"Wah, aku hanya memikirkanmu tadi sebentar ... hanya dengan itu bisa langsung memanggilmu?!" kata Felix mengalihkan pertanyaan Cain dengan mendatangi Alex.
"Kau belum menjawab pertanyaanku! Apa maksudnya?!" teriak Cain.
"Ada apa kau juga memanggil Alex?!" Cain berjalan mendekat ikut bergabung dengan Felix dan Alex karena pertanyaannya tidak direspon Felix.
"Aku tidak benar-benar memanggilnya ... aku hanya tiba-tiba saja memikirkannya, bagaimana kalau Alex yang bisa terbang dan mencari Cairo." kata Felix.
"Ide yang bagus, tapi kalau dia terbang kesana-kemari akan membuat Quiris ketakutan. Seakan kau sedang mengawasi dari atas langit, menurutmu itu tidak menyeramkan?!" kata Cain.
"Lalu, bagaiamana?! Kau punya ide yang lain?! Si ide jenius?!" kata Felix sarkastik.
"Kita berdua yang mencarinya, secara manual." kata Cain.
"Apa maksudnya itu?!" tanya Felix.
"Dengan berjalan biasa, jangan bilang kau jadi lupa caranya berjalan hanya karena bukan lagi manusia ...." sahut Cain.
"Apa?! Lucu sekali, untuk mendengar ejekan itu dikatakan olehmu ...." kata Felix.
"Lagipula, kurasa dia belum jauh dari Aluias. Pasti dia masih ada disekitar Kerajaan Aluias sekarang." kata Cain dengan cepat mengalihkan.
"Ya, dan Aluias tidak sempit ...." kata Felix.
"Maka dari itu cepat habiskan ice cream segala macam rasa itu dan kita berangkat!" kata Cain menunjuk.
"Ayo kita berangkat!" kata Felix.
"Oh, jadi kau mengakui bahwa memang tidak menginginkan itu dan secara terang-terangan kau sengaja hanya mengerjaiku saja?!" kata Cain.
"Memangnya penting sekarang untuk menikmati makanan?! Aku akan menyimpannya, nanti saat kembali baru aku makan." kata Felix.
"Disini tidak sama seperti Mundclariss, tidak ada kulkas dan untuk menjaga agar ice cream itu tidak meleleh hanyalah dengan alat kotak salju sihir dan kita tidak punya itu juga ...." kata Cain.
"Apa maksudmu?! Kan ada aku ...." kata Felix menyeringai, "Aku bisa membuat cuaca menjadi dingin dan turun salju sehingga tidak perlu memikirkan memiliki kulkas atau kotak ajaib itu."
"Kau tahu, Quiris di pasar mengeluh karena tadi kau menurunkan salju tiba-tiba. Penjual ice cream tiba-tiba harus tutup toko karenamu." kata Cain.
"Kurasa tidak semuanya ...." Felix menunjuk bukti ice cream yang ada ditangannya.
"Ohya ... dan penjual minuman hangat tiba-tiba harus cepat-cepat membuka toko. Kau tidak tahu saja kalau sudah membuat Quiris sibuk." kata Cain.
"Bukankah itu sangat indah, bagaimana semuanya ... bisa menjual dengan harmonis. Dengan perubahan cuaca yang tiba-tiba berarti penghasilan juga mendadak datang pada semuanya tanpa ada pengecualian." kata Felix.
"Lucu sekali kau melihat sisi positifnya ...." kata Cain.
"Itu sesuatu tentangmu ... aku hanya belajar itu darimu." kata Felix.
"Baiklah, ayo berangkat!" kata Cain.
"Alex, kau berjaga di luar Istana Emerald!" kata Felix.
"Disana banyak sekali Quiris datang membawa hadiah dan para peri sibuk menghias bunga sebagai perayaan karena kau sudah bangun." kata Alex.
"Bukankah kau tidak perduli dengan hal itu?! Tetap disana saja, tidur!" kata Felix.
"Baiklah, tapi kalau aku bosan ... aku bisa saja membakar kado yang ada disana dan juga bunga-bunga disana." kata Alex sambil membersihkan kuku panjang bagian kaki depan sebelah kanan dengan cara digigit kemudian ditiup.
"Terserah, yang jelas kau harus berjaga disana. Entah kenapa ... tapi kurasa ini ada kaitannya denganku. Kalau ada sesuatu pasti Cairo akan mencariku. Memangnya ... siapa lagi yang dia kenal disini?!" kata Felix.
...****************...
"Kau sama sekali tidak merasakan betapa beruntungnya kau bisa mengenalku ...." kata Camden menikmati buah-buahan yang baru saja dipetik oleh Cairo.
"Kita harus segera berangkat!" kata Cairo.
"Santai ...." kata Camden mencelupkan potongan buah kedalam sungai kemudian memakannya, "Em ... manis sekali!"
"Tentu saja, air di Mundebris semua sangat manis." kata Cairo benar-benar merasa terganggu dengan itu selama berada di Mundebris, "Dan aku lupa membeli air Mundclariss tadi ...." Cairo memukul kepalanya.
"Kau itu sangat ...." Camden memutar-mutar tangannya.
"Sangat apa?!" tanya Cairo.
"Sangat kaku dan membosankan. Fleksibel sedikit ... santai! Anggap saja kau memiliki susu dengan skala sungai seperti ini ... bukankah itu sangat menakjubkan?!" kata Camden.
"Aku terbiasa dengan cara hidup yang teratur dan disiplin sejak kecil. Apalagi embel-embel fantasi yang kau katakan itu, aku tidak terbiasa dengan hal semacam itu." kata Cairo.
