"Dia yang pahlawan itu kan?!" tanya Ayah Cain.
"Iya, seingatku dia ada di Istana Aluias sekarang dirawat. Dibawa langsung dari medan perang oleh Raja Aluias." jawab Cain.
"Ada yang salah sepertinya kalau begitu, kenapa tiba-tiba seorang pahlawan yang seharusnya masih dalam tahap penyembuhan tiba-tiba menjadi buronan?!" kata Ayah Cain curiga.
"Ada yang tidak beres ...." kata Cain setuju.
"Apa Ayah tidak bisa melihat jejak kakinya?! Siapa tahu saja kalau dia lewat disekitar sini." tanya Cain kemudian.
"Sayangnya untuk itu, Cairo harus mendaftarkan jejak kakinya dulu sebelumnya." kata Ayah Cain.
"Kalau begitu, setidaknya coba dilihat-lihat saja ... kalau saja ada jejak kaki manusia. Untuk itu ayah bisa lihat kan, walau tidak spesifik siapa pemilik jejak kaki itu. Tapi, memangnya ada berapa manusia yang ada di Mundebris ...." kata Cain.
"Tanpa kau beritahu, aku sudah lakukan dari tadi. Tapi sepertinya dia tidak lewat sini. Aku tidak melihat ada jejak kaki manusia." kata Ayah Cain.
"Tadi aku merasakan ada seseorang yang memiliki aura Aluias yang sedikit. Tapi aku tidak bisa memastikannya juga karena tidak melihatnya dengan langsung. Bisa saja itu adalah Quiris dengan darah campuran. Apa ada hal yang bisa membuat jejak kaki tidak bisa dilacak?! Tidak bisa terlihat oleh mata Aluias." kata Cain.
"Bukankah dia hanya seorang manusia biasa?! Bagaimana dia bisa punya kemampuan untuk menutupi jejak kaki agar tidak bisa dilacak?!" kata Ayah Cain.
"Hanya saja ... kita harus memikirkan semua kemungkinan." kata Cain.
"Bukannya kau meremehkan kemampuanku?!" kata Ayah Cain.
"Bukan begitu, Pria Tua Sensitif. Hanya saja ... fakta dia menjadi buronan sangat mencurigakan." kata Cain.
...****************...
"Sampai kapan kau akan memasang wajah seperti itu?!" tanya Camden sambil berada di dalam air sungai memercikkan air pada Cairo yang duduk termenung bersandar di pohon.
"Semuanya terasa terlalu cepat dan terlalu besar untuk bisa diterima oleh otakku yang biasa-biasa saja ini." kata Cairo.
"Apanya yang terlalu cepat?! Apanya yang terlalu besar?! Kau itu Pemburu Iblis, bahkan untuk Mundclariss yang kau anggap dunia yang damai itu." kata Camden.
"Disini sangat menakutkan ... seperti yang kau katakan, aku tidak bisa bertahan lama disini." kata Cairo.
"Itu kalau tanpaku, tapi aku ada disini. Kau akan baik-baik saja!" kata Camden sangat santai.
"Kupikir kejadian di dunia manusia sudah yang paling besar tapi disini ... bahkan hanya karena masalah sepele, hampir saja ada yang terbunuh." kata Cairo.
"Tapi nyatanya tidak kan." kata Camden.
"Entahlah, bagaimana pelanggan itu langsung menyerah saat ada Quiris asing yang datang melindungi penjual ice cream tadi?! Padahal kelihatannya sama sekali dia tidak akan mundur apapun yang terjadi saat memulai perkelahian." kata Cairo melihat bagaimana pertarungan tadi berakhir dengan mata kepalanya sendiri tapi tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi.
"Kau melewatkan sesuatu ... pelanggan itu bukan memulai perkelahian hanya karena masalah sepele saja. Pasti ada yang memicunya sehingga menjadikan penjual sebagai pelampiasan amarah. Bagimu mungkin terkesan sepele, tapi lebih dari itu ... yang kau lihat hanya dipermukaan saja. Pasti ada alasan yang lebih dalam dan kompleks yang tidak ketahui." kata Camden.
"Katanya generasi sekarang memang begitu, kau selalu mengatakan itu dan sekarang kau membelanya?!" kata Cairo.
"Aku hanya ingin kau berhenti memasang wajah serius begitu dan memelas ingin kembali ke dunia manusia. Disini tidaklah seburuk itu." kata Camden.
"Aku tidak memelas meminta kembali?!" Cairo menyangkal.
"Tanpa kau bilang tapi wajahmu mengatakan semuanya." kata Camden.
