Rendi merasa sangat lega mendengar keputusan Pak Kepsek, begitu pulah dengan gadis itu. Dia seperti mendapat angin segar, yang seketika menyejukkan dan menenangkan hatinya yang sedang kalut.
"Jadi maksud Bapak, masalah ini sudah selesai, dan mereka sudah bisa pulang?" Tanya Ayah Rendi.
"Iya, mereka sudah bisa pulang. Tapi dengan satu syarat."
"Syarat? Syarat apa yah Pak?" Kali ini Rendi yang berbicara.
"Masalah ini, tidak boleh sampai bocor keluar. Karena kalo sampai masalah ini tersebar, saya tidak yakin, masih bisa menolong mereka. Jadi sebisa mungkin, jangan sampai ada orang lain yang tau tentang masalah ini." Saran Pak Kepsek.
"Bapak tenang aja, kami tidak akan memberi tahu siapapun tentang masalah ini, yakan?" Ucap Rendi sambil bertanya pada gadis itu.
"Iya Pak, lagipula tidak ada untungnya bagi kami, jika masalah ini sampai tersebar."
"Iya, itu benar. Tapi ada satu hal yang Bapak cemaskan. Jika benar ada orang yang sengaja mengunci kalian di ruang olahraga, dan tau tentang yang terjadi pada kalian diruang olahraga. Bapak takut dia akan menyebarkan fitnah tentang kalian pada orang lain, kalau itu sampai terjadi. Entah apa yang akan terjadi pada kalian." Ucap Pak Kepsek lagi, mengingatkan Rendi dan gadis itu.
****************
Diluar ruangan Pak Kepsek, semua orang sudah berkumpul dan bersiap untuk pulang. Tapi sebelum pulang, Pak Kepsek kembali memberi wejangan untuk Rendi dan gadis itu.
"Oh yah, kalian ingat ini. Kali ini kalian berdua Bapak maafkan, tapi lain kali, tidak ada tolerir lagi buat kalian. Sebisa mungkin, hindari hal seperti ini terjadi atau terulang lagi. Jadi jaga sikap kalian, dan jaga nama baik sekolah ini. Kalian mengerti?"
"Iya Pak, maaf sudah menyusahkan Bapak." Ucap gadis itu.
"Iya Pak, saya juga minta maaf." Ucap Rendi juga.
"Iya, sudah saya maafkan. Sekarang, lebih baik kalian pulang. Ini sudah larut malam." Balas Pak Kepsek.
"Iya Pak." Ucap Rendi dan gadis itu, bersamaan. Mereka pun berjalan beriringan menuju parkiran, sedangkan orang tua Rendi dan wali gadis itu sudah sampai diparkiran lebih dulu. Mereka sedang menunggu Rendi dan gadis itu sampai di parkiran.
"Kalau begitu, Bapak duluan. Assalamualaikum." Pamit Pak Kepsek.
"Bapak juga pamit, assalamualaikum." Pamit Pak Bowo juga.
"Iya Pak, waalaikum salam." Balas Rendi dan gadis itu bersamaan. Setelah Pak Kepsek dan Pak Bowo pulang, Rendi dan gadis itu juga bersiap untuk pulang.
"Gimana sayang, udah selesai?" Tanya Bunda, saat Rendi menghampirinya.
"Udah Bunda." Ucap Rendi dan segera memeluk Bundanya. "Bunda, maafin Rendi yah Bun. Rendi udah nyusahin Bunda sama Ayah." Sesal Rendi.
"Iya sayang nggak papa, lagipula sekarang masalahnya udah selesai kan." Balas Bunda Rendi sambil mengelus punggung putranya.
"Makasih juga udah percaya sama Rendi, Bunda sama Ayah tenang aja. Rendi nggak mungkin ngelakuin hal kayak gitu." Ucap Rendi lagi, masih sambil memeluk Bundanya.
"Iya sayang, Bunda percaya kok sama kamu. Udah ah, jangan kayak anak kecil. Mang kamu nggak malu apa sama teman kamu tuh." Goda Bunda, Rendi pun segera melepaskan pelukannya saat ingat kalo gadis itu masih ada disitu juga. Bisa turun pamor dia kalo sampai gadis itu tau, kalo dia sebenarnya anak mami. Eh, salah. Maksudnya anak Bunda hehe.
"Apaan sih Bun, mangnya aku kenapa." Ucap Rendi kembali dengan gaya sok kerennya, tapi emang keren sih.
"Anak kamu tuh Bun." Sindir Ayah Rendi.
"Anak kamu juga Yah." Balas Bunda Rendi. Oh yah sayang, hari ini kamu pasti merasa sangat tertekan. Maafin anak Bunda yah, gara-gara anak Bunda, kamu jadi mengalami banyak kesulitan hari ini." Ucap Bunda dengan mengelus kepala gadis itu, gadis itu merasa ada perasaan hangat didalam hatinya saat mendapat perlakuan seperti itu dari Bundanya Rendi. Untuk sejenak dia jadi teringat mamanya.
"Hhuuufffttt..... Jadi kangen mama." Batin gadis itu sedih.
"Sayang kenapa, apa Bunda salah bicara?" Tanya Bunda Rendi saat melihat gadis itu menunduk sedih, mendengar itu, gadis itupun segera mengangkat wajahnya dan menggeleng.
"Tidak tante, tante nggak salah kok. Aku cuman kangen mama." Balas gadis itu, mencoba untuk tersenyum.
"Panggil Bunda aja sayang, jangan tante. Biar lebih akrab."
Rendi yang mendengar Bundanya berbicara seperti itu, langsung mencebikkan bibirnya.
"Bunda apaan sih, ngapain juga akrab sama tuh cewek. Nggak penting banget." Batin Rendi. "Bun, pulang yuuk...." Panggil Rendi, rasanya dia ingin segera pulang dan merebahkan tubuhnya dikasurnya yang empuk.
"Iya, entar." Balas Bunda sambil melirik Rendi, Rendi yang dilirik seperti itu oleh Bunda langsung kicep. Sedangkan Ayahnya sedang sibuk menerima telpon dari kliennya, jadi dia tidak bisa minta tolong pada Ayahnya.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments
jhon teyeng
hhhmmm sdh jd daftar incaran itu cewek
2023-04-15
0