"Mang apaan sih?" Rendi yang melihatnya jadi ikutan penasaran.
"Nih liat, ternyata bukan cuman para penghuni sekolah aja yang udah tau tentang lo sama cewek itu. Tapi para ortu murid juga, nih liat chat mereka di grub ortu murid. Heboh banget." Tunjuk Vino, Rendi pun mengambil ponsel Vino. Rendi sangat terkejut saat melihatnya, respon para orang tua murid tentang dia dan Mitha sangat buruk. Mereka bahkan ingin Rendi dan Mitha dikeluarkan dari sekolah, mereka bahkan sudah dianggap seperti aib buat sekolah.
Disaat Rendi tengah serius membaca chat para ortu murid, tiba-tiba datang seorang siswa laki-laki yang Rendi kenal sebagai adik kelasnya.
"Kak Rendi, kakak dipanggil ke ruang Kepsek sekarang juga." Ucapnya kemudian berlalu pergi.
*****************
Tok... tok... tok...
Rendi mengetuk pintu sebelum masuk ruang Pak Kepsek, setelah dipersilahkan masuk, Rendi pun membuka pintu dan hendak masuk. Namun langkahnya seketika terhenti saat melihat siapa saja yang ada diruang Pak Kepsek, bahkan orang tuanya dan gadis itu serta wali gadis itupun ada disitu. Perasaannya jadi tidak enak, apalagi saat melihat pemilik yayasan sekolah dan beberapa ortu murid yang Rendi tahu sering mendonasikan uang pada sekolahnya. Rendi bisa tau karena sebagian dari para ortu murid itu adalah orang tua dari temannya.
"Kenapa lama sekali, semuanya udah pada nunggu daritadi." Omel Bunda Rendi, sedangkan yang diomeli masih tidak begitu fokus, sampai-sampai Bundanya harus mencubit lengannya lebih dulu agar kesadarannya kembali pulih.
"Aauuww... Bunda, sakit." Ringis Rendi saat cubitan Bundanya mendarat di lengannya.
"Siapa suruh, Bunda ajakin ngomong malah nggak fokus." Kesal Bundanya.
"Ya maaf, maaf Pak, semuanya. Tadi perut saya sakit, jadi saya ketoilet dulu." Gara-gara panik bin khawatir saat dipanggil keruang Kepsek, perut Rendi jadi sakit. Sehingga membuatnya lama keruang Kepsek, karena harus ketoilet dulu.
"Ya baiklah, karena semuanya sudah berkumpul. Sebaiknya kita segera diskusikan tentang masalah ini." Suara Pak Kepsek memulai pembicaraan.
**************
Mitha meremas gaun yang sedang dipakainya, sesekali juga menggosok-gosokkan kedua tangannya. Berharap itu semua bisa menghilangkan rasa gugup, nervous, cemas, takut, dan berbagai perasaan lain yang sedang menggelayuti hatinya, hidupnya, dan pikirannya.
Bagaimana tidak, malam ini dia akan dinikahkan dengan Rendi. Laki-laki yang kekunci diruang olahraga dengannya. Yaa! Keputusan diskusi hari itu, mengharuskan mereka untuk menikah. Sebenarnya mereka diberi waktu 1×24 jam untuk membuktikan kalau mereka tidak bersalah, dan jika dalam waktu 1×24 jam mereka masih belum bisa membuktikannya, maka mereka harus dinikahkan. Dan ternyata mereka gagal menemukan bukti untuk membuktikan bahwa mereka tidak bersalah, jadi mau tidak mau Rendi dan Mitha harus setuju untuk dinikahkan. Selain untuk menjaga nama baik sekolah, juga untuk meredam kemarahan para ortu murid. Juga untuk menghentikan semua gosip yang beredar di antara para siswa-siswi saat ini.
Sebenarnya Mitha dan Rendi tidak setuju dengan keputusan ini, dan sudah menolaknya. Tapi apa daya, kondisi dan situasi tidak memungkinkan mereka untuk menolak. Bahkan para ortu murid sampai mengancam akan melaporkan Rendi dan Mitha kekantor polisi, atas kasus melakukan perbuatan mesum di sekolah. Apalagi saat pemilik yayasan sekolah tau kalo Pak Kepsek dan Pak Bowo sebenarnya sudah mengetahui tentang masalah ini, tapi mereka malah merahasiakannya.
Dan itu membuat Pak Rivaldi, sang pemilik yayasan sekolah menjadi marah. Pak Rivaldi merasa Pak Kepsek tidak menghargainya karena merahasiakan masalah sebesar ini darinya. Sebagai hukumannya, Pak Kepsek dan Pak Bowo akan diliburkan selama 1 Minggu. Pak Rivaldi bahkan mengancam, jika Rendi dan Mitha masih menolak untuk dinikahkan, maka Pak Kepsek dan Pak Bowo akan dipecat. Karena sudah membantu Rendi dan Mitha, dengan tidak memberitahukannya tentang masalah Rendi dan Mitha.
