"Kau sadar?! Baru saja memuji dan mengeluh pada saat yang sama ...." kata Ayah Cain.
"Sampai kapan kita terjebak disini?" tanya Cain.
"Lagipula ... makanan dan minuman masih banyak, bahkan sebelum kau menghabiskan ini semua. Perisai akan dibuka juga, ada apa denganmu yang kelihatan gelisah begini?!" kata Ayah Cain heran.
"Aku tidak suka berada disebuah kurungan." kata Cain.
"Ini bukan kurungan, melainkan perlindungan." kata Ayah Cain.
"Sama saja, kita terjebak tidak bisa keluar dari sini." kata Cain mulai kelihatan berkeringat padahal tidak melakukan aktivitas apapun.
"Baiklah, ayo kita keluar dari sini!" kata Ayah Cain melempar pedangnya keatas merobek perisai mengikuti arahan dari tangannya, "Aku akan mengganti rugi, kirimkan rincian biayanya disini!" Ayah Cain menuliskan nomor identitasnya dan diserahkan pada pegawai kedai, nomor identitas yang biasa dipakai untuk menagih biaya seperti halnya biaya pertarungan, "Ayo ...." Ayah Cain menarik Cain pergi.
Cain hanya diam selama diperjalanan, tidak berbicara ataupun melihat sekeliling. Hanya berjalan cepat dan melihat lurus kedepan.
"Aku tidak bisa mengatakan kalau aku mengerti perasaanmu karena aku tidak pernah dihukum oleh Sang Penghukum ...." Ayah Cain mencoba menghibur, "Tidak bisa kubayangkan hukuman apa yang kau terima." bahkan soal cerita Cain mendapat hukuman itu, tidak didengar langsung dari Cain melainkan dari Quiris lainnya. Cain tidak pernah dan tidak akan mau menceritakan hal itu pada siapapun.
"Aku memang pantas mendapatkannya setelah apa yang telah kulakukan ...." Cain merespon tapi masih dengan berjalan cepat.
"Kau hanya melakukan tugas sebagai seorang Aluias." kata Ayah Cain.
"Tapi aku juga Leaure!" Cain berhenti berjalan dan berbalik dengan berteriak.
"Maaf, aku tidak ada disana saat kau mengalami semua itu ... pergolakan dua kewajiban yang saling bertolak belakang. Leaure dan Aluias, melindungi dan membunuh. Pasti sangat sulit kau melewati semuanya seorang diri." kata Ayah Cain.
Cain memanggil Gerbang Leaure nya, tapi saat akan masuk gerbangnya langsung ditutup dan menghilang karena Ayah Cain.
"Aku ingin sendiri!" kata Cain.
"Maaf, tapi kau tidak akan bisa sendirian lagi selama ada aku. Aku akan terus berada disampingmu, sampai kau mungkin akan berharap agar aku belum dibangkitkan." kata Ayah Cain.
"Menyebalkan!" kata Cain.
Ayah Cain memeluk putranya itu, bisa dirasakan baju Ayah Cain mulai basah. Tapi tidak ada suara tangisan dari Cain. Pelukan Ayah Cain menyembunyikan kenyataan bahwa Cain saat ini sedang menangis.
"Sudah kuhitung dengan cermat ... pasti saat ini kau sudah berada di jalan pulang. Jadi belikan aku ice cream dengan segala macam rasa." kata Felix lewat Jaringan Alvauden.
"Dasar, mengganggu quality time saja!" keluh Cain melepas pelukan Ayahnya dengan air mata yang sudah dihapus sebelumnya.
"Felix?!" tanya Ayah Cain.
"Iya ... dia minta dibelikan ice cream segala macam rasa disaat kita sudah jauh dari pasar " jawab Cain seakan tidak terjadi apapun tadi.
"Biar aku yang belikan! Kau duluan saja kembali." kata Ayah Cain.
"Benarkah?!" Cain merasa senang karena sejenak terlintas dalam benaknya bisa lepas dari suruhan Felix itu.
"Tapi kau jangan kemana-mana! Aku akan tahu kalau kau tidak sampai di rumah." kata Ayah Cain.
"Masalahnya Felix sebenarnya tidak terlalu suka ice cream. Dia menyuruh membelikan itu hanya untuk mengerjaiku saja. Kalau bukan aku yang membelikan, dia pasti akan kecewa. Biar aku saja!" kata Cain.
"Kukira kau tidak suka dikerjai ternyata kau malah membiarkan Felix mengerjaimu secara sengaja disaat kau tahu betul sedang dikerjai." Ayah Cain tertawa.
"Ya ... hubungan kami memang sangat rumit." kata Cain.
Akhirnya mereka berdua kembali berjalan ke arah pasar, disaat sudah lumayan jauh dari sana.
"Pada akhirnya, Felix mengerjai dua orang sekaligus." kata Cain.
"Untuk seseorang yang sedang dikerjai kau kelihatan sangat senang sekali." kata Ayah Cain.
"Aku yang menyarankan ide ini, Felix tidak tahu apapun soal mengerjai dan membuat orang lain jengkel. Jadi aku memberikannya sedikit ide, setidaknya setelah melakukan ini ... mungkin bisa menenangkan pikirannya sementara." kata Cain.
