"Mm... I... itu non... Ini semua salah saya nona." Aku salah seorang pelayan.
"Maksud kamu?" Tanya gadis itu.
"Ta... tadi... Waktu memasak, saya tidak sengaja membakar serbet yang ada di dekat kompor. Dan saat melihat serbetnya terbakar, karena panik, saya melempar serbetnya. Tapi serbetnya malah jatuh di atas meja, dan membuat taplak mejanya ikut terbakar. Dan akhirnya apinya melebar kemana-mana." Pelayan itupun mengakui kesalahannya. "Nona, saya minta maaf. Saya tau, saya sudah bertindak ceroboh. Tolong maafkan saya nona, saya akan berusaha untuk bekerja dengan lebih baik lagi. Jadi, tolong jangan pecat saya. Kalau nona pecat saya, saya tidak akan punya pekerjaan lagi. Kalau saya tidak kerja, saya tidak akan bisa mengirim uang untuk keluarga saya dikampung." Pinta pelayan itu sambil menangis.
Melihat itu, gadis itupun tersenyum dan memegang bahu pelayan itu. "Kamu tenang aja, saya tidak akan memecat kamu. Soal kebakaran yang terjadi, itukan kecelakaan. Lagipula, kamu juga nggak sengaja kan. Jadi, berhenti menangis. Kamu tetap akan bekerja disini, dan sebaiknya sekarang kamu obatin luka kamu, pasti itu sakit." Ucap gadis itu sambil menunjuk tangan pelayannya yang terkena luka bakar.
"Nona tenang saja, ini hanya luka kecil. Dan rasanya juga tidak sesakit itu."
"Tetap saja, ini harus segera diobati. Mau itu luka besar atau kecil, yang namanya luka kalau dibiarin bakal makin parah nanti. Bi Runa, Bibi tolong bantuin obatin lukanya dia." Gadis itupun meminta Bi Runa untuk membantu mengobati luka pelayannya itu.
"Nona... Apa nona tidak marah pada marah pada saya? Karena saya sudah membuat dapur ini kebakaran."
"Marah? Kenapa saya harus marah? Kamu kan nggak sengaja ngelakuinnya, hanya saja, lain kali lebih berhati-hati lagi yah."
"Iya nona, terima kasih banyak. Saya janji akan lebih berhati-hati lagi."
"Hmm iya, kalo begitu, saya kekamar dulu. Assalamualaikum."
"Iya nona, waalaikum salam."
Flasback Off
****************
Di mobil Rendi
"Teman kamu tadi itu manis juga yah, apalagi kalo lagi senyum. Lesung pipitnya jadi keliatan, tapi kok Bunda kayak nggak asing yah sama mukanya, kayak pernah liat dimana gitu." Ucap Bunda Rendi.
"Yang kayak gitu, Bunda bilang manis? Wah, kayaknya Bunda harus periksa mata nih. Orang dia B aja kok."
"Masaa? Tapi kayaknya yang harus periksa mata bukan Bunda deh, tapi kamu." Goda Bunda, sehingga membuat Rendi bingung.
"Maksud Bunda?"
"Ckk, kamu pikir Bunda nggak ngeliat, waktu kamu curi-curi pandang ke arah dia waktu diruang Kepsek tadi, hem?" Rendi yang mendengar ucapan Bundanya langsung salah tingkah, dia benar-benar tidak menyangka kalau ternyata waktu dia memperhatikan gadis itu diruang Kepsek, Bundanya juga sedang memperhatikannya. Rendi berdehem untuk menetralkan suaranya.
"Ekheem.... Bunda salah liat kali, orang aku cuman ngeliatin dia sekilas gitu kok." Elak Rendi, dia terlalu malu untuk mengakui kalo dia memang sempat curi-curi pandang ke arah gadis itu tadi.
"Masaaa....? Yakin, cuman liatin sekilas?" Goda Bundanya lagi.
"Iyalah yakin."
"Sayang, kamu taukan, kalo boong itu dosa?" pancing Bunda.
"Iya tau." Sahut Rendi singkat.
"Nah, kalo tau, kenapa boong?"
"Siapa yang boong sih Bunda?" Elak Rendi, masih belum mau mengaku.
"Udah, nggak usah ngelak lagi. Kamu tuh anak Bunda, jadi Bunda tau kalo kamu lagi boong atau nggak. Lagipula Bunda nggak keberatan kok kalau kamu ada hubungan sama gadis itu." Ucap Bunda lagi.