"Tidak heran kenapa kau bisa jadi seperti mesin begini ...." kata Camden seperti sedang melakukan x-ray pada Cairo dengan matanya yang menghina.
"Dalam pelarian seperti ini, melakukan hal yang tiba-tiba saja tanpa ada perencanaan sangat tidak sesuai dengan gaya hidupku selama ini." kata Cairo.
"Kau harus mulai belajar kalau begitu! Mulai dari sekarang, belum terlambat!" kata Camden.
"Gaya hidup sembrono seperti ini tidak cocok untukku dan tidak ada gunanya dipakai bertarung." kata Cairo
"Waw, kau salah besar Aluias! Gaya hidup seperti ini sangat membantu dalam pertarungan, mempermudah kita dalam berimprovisasi dan memikirkan strategi baru dengan cepat. Kau pikir bagaimana aku bisa hidup lebih lama?!" kata Camden.
"Itu semua bisa didapatkan dari gaya hidup yang disiplin. Aku akan hidup lama dengan gaya hidupku sendiri." kata Cairo.
"Hahh ... tipikal Aluias sekali!" kata Camden.
"Bukankah kau juga harusnya begitu! Kaulah yang aneh disini, karena berbeda." kata Cairo.
"Aku tersanjung ...." kata Camden.
"Aku tidak memuji!" kata Cairo.
"Tidak apa-apa, karena aku yang mendengar merasakan itu adalah pujian. Tidak masalah apa yang dikatakan orang lain, asalkan bagaimana yang mendengar itu adalah seseorang yang fleksibel. Tidak akan ada permasalahan." kata Camden.
"Itu namanya delusional!" kata Cairo.
"Namanya ... berpikiran positif!" kata Camden.
"Kita benar-benar tidak cocok!" kata Cairo.
"Apa lagi maksudnya itu?! Bukan kesamaan yang menunjukkan kita cocok tapi perbedaan lah yang membuat segalanya menjadi indah. Kau pikir bagaimana kunci dan gembok bisa satu paket?! Karena mereka berbeda, punya fungsi masing-masing." kata Camden.
"Aku selesai ...." Cairo mundur dan berbaring tidak sanggup lagi berdebat.
"Salju ...." kata camden menjulurkan lidahnya.
"Apa tandanya ini?!" tanya Cairo bangun.
"Suasana hati Caelvita sedang berubah." kata Camden sambil lidah masih terus dijulurkan, "Ambil sesuatu untuk mengumpulkan salju ini, rasanya sama dengan air Mundclariss kalau mencair."
"Apa Felix sedang sedih?!" tanya Cairo hanya menebak-nebak.
"Entahlah ... yang jelas disini adalah Caelvita benar ada di Mundebris." kata Camden.
"Tentu saja, kan dia masih dalam tahap pemulihan." kata Cairo.
"Pemulihan, kurasa dia sudah sangat sehat. Tidak mungkin cuaca berubah semudah ini kalau dia belum sadar." kata Camden, "Em ...." Camden menyadari ada sesuatu yang besar terbang diatas.
Alex melirik sebentar kemudian kembali menatap lurus kedepan tanpa terlalu kelihatan peduli dengan Cairo dan Camden yang ada di pinggir sungai.
"Ada apa?!" tanya Cairo sambil menggigil, karena suhu dingin tidak menyadari Alex yang baru saja lewat. Bahkan kemunculan Alex memperparah angin kencang disana.
"Lama ... aku tidak melihatnya lagi! Sepertinya kepribadiannya masih sama dengan yang dulu atau lebih buruk lagi." kata Camden dalam hati.
"Aku baru saja menyelamatkan suaramu ... berterimakasihlah!" kata Camden akhirnya menjawab.
"Suaraku?! Menyelamatkannya darimana?!" Cairo heran.
"Kalau tidak pasti suaramu sudah serak atau bahkan sudah hilang karena sibuk berteriak." kata Camden dengan menyeringai, bisa saja dia memanggil Alex tadi untuk menemukan Felix tapi sengaja tidak dilakukan untuk menahan Cairo lama bersamanya.
"Aku sama sekali tidak mengerti apa yang kau maksud." kata Cairo.
"Kumpulkan kayu bakar, biar aku nyalakan api untumu!" kata Camden.
Cairo segera bergerak melakukan perintah, mustahil menyalakan api dengan cara manual seperti di Mundclariss. Untuk menyalakan api di Mundebris harus dengan alat khusus atau dengan kekuatan. Cairo tahu itu saat berkunjung di dapur istana.
Baru saja Felix dan Cain membuka pintu setelah bersiap-siap. Tapi Ayah Cain juga sudah ada di depan pintu.
"Aku sudah memeriksa dan Cairo yang kau maksud itu ternyata tidak mematuhi peraturan istana dan dipenjara karena itu." kata Ayah Cain.
"Dan ... dia kabur dari penjara?! Bagaimana bisa?!" tanya Cain.
"Itu pertanyaannya ... bagaimana bisa?!" kata Ayah Cain yang sepertinya hanya mendapat informasi setengah-setengah tapi setidaknya sudah mengkonfirmasi apa yang menjadi pertanyaan.
...-BERSAMBUNG-...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 415 Episodes
Comments
B⃟cMarwa
mungkin kalian punya ikatan batin
2023-08-10
1
Radiah Ayarin
sip👍👍💪💪
2023-03-19
1
Mom La - La
hadirrr
2023-02-01
2