"Kau sudah tahu hal ini?!" tanya Cairo.
"Tidak tahu ... tapi heran saja, seperti apa yang dikatakan Si Rambut Ungu tadi kalau memasuki perbatasan saja kita bisa saja sudah dikepung oleh sekumpulan Adedis dalam sekejap. Nyatanya kita aman saja sampai sekarang sepertinya sudah menjelaskan semuanya." kata Camden.
"Earl, namanya Earl. Rambut ungu?! Kalau aku memanggilmu rambut putih apa kau tidak keberatan?!" Cairo mengoreksi terlebih dahulu.
"Aku tidak suka menghafal nama yang tidak penting, hanya yang berguna saja yang akan aku hafal namanya." kata Camden.
"Jadi, coba sebut namaku!" Cairo menantang.
"Kau juga tidak penting!" kata Camden membuat Cairo cemberut.
"Aku bahkan tidak berharap banyak ... jadi, apa yang harus kita lakukan?! Apa kita harus menyamar atau bagaimana?!" Cairo merasa harus bertindak seperti kebanyakan buronan lainnya. Tidak seperti sekarang yang hanya biasa-biasa saja, seperti bukan buronan dan hanya menikmati wisata di dunia lain yang mendadak tanpa rencana sebelumnya itu.
"Makanya ... ayo kita berbelanja!" kata Camden menaruh gelas besar minumannya dengan keras mengenai meja. Cairo heran bagaimana gelas itu tetap utuh untuk seorang Camden yang kekuatannya sangat besar.
"Pasti dia sangat hebat sekali soal pengendalian kekuatan ...." kata Cairo dalam hati.
Cairo dan Camden berkeliling di Pasar Kerajaan Amethyst. Baru melewati beberapa toko tapi tas hasil belanjaan Camden sudah sangat banyak. Cairo bahkan tidak pernah membayangkan bahwa dirinya akan berbelanja sebanyak itu selama hidup.
"Terutama untuk kepalamu, kau harus menutupi rambut hitammu itu. Jarang sekali ada yang berambut warna hitam disini." kata Camden.
"Tidak di Mundclariss, tidak disini ... rambut hitam selalu saja langka." kata Cairo menghela napas.
...****************...
Felix dan Cain memutuskan untuk menginap di hutan yang sudah melewati kota di perbatasan Kerajaan Aluias, "Kita seperti kembali lagi saat masih 10 tahun ...." kata Cain sambil berbaring dengan menggunakan lengannya sebagai bantal, "Kau ingat kan, waktu kita belum tahu siapa kita yang sebenarnya ... membawa tangga masuk ke dalam hutan dekat panti untuk naik ke Rumah Pohon Mertie." Cain terus berceloteh disaat Felix sibuk mondar-mandir membawa kayu bakar untuk api unggun, "Kau mendengarku tidak?!" akhirnya Cain menyadari sedang diabaikan.
"Salahmu sendiri, tidak lihat lawan bicaramu sedang sibuk." kata Felix.
"Aku sedang mengenang kenangan indah tapi kau malah merusaknya ... lagipula siapa yang butuh api unggun kalau kau bisa membuat cuaca menjadi panas. Jangan bertingkah seakan kau itu orang normal Caelvita Yang Terhormat!" kata Cain sarkastik.
"Di pedoman tertulis terkadang saat tidur, apa yang dimimpikan akan mempengaruhi perasaan dan merubah cuaca juga. Pernah terjadi banjir besar saat pemerintahan Caelvita-67 dan pernah terjadi badai salju besar saat pemerintahan Caelvita-90 hanya karena mereka bermimpi buruk." kini Felix yang jadi cerewet.
"Memangnya kau ini apa? Surat kabar berjalan? Apa maksudnya juga dengan api unggun?! Buat tanggul kek atau buat igloo kalau begitu! Ah, tidak ... untuk lebih amannya jangan tidur saja! Gampang kan?! Lebih baik kau itu tinggal di kafe saja atau sekalian pabrik kopi." kata Cain.
Felix langsung melempar tumpukan kayu yang dikumpulkannya tepat diwajah Cain. Cain hanya tertawa dengan serangan kekanak-kanakan itu. Cain tidak merasakan sakit sama sekali karena itu.
"Maksudku kita gantian tidurnya ... tidak boleh bersamaan. Kalau kau tidur dan terjadi perubahan cuaca aku bisa bangunkan sebelum terjadi yang tidak diinginkan." kata Cain tiba-tiba bijak.
"Lalu bagaimana denganmu?!" tanya Felix.
"Aku?! Kalau aku tidur usahakan untuk menjaga suhu tetap hangat!" kata Cain seperti sedang request cuaca kesukaannya.
"Tidak tahu malu!" kata Felix.
...****************...
Cairo sudah siap dengan penyamarannya, rambut hitam dan wajahnya sudah tertutupi. Hanya matanya saja yang kini kelihatan.
"Aku tidak tahu apa ini berhasil?!" kata Cairo kelihatan tidak bersemangat.
"Biasanya kalau seseorang yang habis berbelanja itu menjadi semangat tapi kau malah sebaliknya." kata Camden heran.
"Itu berlaku untuk Mundebris mungkin ... kalau di Mundclariss, di duniaku saat berbelanja saja yang menyenangkan tapi saat selesai lelah yang datang. Itu tidak berlaku bagi kalian yang punya stamina yang kuat." kata Cairo membayangkan Viviandem pasti bisa saja keliling seluruh mall yang ada dalam satu provinsi tapi belum akan merasa lelah.