"Terserah kau mau berkata apa dan menilaku bagaimana. Tapi aku punya urusan penting yang harus aku lakukan. Aku harus ke Istana besar Emerald atau Istana Leaure. Kalau kau tidak keberatan, bisa kau berhenti bermain-main didalam air dan mengantarku kesana sekarang!" kata Cairo.
"Santai saja ... kau terburu-buru sekali!" kata Camden.
"Sudah kubilang, ini penting dan sangat darurat." kata Cairo.
"Istirahatlah, cari makanan disekitar hutan. Jangan lupa bertanya apa buah atau tanaman itu beracun atau tidak pada pemiliknya. Walau tidur harus kau bangunkan untuk bertanya." kata Camden.
"Aku tidak butuh makan dan istirahat." kata Cairo.
"Istana Besar Emerald sangat jauh dari sini begitupun Istana Leaure. Aku tidak mau menemani seseorang yang akan pingsan saat di perjalanan. Jadi istirahat dan isi kembali tenagamu. Tapi sebenarnya mentalmu sebenarnya yang perlu diisi ulang ...." kata Camden.
Cairo menyerah berdebat setelah mendengar ucapan Camden. Lagipula sekarang Cairo tahu kalau sangat membutuhkan Camden untuk menemaninya dalam perjalanan atau kalau tidak dia bisa saja mati konyol saat di perjalanan.
...****************...
"Ah, kau sudah kembali!" kata Felix mengeluarkan kepalanya keluar jendela melihat kedatangan Cain. Terlihat Felix penuh dengan cat. Felix mengisi waktu sendiriannya itu dengan mengecat bagian rumah yang habis diperbaiki.
"Sepertinya kita harus ke Istana Aluias, ada yang tidak beres." kata Cain tidak merespon dengan ekspresi yang sama dengan Felix yang senang melihat kedatangannya.
"Ada apa?!" tanya Felix melompat turun lewat jendela dan mendarat di depan Cain yang membawa sesuatu ditangannya.
"Ada semacam poster tertempel ...." kata Cain.
"Poster?! Dan?!" tanya Felix.
"Dalam poster itu ... Cairo sebagai buronan." sahut Cain.
"Apa?!" Felix mengambil apa yang ada ditangan Cain tapi langsung dijatuhkan juga karena tidak percaya apa yang baru saja didengarnya.
"Sangat mencurigakan bukan?! Ada yang aneh Felix ... Aku tidak melihat hal ini di masa depan atau mungkin ini bukanlah sesuatu yang penting memang. Tapi, bagaimanapun kita harus melakukan sesuatu kan?! Cairo sudah membantu kita, sangat mustahil untuknya melakukan kejahatan dan menjadi buron." kata Cain.
"Bahkan dia belum pernah membunuh manusia seperti Pemburu Iblis lainnya. Apa maksudmu yang melakukan kejahatan?!" kata Felix.
"Maka dari itu ... ayo kita periksa!" kata Cain.
"Kurasa tidak akan semudah itu lagi Cain ... datang secara tiba-tiba dan tanpa pemberitahuan sudah tidak bisa kulakukan lagi. Berlaku juga bagimu yang seorang Pemimpin Alvauden." kata Felix.
"Aku tahu ... Makanya ayahku sudah ke istana sekarang mencari tahu apa yang terjadi. Tapi menurutmu apa kita hanya diam saja tanpa melakukan apa-apa?! Cairo tidak tahu Mundebris bagaimana dan sekarang semua aktivitas di Mundebris sudah kembali normal. Dia tidak akan bisa bertahan lama, bagaimana kalau terjadi sesuatu dan kita tidak bisa menyelamatkannya?!" kata Cain.
"Kupikir kau tidak terlalu peduli dengannya?!" kata Felix.
"Seperti yang kukatakan, kita membutuhkan Pemburu Iblis di Mundclariss. Terlebih lagi sekarang Cairo sudah berpengalaman." kata Cain.
"Kukira kau merasa bersalah, sudah memanfaatkannya sebagai pahlawan dan membuangnya begitu saja ...." kata Felix tertawa kecil.
"Apa maksudmu?! Kenapa aku merasa bersalah?! Memanfaatkan dia bagaimana?!" Cain tidak mengerti.
"Ah, aku keceplosan ...." kata Felix dalam hati menyesalkan dirinya sendiri sekarang kenapa tiba-tiba jadi banyak bicara dan mengungkapkan apa yang sudah ditetapkannya kalau tidak akan dikatakan.
Angin kencang datang dengan kepakan sayap besar dari Alex yang ingin mendarat, "Kau memanggilku?!" tanya Alex.
...-BERSAMBUNG-...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 415 Episodes
Comments
B⃟cJuan
apa perlu melakukan semua itu?
2023-05-07
1
Radiah Ayarin
ksh iklan agar semangat
2023-03-19
1
anna
semangatt akk🤗
2023-03-09
2