"Umi, umi tau nggak..."
"Nggak." Belum selesai temannya berbicara, gadis itu sudah memotongnya.
"Ckk, makanya dengerin dulu. Jangan main potong aja." Kesal temannya yang bernama Vina.
"Yaudah apa? Aku dengerin."
Sebelum menjawabnya Vina menarik nafas panjang terlebih dulu. "Umi, jawab yang jujur, apa terjadi sesuatu kemarin?" Selidik Vina dengan wajah serius.
"Kemarin? Tidak terjadi apa-apa kemarin." Tutup gadis itu, walau sebenarnya dia merasa tidak enak karena sudah berbohong.
"Sungguh?" Tanya Vina lagi, sedangkan dua temannya yang lain masih pada diam.
"Iyya, memangnya ada apa kamu bertanya seperti itu?"
"Umi yakin nggak nyembunyiin sesuatu dari kita kan?"
"Iya."
"Ckk, kalau gitu sekarang umi ikut kita." Vina dan kedua temannya yang tadi pun memegangi lengan gadis itu dan membawanya pergi.
***************
Gadis itu membelalakkan matanya dan menutup mulutnya, saking terkejutnya saat melihat sesuatu yang terpajang dengan besar dan jelas di mading sekolah.Gadis itu sampai kehabisan kata-kata melihatnya, jantungnya bahkan berdetak tidak karuan. Seluruh tubuhnya bahkan sudah terasa lemas semua.
"I... i... ini... Kenapa jadi jadi seperti ini, bagaimana ini bisa terjadi?" Batin gadis itu heran campur kaget.
"Sekarang, apa umi bisa jelasin apa maksud dari semua foto-foto ini?"
Iya, itu adalah foto-foto dia dan Rendi waktu terciduk diruang olahraga. Bahkan ada foto waktu dia dan Rendi dibawa keruang Kepsek, dan masih banyak foto lainnya yang tertempel di mading. Wajah mereka bahkan terlihat sangat jelas.
"Jadi ini sebabnya anak-anak yang lain memperlakukanku dengan tidak baik tadi." Batin gadis itu.
"Umi, sekarang umi bilang sama kita. Kalau semua foto-foto itu nggak benar dan cuman editan aja. Yakan umi?" Vina masih berusaha mencari kebenaran dari gadis itu.
"Umi jawab dong, jangan diem aja."
"Iya umi, jangan diem aja. Sampai kapan umi mau menyiksa kami dengan rasa penasaran ini?" Celoteh teman-teman gadis itu, namun gadis itu masih saja diam. Dia memandangi satu persatu wajah temannya.
"Kalau aku bilang yang sebenarnya, apa kalian akan percaya?" Tanyanya, sambil memandang teman-temannya.
"Tentu saja." Seru ketiga temannya kompak.
"Iya, apapun masalahnya kita tetap bakal selalu ada disisi umi dan mempercayai umi." Ucap Lia.
"Yang dikatakan sibontot bener umi, lagipula kita inikan udah berteman sejak kelas satu SMP. Jadi kita yakin kalau umi nggak bakal ngelakuin hal bodoh yang kayak di foto itu." Ucap Vina juga, sambil memegang tangan gadis itu. Sedangkan Arum hanya diam saja dan menganggukkan kepalanya kearah gadis itu, sebagai tanda kalau dia juga setuju dengan pendapat kedua temannya itu.
"Makasih kalian semua udah mau percaya sama aku, tapi sayangnya, semua foto itu benar, semua kejadian difoto itu juga benar." Ucap gadis itu dengan kepala menunduk, dan tersenyum kecut.
"Hah? Umi serius? Tapi kok bisa, gimana ceritanya?" Tanya ketiga temannya, gadis itupun menarik nafas panjang, dan menceritakan semua detail kejadiannya. Dari awal dia bertemu dengan Rendi sampai dengan kejadian tidak mengenakkan yang dialaminya pagi ini.
"Ya ampun umi, cerita umi tadi tuh udah kayak di sinetron-sinetron tau." Ucap Lia.
"Jadi sekarang gimana?" Tanya Arum.
"Gimana apanya?" Balas gadis itu.
"Ya.... sekarang, seluruh penghuni sekolah kan udah pada tau. Tak terkecuali Pak Kepsek dan para guru. Jadi sekarang gimana sama nasib kamu sama tuh cowok, kalau kalian tiba-tiba dinikahin, gimana?" Cerocos Lia, tanpa pikir panjang dulu.
"Ckk, mulut lo itu yah." Vina pun menyentil mulut Lia karena gemas pada sahabatnya itu.
"Aauuww... Apaan sih Vin, akit tau." Protes Lia.
"Makanya tuh mulut jangan asal nyeplak aja, dan soal kehebohan yang terjadi pada para penghuni sekolah gara-gara foto itu, sebenarnya masih bisa diredam kok. Asalkan umi sama tuh cowok ngasih klarifikasi sama semuanya, kalau semua yang terjadi dalam foto itu hanyalah sebuah kesalahpahaman. Dan tidak terjadi apa-apa diantara mereka berdua." Jelas Vina.
