"Aku hanya tahu banyak soal Ratu Sanguiber, soal Raja Aluias bisa dibilang aku tidak tahu apa-apa ...." kata Felix.
"Dia memang bukan tipe orang yang terbuka, bahkan aku juga tidak terlalu mengenalnya dengan baik. Padahal aku saudaranya ...." kata Ayah Cain meletakkan Felix diatas tempat tidurnya tadi.
"Tidak kusangka aku dan Cain ternyata sepupu ...." Felix mendengus tertawa.
"Bahkan tanpa diberitahu saja, sudah jelas kelihatan. Kalian memang sudah seperti saudara sedarah." kata Ayah Cain.
"Aku harap begitu, tapi rasanya salah ...." Felix menghela napas.
"Mau kau Caelvita, punya darah yang berbeda tidak merubah bahwa kau putra dari kakakku." kata Ayah Cain meyakinkan Felix.
"Aku harap begitu ...." kata Felix.
Cain dengan membawa batang pohon sudah tidak terhitung berapa kali bolak-balik. Ditambah lagi karena ada batang pohon yang jadi terbelah dan rusak. Maka sulit untuk membawanya sekaligus disaat bentuk batang pohon tidaklah sama semua. Cain juga harus menebang pohon baru lagi untuk menutupi hasil dari amarahnya yang merusak batang pohon yang habis ditebangnya.
"Hahh ...." Cain melempar dengan emosi batang pohon terakhir dan langsung membaringkan diri diatas rumput setelah sudah ada di depan rumah.
"Bangun! Kita harus melakukan hal lainnya lagi. Kau pikir mereka akan menjadi papan sendiri dengan bergerak memotong dan membentuk diri atau apapun itu sesuai keinginan kita tanpa kita buat?!" kata Ayah Cain sarkastik.
"Biarkan aku istirahat 1 menit." kata Cain dengan napas tidak stabil.
"1 menit?! Lucu sekali, kau bahkan bisa menyelamatkan atau menghancurkan dunia hanya dengan satu menit." kata Ayah Cain yang tidak suka membuang waktu.
"30 detik kalau begitu." Cain malas berargumen.
"Bangun!" Ayah Cain dengan nada tegas.
Cain merasa sangat kesal tapi masih tetap bangun menuruti perintah. Mereka berdua bergerak cepat untuk mengolah batang pohon itu menjadi apa yang dibutuhkan oleh rumah yang rusak. Sedangkan Felix walau merasa bersalah tapi tidak bisa memungkiri akan lebih membantu kalau diam dan beristirahat untuk saat ini.
"Kau akan kelihatan lebih tinggi dari anak seumuranmu di Mundclariss. Maksudku, teman sekelasmu ...." kata Ayah Cain disela-sela pekerjaan mereka membetulkan rumah, "Kau memang punya waktu, tapi tubuhmu tidak bisa berbohong ...."
Ayah Cain tentunya terkejut atau lebih tepatnya tidak percaya kalau Cain adalah Leaure Sejati saat diberi tahu oleh Cain.
"Kau mungkin hanya memiliki bakat lebih dari Leaure lainnya ... Itu saja! Jangan simpulkan langsung seperti itu." kata Ayah Cain merespon saat pertama kali diberitahu di panti asuhan. Tidak mau langsung menerima kenyataan itu, "Kau tidak tahu betapa berbahayanya kau asal mengatakan itu! Saat kau mengatakan itu, tandanya kau sedang mengundang semua Quiris berlomba untuk membunuhmu."
Cain tahu kalau itu sulit untuk diterima oleh ayahnya. Terlebih lagi mereka baru saja bertemu dan langsung diberitahu fakta yang sebenarnya baik tapi juga buruk secara bersamaan. Tapi entah kenapa, Cain merasa perlu mengatakan itu juga saat itu. Cain mencoba menjelaskan dengan baik, secara perlahan dan mudah untuk dipahami. Mulai dari hal kecil, Cain yang bisa memanggil Unimaris. Dimana Setengah Leaure tidak bisa melakukan hal itu.
"Aku bilang itu hanya kebetulan semata saja, kau hanya terbilang berbakat saja soal itu atau dengan kata lain kau hanya beruntung saja." kata Ayah Cain.
"Aku tidaklah seberuntung itu ayah, selama hidupku dan kali ini pun menjadi Leaure Sejati adalah hal lainnya yang tidak beruntung untukku. Sudah seharusnya aku menerima hal biasa ini untuk terjadi padaku." kata Cain kini memunculkan Jam Junghans, karena bukti kecil tidak mempan maka Cain menggunakan bukti besar kali ini.
Ayah Cain langsung terduduk dan memegang kepalanya tidak percaya kalau Cain benar-benar Leaure Sejati. Hal yang baru terjadi satu kali itu dan untuk yang kedua harus terjadi pada putranya.
Leaure Sejati memang terkenal akan kekuatannya yang besar. Tapi jika mengenyampingkan soal itu, semuanya hanya hal buruk yang akan terus menanti disetiap langkah. Kemungkinan yang sangat kecil itu harus terjadi pada Cain, terasa tidak adil bagi Ayah Cain.