Pak Rivaldi juga mengatakan akan mengeluarkan Rendi dan Mitha dari sekolah, jika mereka masih menolak untuk dinikahkan. Dan sebaliknya jika mereka menikah, mereka masih bisa bersekolah dan mengikuti UN yang akan berlangsung beberapa bulan lagi. Dan tentunya dengan syarat, bahwa Mitha tidak boleh sampai hamil dulu. Atau mereka akan dikeluarkan dari sekolah, bukannya apa-apa, Pak Rivaldi melakukan ini. Beliau hanya ingin menjaga nama baik sekolah dan menjauhkannya dari gosip-gosip buruk.
*************
Mitha meletakkan ponselnya diatas meja rias yang ada didepannya, hanya namanya saja meja rias karena Mitha sama sekali tidak merias wajahnya seperti pada pengantin umumnya. Bukan karena tidak memiliki perias pengantin, tapi Mitha sudah menyuruh mereka untuk pulang saat mereka baru saja sampai.
Mitha tidak berminat merias wajahnya, dia ingin tampil sederhana dan tidak terlalu mencolok. Bukannya tanpa alasan dia melakukannya, dia hanya tidak ingin kalau lelaki yang akan menjadi suaminya nanti hanya tertarik pada kecantikan wajahnya. Mitha ingin suaminya menginginkannya, karena memang tulus dari dalam hati. Mitha ingin suaminya mencintainya karena Allah, bukan karena nafsu semata. Walaupun pernikahan mereka terjadi secara terpaksa dan mendadak, tapi Mitha akan berusaha menerimanya setulus hati dan menganggapnya sebagai ibadah.
Walau dia dan Rendi hanya terpaksa menikah, tapi Mitha berharap, kalau pernikahannya ini akan menjadi yang pertama dan terakhir. Mitha juga berharap, pernikahan yang diawali dengan kata terpaksa ini akan berjalan dengan lancar dan baik. Semoga mereka bisa saling melengkapi dan menerima kekurangan dan kelebihan masing-masing.
"Hhuuufffttt.... Mitha menghembuskan nafas panjang, entah sudah yang keberapa kalinya. Pikirannya masih melayang pada beberapa saat yang lalu, saat dia Video call dengan kedua orang tuanya. Mitha memang sudah memberitahu orang tuanya tentang dia dan Rendi semalam, dan orang tuanya sangat terkejut dan kaget, apalagi mamanya. Mamanya tidak berhenti menangis, dia merasa sangat sedih. Karena anaknya harus mengalami masalah seperti ini. Lebih sedih lagi, saat mengingat kalo anaknya akan menikah tanpa kehadiran orang tua dan keluarga. Karena keluarganya memang semuanya ada diluar kota.
Mitha berusaha untuk terlihat kuat, sebisa mungkin dia menahan agar air matanya tidak keluar. Sepanjang VC dengan orang tuanya, Mitha selalu menunjukkan senyumnya. Berharap bisa menyembunyikan rasa sedihnya dibalik senyumannya, Mitha tidak ingin orang tuanya semakin bersedih jika melihatnya bersedih.
Mitha melirik jam di ponselnya, tinggal satu jam lagi. Dan status bahkan kehidupannya akan berubah. Perasaan gugup semakin menyelimuti hatinya, Mitha memegang dadanya. Dia bisa merasakan, kalau saat ini jantungnya berdebar-debar terus. Mitha mengatur nafas, berusaha mengontrol detak jantungnya yang berdebar cepat.
"Kira-kira cowok itu ngerasain apa yang aku rasain juga nggak yah?" Gumam Mitha pelan. Disaat dia tengah sibuk dengan pikirannya, tiba-tiba ada yang mengetuk pintu. Mitha pun berdiri dan melangkahkan kakinya untuk membuka pintu, dan dia cukup kaget saat membuka pintu, tiba-tiba orang itu nyelonong masuk begitu saja. Dan dia lebih kaget lagi, saat tau orang itu adalah....
...****************...
Assalamualaikum para readers kiuuu...☺️☺️
Author datang lagi nih, maaf yah kalau ceritanya agak berantakan 😅 Nggak usah nanya, kok bisa begini, kok bisa begitu, siapa, apa, kenapa, mengapa, bagaimana dan bla bla... Karena semuanya mengalir begitu saja di otak dan pikiranku, so maaf kalau tidak sesuai dengan ekspektasi kalian...😁😅
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments
Yin'yang
orang itu abi'ya thor
2022-09-07
0