"Tapi apa mereka akan percaya gitu aja, tau sendirilah zaman sekarang tuh orang-orang lebih percaya sama apa yang mereka liat. Tanpa tau yang sebenarnya tuh gimana." Ucap Lia.
"Iya itu memang benar, tapi kan ada Pak Bowo dan Pak Kepsek yang ada ditempat kejadian. Dan mereka bisa jadi saksi, kalau semua itu hanyalah sebuah kesalahpahaman saja."
"Aku harap juga begitu." Ucap gadis itu sendu, sambil melihat foto-foto dia dan Rendi yang tertempel di mading.
"Udah udah, nggak usah sedih-sedihan lagi. Mending sekarang kita cabutin deh tuh rumput-rumput, eh maksudku tuh foto-foto, hehe..." Lawak Arum, mencoba mencairkan suasana. Gadis itupun tersenyum mendengarnya.
"Nah gitu dong, senyum. Jangan pasang muka sedih lagi, nggak cocok sama umi. Lagian nih, kalau Abi sampai tau umi sedih-sedih gini. Abi pasti bakal lebih sedih lagi." Ucap Arum.
"Heem, itu benar. Haa... Mendadak aku kangen Abi..." Celoteh Lia. Gadis itu memang biasa dipanggil umi oleh teman-temannya, dan orang yang dipanggil Abi oleh mereka, adalah sahabat mereka sendiri. Lebih tepatnya sahabat gadis itu dari kecil, bahkan saat berada dalam kandungan pun mereka sudah sering bersama. Karena mama mereka itu juga sahabatan, apalagi mereka tetanggaan. Jadi hampir setiap saat mereka selalu bersama, bahkan setelah lahir mereka jadi lebih sering bersama. Karena umur mereka hanya selisih satu bulan saja, maka mereka bisa masuk TK bersama-sama. Bukan hanya TK, tapi SD, SMP, bahkan sekarang saat mereka sudah sudah SMA, mereka selalu bersama.
Mereka mendapat panggilan Abi dan Umi karena gadis itu selalu memanggil sahabatnya itu dengan panggilan bi, karena nama sahabatnya itu BIAN SAPUTRA. Sedangkan Bian sering memanggilnya dengan sebutan mi, karena gadis itu bernama MITHA INDRIYANI AIRLANGGA. Lama-lama para sahabat mereka, jadi memberikan mereka julukan Abi dan Umi. Dan tentunya para sahabat yang berperan sebagai anak-anak dari Mitha dan Bian.
"Kalian belum bilang masalah ini pada Abi kan?" Khawatir Mitha, dia tidak ingin membuat Bian yang sedang berada di luar kota menjadi khawatir.
"Umi tenang aja, kita belum bilang sama Abi kok tentang masalah ini." Jawab Vina.
"Hhuuufffttt.... Syukurlah kalau begitu, aku hanya tidak ingin membuatnya khawatir." Mitha menghela nafas lega mendengarnya.
"Yaudah kalau gitu, gimana kalau sekarang kita cabutin nih foto-foto. Biar nggak menimbulkan fitnah lebih banyak lagi." Sahut Arum memberi saran.
"Ide bagus, tanganku emang udah gatal pengen nyabutin tuh foto." Ucap Lia.
"Tapi aku jadi penasaran, kira-kira siapa yah, yang udah nempelin tuh foto-foto di mading sekolah kita. Haa! Atau jangan-jangan itu orang yang sama dengan yang ngunciin Umi sama cowok itu." Ucap Arum menggebu-gebu sambil menunjuk foto Rendi.
"Bisa jadi." Ucap Lia dan Vina serempak.
"Eh, tapi aku kok kayak kenal sama nih cowok." Ucap Arum lagi, dengan mengamati foto Rendi.
"Ckk, yaiyalah kenal. Dia kan ketua tim basket di sekolah kita, namanya Rendi. Yakan Umi?" Tanya Lia.
"Hem iya." Jawab Mitha. "Jadi dia ketua tim basket di sekolah ini." Batin Mitha.
"Udah-udah, ngapain sih ngurusin itu. Mending sekarang kita cabutin nih foto-foto semua." Ujar Vina, disaat mereka sudah melepas beberapa foto, tiba-tiba ada yang datang.
"Apa-apaan nih!" Seru orang itu cukup keras, sehingga membuat Mitha dan teman-temannya terkejut. Mereka pun membalikkan badan dan mendapati beberapa orang pria sudah berada dibelakang mereka.
\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*
Assalamualaikum para readers kiuuu yang budimaaannn.... Author hadir lagi nih😅😁
Jangan lupa tinggalkan jejaknya yah....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments
Yin'yang
ditubggu up'y lg author
2022-09-04
0