"Baiklah, kalo menurutmu begitu. Kamu bisa menghubunginya."
"Baik Pak." Gadis itupun segera merogoh saku roknya dan mengambil ponselnya, tapi saat melihat ponselnya dia baru sadar kalo pulsanya abis. Dan ternyata layar ponselnya juga ada yang pecah. Gadis itupun menghela nafas pelan.
"Ini pasti pecah waktu cowok tadi jatuh ke arahku. Tapi bagaimana ini, aku tidak punya pulsa, lalu bagaimana caranya aku menelpon." Gumamnya pelan, namun samar-samar terdengar oleh Pak Kepsek yang duduk tidak jauh darinya.
"Ada apa? Apa ada masalah?" Tanya Pak Kepsek.
"Ini Pak, pulsa saya habis." Cicitnya pelan.
"Ya sudah, ini pakai ponsel saya saja." Pak Kepsek pun menyodorkan ponselnya pada gadis itu.
"Makasih Pak."
"Iya, sama-sama."
********************
Tidak lama kemudian, Rendi pun masuk kedalam ruangan kepala sekolah, tempat gadis itu dan Pak Kepsek berada. Mereka memang sudah berpindah ruangan sejak Pak Kepsek datang.
Sebenarnya Rendi sudah sejak tadi selesai berbicara dengan orang tuanya, hanya saja dia masih berdiri dekat pintu. Dia sedang mencoba untuk menenangkan hati dan pikirannya, juga sedang menyiapkan mentalnya. Agar saat orang tuanya datang, dan memarahinya, dia sudah siap. Rendi pun duduk kembali di tempatnya, berhadapan dengan gadis itu.
"Bagaimana? Sudah kamu hubungi orang tua kamu?"
"Sudah Pak, seharusnya sih mereka sudah menuju kesini." Jawab Rendi.
"Baiklah kalo begitu, kita tunggu orang tua kamu datang. Baru kita bahas masalah ini." Ucap Pak Kepsek.
"Iya Pak." Rendi mencoba menjawabnya setenang mungkin, walaupun yang sebenarnya saat ini dia sedang sangat kalut. Pikiran kalau Ayahnya akan memarahi dan memukulnya, atau bahkan mengusirnya dari rumah, terus menghantui pikirannya.
Walaupun dia dan gadis itu tidak bersalah, tapi tetap saja, dia merasa tidak tenang. Bagaimana kalo dia dan gadis itu tidak bisa membuktikan kalau mereka tidak bersalah, dia dan gadis itu pasti akan didepak dari sekolah. Terlebih lagi dengan cibiran-cibiran yang akan mereka dapatkan, memikirkan semua itu, membuat Rendi jadi semakin frustasi.
Disaat Rendi tengah asik melamun, tiba-tiba ada yang mengetuk pintu. Seketika jantung Rendi berdebar kencang, keringat dingin bahkan sudah keluar dari dahinya. Tangannya juga sudah lengket karena keringat, sekilas Rendi melihat ke arah gadis itu. Dia terlihat lebih tenang, tidak seperti dirinya yang sudah mulai panik.
"Masuk." Perintah Pak Kepsek pada orang yang mengetuk pintu.
"Assalamualaikum." Salam orang itu, bersamaan dengan itu, seorang pria paruh baya dan seorang wanita yang walaupun sudah berumur, tapi masih terlihat awet muda dan cantik. Rendi yang mendengar suara orang itu, menjadi semakin kalut. Dia pasrah jika Ayahnya akan memukulnya. Iya, orang itu adalah orang tua Rendi.
"Waalaikum salam, silahkan duduk." Pak Kepsek pun mempersilahkan orang tua Rendi untuk duduk. Dengan perasaan was-was, Rendi mendekati kedua orang tuanya dan Salim pada mereka.
"Yah.... Bunda...." Belum selesai Rendi menjelaskan pada orang tuanya, Ayahnya sudah mengangkat tangan kanannya, sebagai tanda agar Rendi diam.
"Sudah kita duduk dulu." Ucap Ayahnya Rendi, sedangkan gadis itu, saat melihat orang tuaab Rendi, segera berdiri dan salim pada Bundanya Rendi. Tapi saat Ayah Rendi hendak salim padanya, dia segera menangkupkan kedua tangannya didepan dada. Ayah Rendi yang melihatnya langsung mengerti kalo gadis itu tidak ingin disentuh.
"Silahkan duduk Pak, Bu."
" Iya Pak, terima kasih."
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments
jhon teyeng
kl panik salah dong
2023-04-15
0