"Kau tahu kan betapa berbahayanya hal ini?! Betapa besar resiko dan beban tanggung jawab yang harus kau bawa ... Kau siap menerima itu semua?!" tanya Ayah Cain kelihatan sangat putus asa.
"Aku sudah melewati fase penolakan diri yang kompleks itu, kali ini aku sudah memasuki fase ... dimana aku sudah menerima takdir dan siap menjalaninya. Walau tetap saja emosiku tidak bisa ditahan untuk meledak-ledak." jawab Cain.
"Kedepannya kau akan terus menerima jalan yang tidak biasa dan sulit lebih dari siapapun itu. Termasuk Caelvita sendiri ...." Ayah Cain sudah mulai menebak-nebak bagaimana Cain bisa menjadi Leaure Sejati. Apakah karena dia memang keturunan dari Leaure Sejati Haven Kinsey keturunan dari ibu Cain atau lebih buruknya karena dunia memang akan membutuhkannya dan itu tandanya dunia akan kacau. Lahirnya Leaure Sejati adalah sebuah pertanda kiamat.
"Menjadi Alvauden sekaligus Leaure Sejati dan Setengah Leaure juga Setengah Aluias. Aku tidak tahu, bagaimana kau bisa mengatur kehidupan dengan identitas sebanyak itu." kata Ayah Cain.
"Di Mundclariss ada pepatah, katanya masalah yang datang selalu sesuai dengan kemampuan kita. Mungkin aku memang kuat, makanya diberi banyak tanggung jawab juga ...." kata Cain tertawa.
Kembali ke masa sekarang ....
Ayah Cain sudah memutuskan untuk fokus menjaga Cain dulu untuk saat ini. Keputusannya untuk membawa Felix ke Mundebris, di rumah yang sekarang sebenarnya bukan karena Felix semata. Tapi untuk Cain, menyembunyikan Cain dari tempat umum terlebih lagi Bemfapirav yang kembali sibuk sekarang. Tentunya dari Aluias bersaudara, ayah Cain lah yang paling mengenal Bemfapirav.
Butuh tempat untuk Cain berada jauh dari daerah perkotaan ataupun dunia yang tidak menentu seperti Bemfapirav. Membawanya ke rumah rahasia adalah pilihan yang tepat menurut Ayah Cain. Cain juga sangat cepat setuju saja kalau menambahkan nama Felix sebagai alasan.
Bukan hanya soal tempat, tapi soal kekuatan Cain. Ayah Cain ingin melihat sejauh mana kekuatan Cain, apa benar sudah bisa melindungi dirinya sendiri. Meski sudah diketahui dari cerita yang beredar soal Cain di medan peperangan beberapa waktu lalu. Tapi Leaure Sejati bukan hanya melawan satu dua kaum saja tapi melawan semuanya. Leaure sejati sudah seharusnya dan sewajarnya tidak bisa diterima dimanapun karena memiliki kekuatan yang sangat merepotkan yaitu waktu. Maka dari itu kekuatan yang harus Cain punya, haruslah lebih dari itu. Harus memiliki kekuatan yang sangat besar sehingga bukan hanya untuk melindungi diri tapi juga untuk mengalahkan siapapun itu tanpa takut akan kalah jumlah.
Ayah Cain sudah mendengar cerita soal Leuare sejati pertama. Kalau ada sesuatu yang terjadi, Leaure sejati selalu jadi pelampiasan. Karena mengira kalau Leaure sejati melakukan sesuatu yang merubah sesuatu sehingga suatu kejadian bisa terjadi saat ini.
"Maksudnya ayah melarangku ke Mundclariss?!" tanya Cain membuat Ayahnya terdiam.
"Kau tahu ...." kata Ayah Cain menatap Cain dan menghentikan aktivitasnya.
"Kalau disini sebenarnya adalah penjara untukku?! Harusnya ayah sudah tahu dari sikapku yang berlebihan pada Felix. Setidaknya aku ingin penjara yang tidak kelihatan seperti ini ...." Cain menunjukkan keadaan rumah yang kacau dengan wajah lucu.
"Aku tidak berniat begitu ...." Ayah Cain sepertinya masih belum mengenal Cain sepenuhnya. Tidak tahu kalau Cain terlalu peka pada suatu hal. Mudah mengerti tanpa diberitahu.
"Aku tahu, aku bebas pergi kemanapun ... hanya saja disinilah aku harus terus kembali. Begitu kan?!" kata Cain.
...-BERSAMBUNG-...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 415 Episodes
Comments
Suga-ai✓
mampir
2023-07-14
1
@Kristin
Follow balik dong Thor 🤗
2023-06-14
1
𝓐𝔂⃝❥Ŝŵȅȩtŷ⍲᱅Đĕℝëe
Wajar saja lah itu sikap seorang ayah ia takut anaknya blm bisa melindungi dirinya sendiri.
2023-03-27
2