"Saya harap juga begitu Pak, Bu. Sebenarnya saya juga tidak percaya kalo mereka sudah berbuat mes*m, tapi mau bagaimana lagi, bukti-bukti yang ada seakan menunjukkan kalo mereka berdua ini memang sudah melakukan perbuatan tidak senonoh di ruang olahraga." Gadis itu bisa melihat ada kekecewaan di mata Pak Kepsek, tapi bukti apa yang dimaksud beliau, gadis itupun juga tidak tau.
Dia hanya melihat, kalo Pak Bowo tadi memberikan hpnya pada Pak Kepsek. Dan setelah itu raut wajah Pak Kepsek jadi berubah, seperti orang yang kecewa. Gadis itu jadi penasaran, apa yang sebenarnya dilihat oleh Pak Kepsek di hp Pak Bowo.
"Bu... Bukti apa yah Pak?" Rendi pun memberanikan diri untuk bertanya, karena merasa penasaran dengan bukti yang dimaksud oleh Pak Kepsek.
"Ini...." Pak Kepsek pun mengangkat ponsel yang sedang dipegangnya, dan memperlihatkannya pada semua yang ada diruangan itu. "Kalian bisa lihat sendiri, difoto itu mereka berdua duduk berdekatan dengan Rendi yang hanya memakai kolornya saja. Ditambah dengan keadaan ruangan itu yang berantakan, sepatu mereka berserakan di mana-mana, sofa yang sudah tidak beraturan posisinya. Dan Rendi yang hanya memakai kolornya saja, karena celananya sudah tergeletak di lantai saat Pak Bowo datang. Dan yang lebih parahnya lagi, saat masuk kedalam ruang olahraga, hal yang pertama kali di lihat oleh Pak Bowo adalah Rendi sudah berada di atas gadis ini. Dan bukan itu saja, tangannya juga berada di dada gadis ini. Baju basketnya bahkan sudah tersingkap sedikit keatas. Jadi, siapapun yang melihatnya pasti akan berpikir yang tidak-tidak tentang mereka berdua bukan." Pak Kepsek pun menjelaskan tentang bukti yang dimaksudnya.
Ternyata tanpa Rendi dan gadis itu sadari, Pak Bowo sudah mengambil foto mereka secara diam-diam. Agar bisa dijadikan bukti seperti sekarang ini.
****************
Rendi dan gadis itu saling tukar pandang, mereka benar-benar tidak menyangka kalau ternyata Pak Bowo mengambil foto mereka secara diam-diam.
Entah sudah berapa kali gadis itu menghela nafas, dia berharap dengan melakukan itu rasa resah dan gelisah yang dirasakannya bisa berkurang. Tapi ternyata dia salah, walau sebanyak apapun dia menghela nafas, perasaan resah gelisah itu tidak hilang-hilang juga. Malah kini rasanya semakin menjadi, berubah jadi sebuah kecemasan dan kekhawatiran. Cemas dan khawatir akan masa depannya yang entah akan bagaimana nantinya.
Rendi bisa melihat ada sebuah kesedihan diwajah gadis itu, matanya bahkan sudah terlihat berkaca-kaca.
"Wajar saja, siapa yang tidak merasa sedih jika berada dalam posisi seperti ini. Gue saja merasa kalut menghadapi masalah ini, apalagi gadis itu. Dia pasti sangat sedih saat ini. Ckk.... Ngapain juga sih gue mikirin tuh cewek, mending gue mikirin masa depan gue yang sekarang terancam berantakan. Hhuuufffttt...." Batin Rendi,. tapi ternyata, mata dan hatinya tidak bisa bekerjasama. Matanya terus saja memandang kearah gadis itu, ada perasaan tidak enak dalam hati Rendi melihat gadis itu bersedih. Dia jadi merasa bersalah pada gadis itu, kalo saja dia tidak membuka celananya, kalo saja dia tidak jatuh menimpa gadis itu. Kalo saja.... "Ckk..... Haiiiisshhh... Gue ini kenapa sih, kenapa juga gue harus ngerasa bersalah ma tuh cewek. Yang terjadi sama gue dan dia itukan kecelakaan, lagian ini juga salah dia. Kalo aja tuh cewek nggak ngelempar cicaknya kearah gue, ini semua nggak akan terjadi." Batinnya, dan tanpa sadar Rendi menggeleng-gelengkan kepalanya. Tanpa sepengetahuan Rendi, ternyata dari tadi Bundanya sedang memperhatikannya.