"Dia kelihatan baik-baik saja untuk seseorang yang kau sebut banyak pikiran." kata Ayah Cain.
"Pikiran Felix itu seperti roket dengan kecepatan sangat tinggi. Kelihatannya dia biasa saja, tapi pasti sedang memikirkan banyak hal sekaligus dalam satu waktu." kata Cain.
"Makanya kau suka sekali mengganggunya untuk membuatnya sejenak berhenti berpikir begitu?!" kata Ayah Cain akhirnya mengerti kalau pertengkaran Felix dan Cain memang bukan pertengkaran yang harus dilerai dan dihentikan.
"Terkadang aku berbaik hati seperti sekarang tapi tidak sering juga, membiarkannya mengerjaiku begitu saja walau aku tahu." kata Cain.
...****************...
Pertarungan berlangsung sengit, semua toko yang ada di area pasar kelihatan sudah membuat perisai semua.
"Tidak ada yang menghentikannya?!" tanya Cairo.
"Pertanyaan bagus! Ingat, pertarungan di Mundebris tidak akan berhenti kalau tidak ada yang kalah." jawab Camden yang saat ini sedang berada diatas perisai sebuah toko bersama Cairo menonton pertarungan dari jarak dekat dengan tempat duduk vvip.
"Jadi harus ada yang mati baru pertarungan ini berhenti?" tanya Cairo tercengang.
"Walau jarang terjadi, tapi terkadang ada yang mengaku kalah dan menyerah begitu saja" jawab Camden.
"Sepertinya tidak semua Quiris segila yang kubayangkan, ada juga yang waras rupanya." kata Cairo.
"Zaman dulu bahkan jarang terjadi pertarungan selama ratusan tahun." kata Camden.
"Lagi-lagi kau dan cerita zaman dahulumu itu ... harusnya kau menulis dongeng saja!" kata Cairo.
"Saran ide yang bagus, terimakasih akan aku pertimbangkan." kata Camden.
...****************...
Cain dan Ayahnya sudah sampai ditempat penjual ice cream atau apa yang tersisa dari itu.
"Jadi disini yang terjadi pertarungan ...." kata Cain.
"Sayang sekali, padahal disini yang paling enak. Kita ke tempat lain saja, apa boleh buat." kata Ayah Cain.
Saat mereka berdua sampai, tempat penjual ice cream itu sudah hancur. Pertarungan sudah selesai dan Cairo serta Camden sudah tidak ada disana lagi. Lagi-lagi mereka tidak dipertemukan lagi. Padahal sudah banyak cara takdir mencoba mempertemukan tapi sepertinya takdir lumayan terlambat kali ini bergerak atau sebenarnya takdir melakukan yang terbaik, hanya saja mereka yang kurang peka.
"Tidak ada jasad, apa maksudnya?! Tidak ada yang kalah?! Ataukah masih berlanjut disuatu tempat?!" Cain memperhatikan sekitar tapi tidak ditemukan tanda-tanda adanya pertarungan lagi.
"Penjual ice cream yang kelihatannya akan kalah dilindungi oleh pelanggan lainnya." kata Ayah Cain.
"Ada bagusnya kalau yang dijual itu enak, bisa menyelamatkan nyawa juga ternyata." kata Cain, "Tunggu ... bagaimana bisa ayah tahu soal itu?!"
"Kau mungkin tidak bisa melihatnya ... tapi ada catatan yang hanya bisa dilihat oleh Aluias karena dibuat oleh Aluias juga, catatan laporan singkat yang tertulis dari kasus ini. Seperti laporan sederhana yang terus melayang-layang ditempat kejadian. Akan menghilang juga kalau sudah lewat sehari." kata Ayah Cain.
"Ah, sesuatu yang tidak bisa dilakukan oleh hanya Setengah Aluias." kata Cain.
"Aku sudah memikirkannya, tapi soal kekuatan dari dalam sepertinya kau dominan Leaure atau sangat dominan malahan karena kau ... ya ... kau tahulah?! Dan tubuhmu punya kekuatan fisik Aluias. Jadi tidak perlu bersedih soal kau tidak bisa melakukan hal yang bisa dilakukan oleh Aluias. Lebih dari itu, bahkan Aluias tidak bisa melakukan apa yang kau lakukan yakni mempunyai kekuatan Leaure." kata Ayah Cain menghibur dengan caranya.
"Ini ... Cairo?!" Cain teralihkan melihat selebaran yang baru saja ditempel oleh Viviandem Aluias, "Dia jadi buronan?! Apa maksudnya?!"
...-BERSAMBUNG-...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 415 Episodes
Comments
Radiah Ayarin
mampir thor
2023-03-19
1
🍁𝕬𝖓𝖉𝖎𝖓𝖎•𖣤᭄æ⃝᷍𝖒❣️HIAT
mampir ka
2023-02-26
2
Restia Nia
Felix dan Cain,, kapan formasi lengkap lagi dengan sehutan FCT3.
rindu mereka😁😁😁
semangat thor..💪💪💪💪
2022-08-30
9