"Nggak usah ge'er, gue cuman pengen liat tagename lo tapi ketutup sama kerudung lo." Alibi Rendi. "Oh yah, kita belum kenalan. Kenalin nama gue Rendi, nama lo siapa?" Rendi menjulurkan tangannya didepan gadis itu, satu detik, dua detik, tiga detik. Tangan Rendi sudah mulai pegal, tapi gadis itu masih belum membalas jabat tangannya. Jangankan menjabat tangannya, meliriknya saja tidak.
Karena merasa diabaikan, Rendi pun menarik kembali tangannya. Dan tentunya dengan perasaan dongkol, dia merasa kesal, karena merasa kalo dari tadi gadis itu terus mengabaikannya.
"Baru kali ini ada cewek yang nyuekin gue kayak gini, biasanya cewek yang bertemu dengan gue akan langsung klepek-klepek dan terpesona. Jangankan diabaiin atau dicuekin, didiemin aja gue nggak pernah, yang ada gue yang ngabaiin mereka. Nah nih cewek satu malah aneh, dia nggak ngelirik gue sama sekali." Batin Rendi sambil memperhatikan gadis itu.
"Lo anggota OSIS yah?" Tanya Rendi, saat melihat pin anggota OSIS dihijab gadis itu.
"Hemm" Jawab gadis itu dengan deheman, dan masih setia memandang kearah pintu.
"Lo liatin sampai mata lo sakit pun, itu pintu nggak akan kebuka. Kecuali, ada orang yang datang dan ngebukain kita pintunya. Makanya, daripada lo diem ngeliatin pintu itu terus, mending lo berdoa supaya ada orang baik hati yang datang ke sini dan ngebuka pintunya." Karena masih tidak mendapat respon apapun dari gadis itu, Rendi pun kembali berceloteh ria.
"Cuekin aja gue terus, udah kayak ngomong ma tembok, nggak ada respon." Gumam Rendi, namun masih bisa didengar oleh gadis itu. Namun dia tidak perduli dan lebih memilih abai.
Satu menit, dua menit, tiga menit, tidak terasa waktu sudah berjalan dua jam. Selama itupulah Rendi dan gadis itu terkunci berdua diruang olahraga, Rendi sudah mulai bosan dan gelisah karena hari sudah hampir gelap.
Harapannya agar ada orang yang datang, kini semakin pupus. Rendi melempar bola basket yang dari tadi dimainkannya untuk menghilangkan rasa bosan yang daritadi menghinggapinya. Bola basket itu dipantulkan ke tembok, ditangkap, dilempar lagi. Begitu terus sampai-sampai gadis yang sedang bersamanya menjadi bosan melihatnya.
Apalagi dari tadi Rendi terus saja berceloteh, entah apa yang sedang diucapkannya, gadis itu tidak terlalu memperhatikan.
"Ini cowok berisik banget sih, nggak capek apa celotehan terus dari tadi." Batin gadis itu, gadis itu pun beranjak dari tempatnya duduk dan berjalan menuju depan meja guru milik Pak Bowo. Dia lebih memilih bersandar di meja itu, sambil melihat keluar jendela. Gadis itu berharap ada orang yang lewat, agar dia dapat meminta tolong pada orang itu untuk membukakan pintunya. Disaat gadis itu tengah melamun, tiba-tiba...
Kruuyuukkk.... kruuyuukkk....
Rendi yang mendengarnya langsung tersenyum simpul, sudah ada ide dikepalanya untuk menggoda gadis itu. "Lo laper yah?"
"Biasa aja." Balas gadis itu, sambil memegangi perutnya yang mulai berontak ingin diisi. Tidak lama setelah berkata seperti itu, perut gadis itu berbunyi lagi, malah terdengar lebih jelas dari yang sebelumnya.
"Perut lo bunyi lagi tuh." Goda Rendi, gadis itu menggigit bibir bawahnya karena merasa malu. Rendi pun beranjak dari tempatnya dengan menenteng bola basket yang dari tadi dimainkannya, dia berjalan menuju lemari kecil yang tak jauh dari tempat gadis itu berdiri. Rendi lalu berjongkok dan membuka lemarinya, melihat isi dalam lemari, Rendi menghela nafas dan berjalan kearah gadis itu. "Nih, tapi cuman ada satu roti, bahkan gak air." Ucap Rendi.