"Ini duniamu juga sekarang, karena kau sudah makan, minum, tidur dan ...." Camden dihentikan Cairo untuk menyelesaikan kalimat.
"Maksudku auraku ... tidak bisa berbohong kalau aku ini manusia. Walau wajahku tertutupi tapi auraku tetap akan jelas terlihat. Itu sudah sangat menunjukkan bahwa aku bukanlah seseorang yang seharusnya tinggal disini." kata Cairo.
"Kau tidak perlu khawatir soal itu!" kata Camden.
"Kenapa?! Kau mau melindungiku saat ada bahaya?!" kata Cairo.
"Tidak, nyawamu adalah tanggung jawabmu sendiri. Aku hanya akan membantu seperlunya saja." kata Camden santai.
"Jadi, bagian mananya yang kau bilang tidak perlu kukhawatirkan?!" kata Cairo bingung.
"Soal auramu! Aku sudah menutupinya!" kata Camden.
"Ada yang seperti itu?!" Cairo takjub.
"Pujian itu terlalu biasa saja, kau tahu menutupi aura sendiri saja sudah sulit ditambah menutupi aura orang lain apalagi manusia sepertimu lebih sulit lagi. Sangat bisa kupastikan kalau kau tidak akan meninggalkan jejak sama sekali" kata Camden.
"Apa maksud dari itu semua?!" tanya Cairo.
"Maksudku ... sehebat itulah aku!" kata Camden sombong.
Cairo tidak perduli dengan keanehan apa lagi yang ditunjukkan Camden. Rasanya Cairo sudah mulai terbiasa dengan Viviandem aneh itu. Hanya perlu berhati-hati saja menurut Cairo, karena jangan sampai ikut menjadi aneh juga kalau terlalu lama bersama.
"Jadi, auraku tidak bisa dilihat dan wajahku juga sudah tertutupi. Rasanya kita akan aman saja sekarang melakukan perjalanan." kata Cairo.
Kenyataan bahwa dirinya telah berpindah dari satu kerajaan ke kerajaan lain, menunjukkan kalau apa yang dikatakan Camden benar adanya. Cairo juga bisa menyimpulkan bahwa memang lebih banyak yang memakai tudung dan jubah yang menutupi wajah dan seluruh tubuh dibanding yang menunjukkan wajah dengan bebas. Maka dari itu penyamarannya tidaklah mencolok melainkan seperti hanya berbaur dengan Quiris lainnya. Terlebih lagi saat ini auranya sudah tertutupi. Menurut Cairo dia sudah dalam penyamaran yang sempurna.
"Tapi, apa yang akan kau lakukan dengan semua belanjaan ini?!" tanya Cairo.
"Aku akan memakai semuanya." sahut Camden.
"Bagaimana bisa?! Kau hanya punya satu tubuh!" kata Cairo.
"Aku bisa mengganti pakaian tiap menit kalau bosan." kata Camden.
"Kalau kau melakukan ini sebagai alasan untuk tinggal disini lebih lama, akan aku buang dan bakar semua ini!" Cairo mengancam.
"Hey, tenang! Bahkan tanpa kau katakan, umurmu sudah terpampang nyata menyatakan kalau kau itu masih labil!" kata Camden mengejek.
"Aku tidak peduli kau mau menyebutku apa?! Yang jelas apa yang akan kau lakukan dengan semua belanjaan ini?! Tidak mungkin bisa dibawa dalam perjalanan?! Ah, kau donasikan saja!" kata Cairo punya ide yang bagus.
"Enak saja, aku yang akan memakai semuanya." kata Camden.
"Bagaimana caranya?!" kata Cairo.
"Aku bisa menyimpannya ...." kata Camden.
"Dimana?! Dibawah tanah?!" kata Cairo hanya asal bicara.
"Tepat sekali! Wah, bagaimana kau bisa tahu?! Kau ... apa kau juga keturunan Ruleorum?!" kata Camden dengan ekspresi yang terlihat serius padahal sudah tahu itu hanyalah candaan.
"Benar di bawah tanah? Kau akan menguburnya?! Kemudian kembali memakainya lagi?! Akan rusak saat kau datang kembali! Buang-buang uang saja!" Cairo tercengang.
"Asal kau tahu saja kuburan yang kau maksud itu tidak akan seperti yang kau bayangkan! Kau akan terkejut saat melihatnya!" kata Camden.
"Melihat apa?! Parit dengan peti dan ada vampir di dalamnya? Aku bahkan tidak akan terkejut lagi ...." kata Cairo asal.
"Lelucon yang bagus Aluias muda! Tidak heran kau juga membenci Sanguiber sama seperti Aluias lainnya." kata Camden, "Ayo! Ikuti aku, akan aku tunjukkan sesuatu yang menarik! Hobby dari pria tua ini ...."
"Hobby apa?!" tanya Cairo.
"Mempunyai rumah disetiap kerajaan atau wilayah di Mundebris!" jawab Camden.
...-BERSAMBUNG-...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 415 Episodes
Comments
վմղíα | HV💕
KK yunia mampir lagi
2023-06-05
1
🍁𝕬𝖓𝖉𝖎𝖓𝖎•𖣤᭄æ⃝᷍𝖒❣️HIAT
mampir ka
2023-03-08
1
🥑⃟Serina
mampir kak ehe
2023-02-09
1