"Aku.... Sama gadis itu, yang nggak mungkin lah Bun. Bunda nih ada-ada aja deh." Rendi menggeleng-gelengkan kepalanya mendengar ucapan Bundanya.
"Loh, mangnya kenapa?" Bingung Bunda.
"Mang Bunda nggak liat penampilannya kayak gimana, bukan tipe Rendi banget Bun. Dia tuh cuman cewek cupu yang kejebak sama Rendi diruang olahraga, itu aja, nggak lebih. Jadi Bunda nggak usah mikir yang aneh-aneh, aku nggak mungkin ada hubungan sama dia, kalaupun ada, itu pasti hanya karena terpaksa. Memiliki hubungan dengan gadis itu... Hehe Bunda ini ada-ada aja." Dengan sedikit tertawa Rendi menggeleng-gelengkan kepalanya, masih tidak percaya Bundanya bisa berpikir seperti itu.
"Jangan seperti itu, nggak boleh. Ingat, kata-kata itu adalah doa."
"Nah, itu Bunda tau. Makanya daripada Bunda mikirin yang enggak penting, mending Bunda doain Rendi biar dapat pasangan yang baik, pintar, dan cantik."
"Tanpa kamu minta pun, Bunda juga udah selalu doain kamu. Bukan cuman dapat pasangan yang baik, pintar, dan cantik aja. Tapi juga pasangan yang shalehah, yang bisa selalu ngingetin kamu, setiap salah. Dan nggak cuman cantik luarnya aja, tapi dalamnya juga. Dan yang nggak kalah penting lagi, bisa ngelahirin cucu-cucu yang ngegemesin untuk Ayah sama Bunda."
"Aaammiiiiinnnn..." Ayah yang sedari tadi hanya diam saja, pun, mengamini ucapan isterinya.
**************
Pagi-pagi sekali gadis itu sudah bangun , hal yang pertama dilakukannya adalah baca doa, kemudian bangun dari tempat tidur dan pergi ke kamar mandi. Setelah mandi dan berwudhu, gadis itupun, melakukan sholat subuh. Setelah sholat, seperti kebiasaannya gadis itu, gadis itu selalu menyempatkan diri untuk membaca Al-Qur'an. Setelah semuanya selesai, gadis itupun menyimpan kembali mukena dan sajadah yang sudah dipakainya. Lalu menyimpan Al-Qur'annya kembali. Sebelum bersiap kesekolah, gadis itu duduk kembali dikasurnya. Gadis itu kembali bersyukur, karena masalah kesalahpahaman kemarin sudah selesai. Gadis itu melirik jam weker yang ada disamping tempat tidurnya. " Sudah jam setengah 6, sebaiknya aku bersiap-siap sekarang." Gumamnya.
"Nona, sarapan sudah siap." Panggil Bi Runa.
"Iya Bi, saya segera turun." Setelah mendengar ucapan nonanya, Bi Runa pun kembali ke dapur. Setelah sarapan, gadis itupun bergegas keluar dan menuju garasi. Tapi saat sampai di garasi, gadis itupun bingung karena dia tidak menemukan apa yang dicarinya. Dia pun berniat untuk memanggil Pak Parmin supir dirumahnya, dan menanyakan barang yang dicarinya. Saat hendak memanggil Pak Parmin, gadis itu langsung memukul jidatnya sendiri saat teringat kalo barang yang dicarinya saat ini ada di sekolah. Karena terburu-buru pulang kemarin, dia jadi lupa mengambil sepedanya diparkiran sekolah. Yah, barang yang dicari gadis itu adalah sepedanya. Dia memang terbiasa berangkat dan pulang sekolah menggunakan sepeda, selain jarak dari rumahnya ke sekolah tidak begitu jauh, gadis itu juga bisa sekalian berolahraga, karena mengayuh sepeda juga membutuhkan tenaga yang kuat.
"Bagaimana ini?" Gumam gadis itu pelan, dia jadi bingung harus naik apa ke sekolah. Ditengah kebingungannya, Pak Parmin tiba-tiba datang menghampirinya.
"Nona muda, biar saya antar nona ke sekolah." Ajak Pak Parmin.
\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*
Assalamualaikum para readers...😁☺️
Jangan lupa tinggalkan jejaknya yah...😅😁
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments
Murni Syahfutri
Rupanya nona muda ni ceritanya,,,,, jangan jangan memang holang kaya ni☺, semangat thor, baru baca udh seru ayoooo lanjutkan baca a
2023-04-14
0