"Santai saja ... dua jam adalah waktu yang sangat sedikit. Sama seperti sebutir garam di dalam kolam. Menurutmu apa yang bisa terjadi dalam waktu itu?!" kata Camden.
"Kau tidak mengerti karena sudah hidup lama, pasti hanya menganggap dua jam ini seperti dua detik saja tapi di Mundclariss itu sudah dua hari berlalu. Bahkan hanya menghitung jam saja bisa terjadi perang nuklir dan dua hari itu adalah waktu yang sangat lama. Aku sudah membuang waktu yang sangat banyak ...." kata Cairo.
"Tenang saja, keberadaanmu di Mundclariss tidaklah sepenting itu. Bahkan kalau terjadi perang nuklir tidak ada yang bisa kau lakukan juga kan ...." kata Camden membuat Cairo agak tercengang dengan fakta yang memang benar adanya itu. Tapi tetap saja Cairo yang mendengarnya sangat jengkel apalagi dengan nada bicara Camden yang terkesan sangat menyebalkan.
"Aku sudah menghitung dengan baik-baik selama tinggal disini. Targetku hanyalah tiga bulan, kalau lebih dari itu ... aku mungkin sudah dituduh sebagai pengkhianat oleh klan ku. Mereka akan mengira aku meninggalkan klan kalau pergi terlalu lama." kata Cairo.
"Itulah yang akan aku ajarkan pertama-tama padamu!" kata Camden.
"Sudah kubilang aku tidak mau menjadi muridmu!" kata Cairo.
"Entah itu karena kau mempunyai darah Aluias atau karena kau tumbuh besar dengan didikan dari Klan. Tapi aku akan mengajarkanmu untuk hidup bebas. Tanpa terikat oleh apapun! Aluias punya satu kekuatan sekaligus juga kelemahan yakni selalu berkelompok. Terlalu setia ... aku tidak mau kau begitu." kata Camden.
"Hidup sepertimu?! Tanpa klan, tanpa kerajaan?!" kata Cairo sangat tidak setuju dengan gaya hidup seperti itu.
"Jaga ucapanmu anak manusia! Jangan membuatku menyesal sudah menyiapkan makanan." kata Anaevivindote yang melempar garpu pada Cairo untungnya bisa ditangkap oleh Camden.
"Tenang, Lala!" kata Camden kembali menaruh garpu khas Mundebris dengan bentuk unik melingkar itu di meja.
"Ada apa sebenarnya denganmu?! Kau tidaklah seperti Aluias yang sangat kaku. Kau punya jiwa bebas di dalam dirimu, aku bisa merasakan itu ... tapi kenapa kau begitu menolak menjadi muridku dan mendengar ajaranku?!" kata Camden, "Ajaran?!" sejenak Camden tertawa geli dengan ucapannya sendiri.
"Karena aku tidak bisa tinggal disini! Sedangkan kau tinggal disini." kata Cairo lama baru menjawab, setelah duduk dan menstabilkan emosinya barulah dia mulai berbicara, "Aku tahu kalian memang biasa ke Mundclariss tapi tidak bisa sesering itu. Karena harus ada izin yang rumit dan soal masalah gerbang dan sebagainya yang lebih rumit lagi daripada hanya sekedar mengurus paspor. Terlebih lagi aku yang bahkan tidak bisa meminta izin pada siapa-siapa untuk masuk kesini dan tidak punya gerbang. Jujur, aku sangat tertarik melihat bagaimana kekuatanmu. Tapi aku tidak mau berharap ... dengan kekuatanku yang sekarang sudah lebih dari cukup untuk kupakai di duniaku."
"Kau dengar itu, Lala?" kata Camden senyum-senyum sendiri.
"Tidak heran kenapa kau mau menjadikannya murid. Dia ternyata bukanlah anak manusia yang kasar tapi hanya seseorang yang sedang diburu waktu saja." kata Lala.
"Kau tahu Cairo, selalu ada solusi kalau kita mau mencoba. Tapi kalau tidak mau mencoba tentu saja hanya akan ada jalan buntu. Kau sendirilah yang harus bangkit membuat jalanmu sendiri jika tidak ada yang membuatkan." kata Camden.
"Kau ingat namaku rupanya ...." kata Cairo tersenyum.
"Tentu saja ...." sahut Camden juga tersenyum.
"Aku tidak bisa memikirkan hal lainnya dulu, tujuan utamaku sekarang adalah bertemu Caelvita. Setelah itu mungkin aku bisa memikirkannya lagi dan menemukan jawaban yang berbeda dengan yang sekarang kuberikan." kata Cairo.
"Kau ini tipe yang fokus pada satu hal saja ya?! Hem ...." Lala menyendok sup dan ditaruh di mangkuk yang ada di depan Cairo.
"Sangat cocok untuk menjadi penerusku." kata Camden.
"Apa?!" Cairo tidak terlalu mendengar karena sibuk dengan sup yang diberikan oleh Lala yang ternyata sangat lezat sekali berbeda dari penampakan sup itu sendiri.
"Tidak ... makan saja! Nikmati, anggap saja mangkuk, sendok dan supmu sendiri." kata Camden.
...****************...