"Nona, nona yang sabar yah. Bibi percaya kok sama nona, nona tidak mungkin melakukan perbuatan buruk seperti itu. Nona jangan sedih lagi, kalau nona sedih, Bibi juga jadi ikutan sedih." Bi Runa mengelus-elus punggung gadis itu dan memberinya semangat. Walau gadis itu tidak mengatakan apa-apa, tapi dia bisa tau, kalau saat ini nonanya sedang tidak baik-baik saja. Apalagi saat ini keluarganya tidak sedang berada di sampingnya, dia yakin betul, kalau nonanya saat ini sedang membutuhkan orang untuk bersandar.
"Makasih yah Bi, karena udah percaya ma aku. Bibi tenang aja, aku nggak apa-apa kok. Kata siapa aku sedih, aku nggak sedih kok. Lagipula kenapa aku harus sedih, aku tidak salah. Aku hanya berada di waktu dan tempat yang salah, insya Allah, semuanya akan baik-baik saja. Jadi, Bibi nggak perlu khawatirin aku, aku baik-baik saja." Ucap gadis itu dengan sedikit pelan, mencoba untuk terlihat kuat dan baik-baik saja adalah pilihannya saat ini. Dia tidak ingin terlihat sedih didepan orang lain, apalagi sampai ada yang melihatnya menangis. Itu adalah sesuatu yang sangat dihindarinya. Gadis itu memegang tangan Bi Runa dan mencoba untuk tersenyum.
"Nona mungkin bisa bilang begitu, tapi Bibi tau, kalo saat ini nona sedang tidak baik-baik saja. Nona pasti sedang sedih." Bi Runa balas memegang tangan gadis itu, dan mengelusnyan perlahan. Dengan tak lupa, senyuman hangat yang selalu diberikan untuk nonanya. Berharap perlakuan kecilnya itu bisa sedikit mengurangi kesedihan nonanya. Karena terlalu asyik dengan pikiran masing-masing, Rendi dan gadis itu jadi tidak fokus pada pembicaraan Pak Kepsek dan para orang tua.
"Jadi, bagaimana menurut Bapak?" Tanya Ayah Rendi pada Pak Kepsek, setelah pembicaraan yang cukup panjang, akhirnya Ayah Rendi mengajukan suatu usul pada Pak Kepsek. Agar masalah ini tidak diperpanjang dan diselesaikan malam ini juga. Ayah Rendi berharap, agar Pak Kepsek mau memaafkan kesalahan Rendi dan gadis itu, dan Ayah Rendi juga berusaha meyakinkan Pak Kepsek, kalau semua ini hanya salah paham saja.
Pak Kepsek mendongakkan kepalanya kearah Pak Bowo, seolah meminta pendapat Pak Bowo mengenai usul Ayah Rendi. Terlihat Pak Kepsek dan Pak Bowo sama-sama diam, mereka terlihat seperti sedang berfikir. Rendi dan gadis itu juga sama-sama diam, mereka berharap Pak Kepsek dan Pak Bowo menyetujui usul Ayah Rendi. Agar semua masalah ini bisa segera selesai dan tidak berlarut-larut. Rendi dan gadis bisa melihat, kalo Pak Kepsek dan Pak Bowo sedang berbisik-bisik. Sepertinya mereka sedang berdiskusi, Rendi dan gadis itu harap-harap cemas menunggu keputusan Pak Kepsek.
"Ehem.... Baiklah, saya dan Pak Bowo sudah mendiskusikannya. Dan keputusan yang kami ambil adalah, kami akan menganggap masalah ini sudah selesai. Saya dan Pak Bowo akan memaafkan mereka berdua, karena bukti yang ada juga tidak terlalu kuat. Terlebih lagi rekaman CCTV, ada yang menghapus. Maka saya dan Pak Bowo pikir, mungkin ini ulah iseng seseorang yang sengaja ingin menjebak mereka. Dan saat melihat Pak Bowo datang, orang itu segera membuka kuncinya, sayangnya mereka berdua tidak menyadari hal itu. Dan tentang yang terjadi didalam ruangan itu, mungkin yang mereka katakan itu benar, kalo semua itu salah paham saja. Salahnya mereka, adalah berada di waktu dan tempat yang salah." Ucap Pak Kepsek panjang lebar.
...****************...
Assalamualaikum para readers...😊😁
Jangan lupa tinggalkan jejaknya yah....
Like, komen, dan votenya, author tunggu yah...😁🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments