"Kau mau kemana?!" tanya Felix pada Cain yang sudah sedia dengan setelan pakaian formal tidak seperti tadi yang hanya memakai pakaian santai yang sangat santai.
"Mau ke kota membayar tagihan perang. Kalau bisa kau juga harus memberiku uang!" jawab Cain.
"Aku tidak punya apa-apa sekarang." kata Felix mengeluarkan saku celananya yang tidak ada isinya sama sekali.
"Sangat tidak membantu." kata Cain dengan senyuman sarkastik.
"Jadi kau hanya mau ke kota tapi dengan pakaian seperti akan pergi ke acara pernikahan begitu ...." Felix heran sambil menunjuk dengan matanya yang menatap aneh.
"Ini untuk menjaga image! Sebagai Pemimpin Alvauden aku harus kelihatan berkelas, bermartabat sehingga bisa dihormati." kata Cain memperbaiki jasnya yang sama sekali tidak butuh dirapikan.
"Sejak kapan kau peduli soal pandangan orang lain?!" kata Felix menyadari ternyata ada sedikit perubahan pada Cain.
"Sejak perang berakhir." kata Cain to the point.
"Kau tidak perlu memikirkan apalagi perduli dengan bagaimana Quiris lain menilaimu. Jadilah dirimu sendiri saja seperti biasanya! Jangan memaksakan menjadi orang lain hanya karena pekerjaanmu sekarang. Kau akan kesulitan sendiri nantinya dan tidak akan nyaman dengan pekerjaan yang memaksamu menjadi orang lain itu. Kalau kau mengira ada yang merendahkanmu karena kau masih sangat muda, kau salah! Mundebris sudah terbiasa dengan Caelvita dan Alvauden dari usia muda. Tidak pernah sekalipun Quiris merendahkan kita hanya karena usia." kata Felix.
"Aku melakukannya untukku sendiri. Penampilan adalah cara seseorang menilai kita. Aku hanya ingin membuat bingung saja ...." kata Cain.
"Baiklah, kalaupun ada alasan lain dari ini pasti tidak akan kau beritahu juga. Aku tidak mengerti apa ini untuk mengubah sesuatu di masa depan atau apa. Aku percaya saja kalau kau tahu pasti apa yang sedang kau lakukan." kata Felix tidak mau ikut campur lagi.
"Ow ... ho ... akhirnya kita bisa sepakat dalam suatu hal kawan!" kata Cain menepuk pundak Felix.
"Cepat kembali kalau begitu, aku tidak suka sendiri disini. Aku juga tidak bisa menemanimu karena auraku terlalu mencolok dan kau tahulah ...." kata Felix malas melanjutkan.
"Mustahil memang bisa menyamarkan auramu yang sudah sangat besar itu. Aku juga malu kalau berjalan berdekatan denganmu di kerumunan. Akan sangat merepotkan, pasti pada akhirnya aku juga akan menjadi bodyguard mu saja." kata Cain.
Keduanya hanya tertawa, tahu bahwa itu hanyalah lelucon karena sebenarnya Felix memang belum merasa sehat sepenuhnya untuk ke kota menemani Cain. Padahal Quiris sudah terbiasa dengan Caelvita baru setiap generasinya. Felix dan Cain saja yang berlebihan dalam membayangkan. Kalaupun Felix menemani Cain pasti Quiris hanya mengabaikan mereka saja. Felix dan Cain memang punya selera humor yang sama.
"Wah, aku tidak bisa merasakan ataupun melihat auramu." kata Felix saat Cain membuka pintu.
"Hebat kan?! Aku ingin mengajarimu tapi kau tahu itu tidak bisa bekerja untuk auramu. Kau hanya bisa menyamarkan aura dengan menggunakan Idibalte. Kita lakukan saja sesuai keahlian kita." kata Cain tidak ada rasa bersalah ataupun menyesalnya sama sekali.
"Hahh?! Terimakasih atas perhatiannya ...." Felix menerima ucapan sarkastik Cain itu.
"Kalau kau mau menitip sesuatu, katakan cepat! Jangan saat aku sudah ada di jalan pulang baru kau bilang." kata Cain.
"Padahal jika itu kau, pasti akan tetap melakukan itu." kata Felix hanya menerima respon tawa dari Cain.
...****************...
"Ini dimana?!" tanya Cairo melihat sekeliling, "Sepertinya memang masih di area Kerajaaan Aluias, tapi bukan yang ada didekat istana lagi."
"Memang, ini kota yang jauh dari istana. Kota pinggiran atau kota perbatasan dekat dengan Kerajaan Amethyst." kata Camden.
"Kita ada di perbatasan?! Tidak kusangka jalan pelarian yang kita lalui bisa sejauh ini." kata Cairo.
"Okey, kau akhirnya belajar hal baru lagi. Kalau mau kabur jangan memilih jalan yang hanya membawamu ketempat yang dekat saja. Kau akan tertangkap! Pilih jalan pintas untuk pelarian yang berjarak jauh seperti ini." kata Camden.
"Sejauh mana Rumah Caelvita dari sini atau Kerajaan Leaure?!" kata Cairo.
"Santai ... tenang dulu! Kita makan dulu untuk mengisi perut dan mengembalikan tenaga, baru kita memikirkan tujuan selanjutnya." kata Camden.
"Maaf, tapi sepertinya kita bisa berpisah disini saja. Aku bisa mencari tahu jalan sendiri dengan bertanya. Terimakasih atas bantuannya sampai sejauh ini." kata Cairo sudah bersiap berpisah.
"Hal yang harus kau ingat, ini penting ... jadi beri bintang diingatanmu! Mundebris berbeda dengan Mundclariss, Quiris berbeda dengan manusia. Salah bertanya kau bisa saja tertangkap oleh Agen Aluias yang bekerja di kota ini atau lebih buruknya kau akan dibunuh tanpa kau sadari oleh Quiris yang sedang emosi." kata Camden.
"Jangan menakutiku!" kata Cairo.
"Aku hanya memberi saran! Kau tidak akan bertahan sejam tanpaku." kata Camden.
"Coba kita lihat." kata Cairo menantang dan berjalan berlawanan arah dengan Camden.
"Hahh ... dasar anak muda generasi sekarang!" Camden menghela napas kasar melihat Cairo pergi bahkan setelah diperingatkan.
Cairo tidak tahu Felix dimana sekarang tapi pasti akan bisa ditemui di Istana Besar Emerald ataupun kalau yang terdekat adalah Kerajaan Leaure, rasanya bisa bertanya disana dimana keberadaan Cain dan Felix. Terlebih lagi Leaure pasti akan membantu apapun itu meski tidak ada Cain disana. Cairo sudah tahu kalau Cain adalah keturunan Leaure dari baju perangnya waktu itu, meski masih bingung apa hubungan Cain dengan Aluias. Pengetahuan Cairo terbilang sudah banyak padahal baru disana.
...****************...
Cain sudah tiba di kota, tepatnya di pasar yang ramai akan Quiris dari kerajaan yang berbeda-beda. Tapi lebih dominan Viviandem Aluias disana karena memang masih berada di area Kerajaan Aluias.
Quiris tetap melakukan aktivitas masing-masing tapi sambil melirik diam-diam Cain. Semua penduduk Mundebris sudah tahu siapa anak dengan pakaian formal serba hitam dengan rambut pirang panjang diikat.
Tidak ada lagi yang melakukan penghormatan berlebihan. Walau Quiris masih tetap mencuri pandang untuk bisa melihat Cain. Terlalu banyak rumor yang sudah beredar tentang Cain dan itu membuat para Quiris bertanya-tanya apakah rumor itu benar. Dengan melihat penampilan Cain, mereka mencoba menebak kepribadian Cain dan memilah rumor yang benar dengan itu. Tidak heran kenapa Cain tiba-tiba begitu memperhatikan soal penampilan.
Cain memasuki sebuah gedung dengan banyak antrian panjang di dalam. Semuanya untuk membayar tagihan setelah bertarung untuk perbaikan area pertarungan. Seperti yang lainnya tidak ada pengecualian atau Cain diistemewakan untuk memotong antrian. Cain tetap mengantri sesuai kedatangannya.
"Kantor ini tidak pernah rasanya sepi ...." kata Cain sudah beberapa kali lewat dan sudah kesana juga satu kali sebelumnya untuk membayar pertama kalinya. Tapi suasananya tetap sama seperti sebelumnya. Membuktikan kalau memang Quiris sangat suka bertarung.
"Berani bertarung, berani bertanggung jawab." Cain membaca papan dengan kalimat besar yang tertempel di dinding.
"Tempat apa ini?! Banyak sekali Quiris didalamnya ...." Cairo melihat kedalam gedung yang kelihatan penuh sesak. Bahkan ada yang sudah mengantri lagi didepan pintu masuk dengan santai makan dan minum. Menunjukkan mereka sudah terbiasa dengan antrian panjang itu.
Cairo hanya lewat saja karena tertarik dengan jajanan makanan dan minuman unik yang ada disana. Untungnya dia sudah mempersiapkan diri dengan membawa mata uang Aluias upahnya setelah peperangan. Tapi tentunya tidak bisa membawa semuanya karena kepergiannya yang tiba-tiba.
"Hem ... aura ini ...." Cain menoleh kebelakang tapi karena terlalu banyak Quiris, jadi tidak bisa melihat keluar gedung dengan jelas, "Apa hanya perasaanku saja ...." Cain mengabaikannya saja. Bagaimanapun aura Aluias seperti memenuhi area disana dan antrian harus terus berjalan kalau ada yang kelihatan tidak fokus dan mengganggu jalannya antrian berjalan rapi dan normal akan dibawa ke antrian terakhir atau ditolak dilayani hari itu.
Peraturan itu sudah lama berlaku karena dulu banyak Quiris yang kembali bertarung untuk bisa dilayani duluan di kantor itu. Sehingga mengakibatkan gedung rusak parah bahkan pernah hancur tanpa berbentuk lagi. Padahal jika Cain mau memperhatikan pasti sudah bertemu Cairo saat itu.
...-BERSAMBUNG-...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 415 Episodes
Comments
@Kristin
Mampir lagi
2023-07-14
1
Yukity
aduh, namanya🤔 nggak kesrimpet nulisnya Thor 🤔
2022-09-18
2
Andi Hasni
aku senang sama cain yg memperhatikan penampilan
2022-08-28
2