"Ini punya siapa?" Tanya gadis itu heran.
"Punya Pak Bowo, gue sering liat dia nyimpen makanan sama minuman disitu. Tapi tadi cuman ada satu roti, nggak ada airnya juga, lo mau?" Tawar Rendi.
"Nggak!" Tolak gadis itu.
"Kenapa? Bukannya lo lagi laper yah? Udah, nggak papa, makan aja, Pak Bowo juga nggak akan marah. Masa cuman gara-gara roti sebiji, Pak Bowo yang berwibawa marah-marahin kita." Melihat tak ada respon dari gadis itu, Rendi kembali berbicara. "Tenang aja, nanti gue yang tanggung jawab sama Pak Bowo. Udah nih makan." Rendi kembali memberikan roti itu.
"Aku tidak mau! Mengambil apalagi memakan makanan orang lain tanpa sepengetahuan pemiliknya, itu sama aja dengan nyuri. Aku lebih baik kelaparan, daripada memakan makanan yang diambil tanpa ijin dari pemiliknya." Tolak gadis itu, Rendi yang mendengarnya memutar bola matanya kesal.
"Jadi secara nggak langsung, lo ngatain gue ini pencuri gitu."
"Aku nggak bilang begitu."
"Lo mang nggak bilang secara langsung, tapi dari cara lo bicara tadi, seakan-akan ngatain kalo gue ini pencuri, karena udah ngambil rotinya tanpa seijin Pak Bowo. Lo mikir nggak sih, gue ngambil roti itu buat siapa, buat ELO. Dasar nggak tau terima kasih, bukannya bersyukur malah ngatain." Omel Rendi, dia merasa sangat kesal pada gadis itu. Sedangkan gadis itu hanya diam saja mendengar omelan Rendi.
Karena kesal Rendi pun menaruh rotinya di sofa dan mulai melemparkan bolanya ke sembarang arah. Karena sedang kesal, tanpa sadar Rendi melempar bolanya terlalu keras, sehingga membuat bola memantul ke tembok lalu memantul ke atas. Dan siapa yang menyangka karena lemparan bola Rendi ini, hidupnya dan gadis itu akan berubah drastis.
Bola itu memantul ke atas dan mengenai sesuatu yang sedang nemplok santuy di tembok, dan membuatnya terjatuh tepat diatas tangan gadis itu.
"Aaaaa..... Cicaaaakkkk....." Teriaknya sambil melempar cicak itu kedepan, dan naasnya cicak itu jatuh tepat didalam baju basket Rendi yang kebetulan sedang menunduk untuk mengambil bola basketnya.
"Waaaaahhhh.... Apaan nih...." Teriak Rendi saat cicak itu masuk kedalam baju basketnya, sambil jingkrak-jingkrak didepan sofa, Rendi mencoba untuk mengeluarkan cicaknya. Tapi dasar cicaknya nakal, mentang-mentang nemplok ma cogan jadi nggak mau lepas-lepas. (Ternyata cicak juga bisa mesum yah, hihi). Sedangkan gadis itu hanya melihatnya dengan tatapan geli, tanpa niatan membantu.
Bukannya apa-apa, dia hanya tidak ingin cicaknya pindah lagi kepadanya. Karena tidak berhasil mengeluarkan cicak itu dari bajunya, Rendi pun mau tak mau harus membuka bajunya. Gadis itu pun membelalakkan matanya dengan mulut sedikit terbuka, karena tidak menyangka kalau Rendi akan membuka bajunya, tepat didepannya pula.
"Aaaaa.... Apa-apaan sih kamu, main buka baju aja, mata aku jadi ternoda." Histeris gadis itu, dengan secepat kilat dia pun menutup mata dengan kedua tangannya. Gadis itu segera membalikkan badannya, memunggungi Rendi.
"Iiiissshhhh.... Jangan teriak-teriak terus napa, mending lo bantuin gue nyingkirin nih cicak."
"OGAH!" Tolak gadis itu cepat, Rendi pun mengibas-ngibaskan bajunya ke udara. Namun dia tidak melihat cicaknya sama sekali.
...****************...
Readers: Kira-kira cicaknya kemana yah???🤔🤔🤔
Author: Hehe penasaran yahh...🤭😁
Readers: Iyyaaa thoorrr... Penasaran nih...
Author: Kalau penasaran, tungguin author up lagi yah... 😁🥰🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments