahnya.
"Yes! pasti ayah sudah pergi. "
Zhezha langsung bangkit dari tempat tidur untuk meraih tas selempang, kemudian berlari dari kamar menuju pangkalan ojek.
" Huh! Semoga aku tak terlambat. "
Sekitar dua puluh menit menempuh perjalanan dengan menggunakan roda dua, ia pun tiba di stasiun kereta api.
Kebetulan sekali, setelah turun dari ojek dan membayar ojek tersebut, Zhezha mendapati Yoga yang juga baru tiba dengan menggunakan ojek.
Betapa senang hatinya, karena masih sempat melihat Yoga untuk yang terakhir kalinya sebelum ia berangkat.
"Zhe! Kamu datang kemari? " tanya Yoga.
"Iya Mas, aku mencuri waktu untuk bisa bertemu dengan mu. " Zhezha.
Keduanya pun saling melemparkan senyum bahagia, dengan tatapan penuh cinta.
***
Stasiun kereta api di penuhi hilir mudik penumpang dan pengunjung.
Zheza dan Yoga bergandengan tangan melewati koridor. Mereka mengobrol ringan, bicara tentang harapan dan mimpi mereka ketika bertemu.
"Mas, berapa lama kamu akan pulang lagi? " tanya Zhezha.
"Entahlah, mungkin jika aku sudah sukses, baru aku pulang. " Yoga.
"Kamu gak kangen ya sama aku, sama ibu kamu juga ? " tanya Zhezha.
"Pasti kangen Zhe, tapi kalau pulang gak bawa uang, percuma juga kan? " Yoga.
"Gak gitulah Mas, sesekali datanglah menjenguk ibumu, aku juga pasti kangen sama kamu. " Zhezha.
"Iya Zhe, kadang aku berpikir, apa aku bisa jauh dari kamu dan ibu. Kalian berdua adalah orang-orang yang aku cintai di dunia ini, " tutur Yoga.
"Untuk mewujudkan sebuah impian, kita memang harus berkorban Mas, tapi aku yakin kamu pasti bisa, " ucap Zhe seraya mengangkat kedua tangan mereka.
"Semangat! " serunya.
"Iya, semangat! "
Yoga merangkul tubuh Zhezha, mereka berjalan dengan saling bergandengan melewati koridor, hingga tibalah waktunya mereka berpisah, karena kereta dengan tujuan Yogyakarta sebentar lagi akan berangkat.
***
Zhezha mengantar Yoga sampai di pintu kereta. Waktu perpisahan itu pun tiba.
Zhezha meneteskan air matanya karena merasa sedih di tinggal Yoga. Mereka pun melepaskan genggaman tangan mereka.
Zhezha dan Yoga berdiri saling menghadap.
"Zhe, kamu jaga diri ya. Tunggu aku Zhe, aku pasti datang untuk melamar kamu, " ucap Yoga sambil meraba wajah Zheza yang terlihat sedih.
"Iya Mas, aku akan selalu menunggu kamu sampai kamu berhasil mengejar cita-cita kamu, " ucap Zhe dengan bibir yang gemetaran menahan tangisnya.
"Terima kasih Zhe, akan ku buktikan pada ayahmu. Jika aku memang pantas mendampingimu Zhe. " Yoga mencium lekat kening Zheza, sebelum mereka berpisah.
"Aku mencintaimu Zhe. Sampai kapan pun akan mencintaimu. Aku harap kau pun begitu. Tunggulah aku pasti datang untuk melamarmu, "ucap Yoga dengan bulir bening yang menetes di pipinya.
Zhezha meraih tangan Yoga kemudian menciumnya.
"Aku Juga mencintaimu Mas, Aku akan selalu setia menunggu kamu di sini, " ucap Zhezha dengan terbata-bata karena menahan tangisannya.
Yoga tersenyum seraya menyelipkan rambut ke daun telinga Zheza.
"Sampai Jumpa Zhe, " ucap Yoga sambil menghambur memeluk Zhezha.
Keduanya pun kembali menangis haru. Beberapa saat kemudian mereka harus mengurai pelukannya karena kereta api sudah akan berangkat.
" Sampai Jumpa Zhe, " ucap Yoga lagi.
Yoga melambaikan tangannya dengan setitik bulir air mata yang menetes, ia pun mulai melangkah menjauhi Zheza dengan langkah gontai menuju kereta cepat.
"Sampai jumpa Mas," sahut Zhezha lirih dengan suara parau.
Hiks, Zheza terisak dengan tubuh yang berguncang . Rasanya tak sanggup melepaskan kepergian sang kekasih. Air matanya mengalir semakin deras menatap langkah Yoga yang perlahan menghilang di balik kereta.
***
Yoga duduk di di dalam kereta sambil memangku tas ranselnya. Tak ada koper atau tas berharga lainya. Dengan menjual cincin sang ibu, Yoga berniat mengadu nasibnya di kota besar.
Kebetulan sang Paman juga bersedia membiayai kuliahnya.
Masih terngiang di telinga Yoga caci maki pak Yanto, ayah dari Zhezha.
Sadar diri Yoga. Kamu mau melamar anak ku ! Ngaca kamu! Orang seperti kamu tak pantas mendampingi putriku ini. Sudah miskin kumuh tak sadar diri pula.
Lebih baik anak ku jadi perawan tua daripada menikah dengan pria miskin yang culas seperti kamu! Kamu dan ayahmu itu sama. Taunya cuma ngemis! Gak mau bekerja dan berusaha.
"Aku tahu kamu menikahi Zheza pasti karena ingin hidup senangkan? Tanpa bekerja keras pun kamu bisa makan dari hasil penjualan kebun kelapa sawitku. "
Cecaran demi cecaran harus diterima Yoga. Selama ini pak Yanto tak pernah memandang niat baik Yoga. Sayangnya Yoga sudah terlanjur cinta pada Zheza hingga meskipun dihina, Yoga tetap bertahan. Yoga memeluk ranselnya kemudian menangis sedih. Perpisahan ini sungguh menyakitkan, tapi apa daya, segala sesuatu memang harus di perjuangkan.
Zhezha melambaikan tangannya ke arah kereta yang perlahan meninggal stasiun.
Setelah kereta tak lagi terlihat ia pun bergegas meninggalkan stasiun tersebut, sambil menghapus sisa-sisa aira matanya.
Bersambung gengs, jangan lupa like komen, gift dan dukungan lain, dukungan kalian moodbooster bagi otor receh ini. See you, 😍😍😍😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Inooy
memang sangatlah menyakitkan berpisah dgn orang terkasih, apalgi hubungan qta tdk d restui orangtua qta...
tp hidup memang harus d perjuangkan klo qta pengen jd orang yg sukses,,tp pertanyaan nya..mampukah qta menerjang keras nya dunia dgn sgala rintangan nya?
hanya Tuhan yg tau akan kemampuan qta...😔
2025-01-12
1
Neulis Saja
Will be beautiful in its time
2024-02-17
1
Irde Sembiring
ok
2023-03-21
0