Felix dan Cain sudah keluar dari dalam hutan dan menemukan desa kecil diluar hutan. Seperti desa petani pada umumnya di Mundclariss yang sibuk bertani. Hanya saja di Mundebris bukan hanya Quiris saja tapi Tanaman dan Hewan semuanya ikut membantu.
Terlihat ada Viviandem yang habis menggarap tanah kemudian memberi tanda pada Plaevivindote yang akan ditanam untuk keluar sendiri berjalan dari tempat penyimpanannya dengan cara berbaris rapi. Kemudian Anaevivindote datang untuk membantu menanam, semuanya sangat terorganisir saling bekerjasama.
"Indah sekali ... Petani dan tanaman yang akan ditanam bekerjasama." kata Cain berjalan terlalu dibagian pinggir jalan seperti akan jatuh ke parit tapi tidak juga karena langkah kakinya sangat stabil.
Petani kelihatan memberi hormat setelah melihat kedatangan Felix. Tapi setelah itu mereka kembali sibuk melakukan aktivitas yang tertunda. Desa petani itu hanya terlihat ada sedikit rumah tapi lahan untuk bercocok tanamnya yang banyak.
"Kami punya hasil buah dan sayuran yang baru saja dipanen, kalau Yang Mulia punya waktu bisa singgah beristirahat untuk mencoba khas panen desa ini. Walau satu kerajaan tapi tiap desa memiliki hasil panen yang berbeda-beda." kata Viviandem yang datang menghadang Felix dan Cain.
"Baiklah ...." kata Felix santai saja menyetujui tawaran itu membuat Cain menoleh dan menatap dengan wajah kebingungan. Viviandem yang mengundang itu kelihatan sangat senang dan bersemangat sekali untuk menyajikan makanan pada Caelvita dan Pemimpin Alvauden.
"Menang banyak kita, bisa dapat poin juga sekaligus." kata Viviandem lainnya dalam hati tapi dapat didengar oleh Felix.
"Ada apa denganmu?!" Cain seperti akan mencabik-cabik dengan tatapannya.
"Sudah sewajarnya kita menerima tawaran mereka untuk bersopan santun." kata Felix.
"Apa?! Hahaha ... sejak kapan seorang Felix bersopan santun?! Wah, sepertinya sudah mau kiamat!" kata Cain berlebihan dengan cara berbisik-bisik.
"Itu di Mundclariss, disini duniaku Cain ... mereka rakyatku, hidup mereka bergantung padaku. Sudah sewajarnya aku bersikap baik dengan mereka. Terlebih lagi karena terlambat membangkitkan mereka." kata Felix.
Cain terdiam, tidak merespon lagi sementara Felix berjalan di depannya saat ini. Cain tidak tahu kalau Felix akan menjadi seperti ini sekarang, begitu memperdulikan Mundebris. Ada rasa takut juga, Cain khawatir jika Felix tidak peduli lagi dengan dunia manusia. Tatapan Cain pada punggung Felix terlihat penuh arti.
"Felix ...." Cain dengan suara pelan, tidak lagi dengan nada semangat dan ceria tapi terdengar sangat dalam, Felix tahu betul nada itu. Tapi hanya mengabaikan dan duduk di meja yang telah disediakan makanan dan minuman yang sangat banyak.
Felix membuka jubah dan kain yang digunakan sebagai masker. Semua Viviandem disana melihat pergelangan tangan mereka semua yang bersinar hijau tanda telah mendapatkan poin dari Felix. Seperti ada batu kecil yang masuk kedalam urat nadi mereka. Begitulah cara poin dari Caelvita, seperti nyawa tambahan yang ada di game online kalau saja Teo ada disana pasti mengatakan hal itu.
"Okey, mari kita habiskan semua ini. Kau sudah membayar mahal jadi walau sudah kenyang sekalipun harus dimakan semua. Tidak boleh ada yang tersisa." kata Cain kelihatan niat sekali.
Cain yang sibuk makan berbalik mendengar suara hujan deras turun diluar.
"Kudengar mereka butuh hujan ...." kata Felix.
"Hahh ... aku tidak tahu kau sebaik ini Yang Mulia." kata Cain sarkastik.
"Dan aku tidak tahu kau sekasar ini?! Tidak sopan terus mengeluh pada makanan gratis!" kata Felix.
"Kau juga sudah memberi mereka poin, apanya yang gratis?!" kata Cain.
"Ada apa denganmu?!" teriak Felix tapi suara hujan meredam suaranya.
"Kau yang ada apa denganmu?!" Cain dengan nada lebih tinggi lagi tapi tetap saja hanya terdengar seperti bisikan saking derasnya hujan.
...-BERSAMBUNG-...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 415 Episodes
Comments
վմղíα | HV💕
selaku bertengkar 🤭
2023-06-06
1
🍁𝕬𝖓𝖉𝖎𝖓𝖎•𖣤᭄æ⃝᷍𝖒❣️HIAT
semangat ka 💪💪
2023-03-08
1
Restia Nia
petengkaran yg manis,, 😄😄😄😄
melihat mereka tidak bertengkar itu suatu keanehan😂😂😂😂
lanjut thor..💪💪💪💪
2022-09-06
4