Keesokan harinya.
Milan mulai membuka mata, pelupuk indahnya di kedip'kan pelan dan lembut dengan mulut yang buka lebar. Tidur di kamar yang tidak terlalu luas di atas ranjang kecil dengan kasur tipis bahkan hanya beralaskan sprei usang membuatnya tersenyum seketika.
Dia sama sekali tidak menyangka kalau tidurnya akan senyenyak ini, tubuhnya bahkan terasa ringan, beban pikiran yang selama ini dia tanggung seakan terbang bersama mimpi yang dia dapatkan semalam.
''Huaaaa ...'' Milan merentangkan kedua tangannya lalu kembali meringkuk seolah enggan untuk menyudahi tidurnya nyenyak'nya.
''Kenapa rasanya nyaman sekali berada di sini?'' gumam Milan memeluk bantal guling yang juga sudah sedikit usang.
Tok ... Tok ... Tok ....
Pintu kamar pun tiba-tiba di ketuk membuat Milan seketika bangkit lalu duduk dengan mata yang terlihat masih menahan rasa kantuk.
''Siapa ...?'' teriak Milan malas.
''Ini saya, siapa lagi?''
''Iya, kamu siapa?''
''Ini saya Zergo, boleh saya masuk?'' teriak Zergo dari luar sana.
''Iya, masuk aja.''
Ceklek ...
Pintu kamar pun di buka, Zergo berdiri di depan pintu lalu tersenyum menatap Milan yang saat ini sudah dalam keadaan duduk, namun, dengan mata yang terlihat masih menahan kantuk dan rambut yang sedikit acak-acakan namun, terlihat begitu cantik di mata Zergo.
''Ada apa? masih pagi ini, aku masih ngantuk,'' jawab Milan enggan.
''Aku mau ke perkebunan, kamu mau ikut?''
''Perkebunan ...? dimana itu?''
''Gak jauh ko, ada di belakang rumah ini,'' jawab Zergo dengan mata yang masih menatap tanpa berkedip wajah Milan yang terlihat polos tanpa make-up sedikitpun.
''Kamu sendiri aja deh, aku malas, nanti tangan aku kotor kena tanah, keringatan, panas lagi,'' jawab Milan kembali berbaring.
''Hmm ... Ya sudah, saya tinggal ya. Nanti kalau sudah selesai diperkebunan saya bakalan antar kamu pulang,'' jawab Zergo lalu menutup pintu dari arah luar.
Milan hanya mengangguk datar.
Mendengar kata pulang, entah mengapa, membuat hati Milan merasa galau, dia sama sekali tidak ingin meninggalkan rumah sederhana yang terasa nyaman ini, sesuatu yang aneh bukan? kemarin dia begitu ingin pulang dan sekarang, hatinya merasa enggan untuk meninggalkan rumah sederhana ini, membuat Milan pun merasa heran sebenarnya.
''Aku gak ingin pulang,'' gumam Milan dengan mata yang terpejam dan memeluk erat bantal guling.
Tidak lama kemudian, Milan pun seketika tertidur lelap, pulas dengan memeluk bantal guling seolah tanpa beban sedikitpun.
❤️
Dua jam kemudian.
''Huaaaa ...''
Milan merentangkan kedua tangannya panjang, mulutnya nampak dibuka lebar dengan mata yang masih menahan rasa kantuk, dia pun menggaruk rambut panjangnya yang kini berantakan.
''Jam berapa ini?'' gumam Milan menatap ke arah luar jendela.
Sinar matahari yang sudah begitu terik membuatnya harus sedikit mengernyitkan keningnya, entah sejak kapan jendela itu terbuka, mungkin karena dia tidur begitu pulas membuatnya tidak sadar saat Zergo sang pemilik rumah membukakan gorden serta jendela di kamarnya.
Meski merasa malas, Milan pun akhirnya bangkit lalu turun dari atas ranjang.
Ceklek ...
Pintu kamar pun dibuka, sepi dan hening itulah kesan pertama saat Milan mulai menginjakan kakinya keluar dari dalam kamar, tapi anehnya hatinya merasa tenang.
Tidak ada teriakan wartawan yang selalu mengerumuni setiap kali bertemu, tidak ada teriakan para penggemar setiap kali dia keluar rumah, dan tidak ada Omelan Lydia assisten pribadinya yang selalu menunjukkan jadwal kegiatan yang akan dia lakukan setiap harinya.
Mengingat sosok Lydia membuat Milan menarik napas panjang, perselingkuhan sang suami dengan assisten kepercayaannya itu membuat hatinya merasa hancur, dan malas untuk kembali ke kota.
Bruk ....
Milan menjatuhkan dirinya di atas kursi, menyandarkan punggung serta kepalanya di sandaran kursi mencoba menetralkan pikirannya dan melupakan kejadian pahit yang menimpa dirinya.
''Kenapa meski ingat mereka segala sih? sial ... Ganggu suasana aja,'' gerutu Milan memejamkan mata.
''Kamu udah bangun ...?'' tanya Zergo berjalan dari arah belakang.
''Eh kamu ...! udah selesai di perkebunannya?'' tanya Milan.
''Udah, gimana, apa kamu mau pulang sekarang?'' tanya Zergo duduk di kursi yang berbeda.
''Hmm ... Aku takut kamu sibuk, gimana kalau kamu selesaikan dulu pekerjaan kamu, gak apa-apa ko aku nungguin,'' jawab Milan beralasan.
''Pekerjaan saya sudah selesai, saya gak enak karena kemarin saya sudah janji bakalan anterin kamu pulang.''
''Gak apa-apa, eu ... kamu mau ke pasar 'kan? ke pasar aja dulu, tapi aku gak ikut, nungguin di sini saja ya.''
''Ke pasar udah kemarin, besok baru ke pasar lagi,'' jawab Zergo merasa heran, karena wanita bernama Milannita itu seperti dengan sengaja mengulur waktu.
''Oh begitu ... He ... he ... he ...'' Milan cengengesan, menggaruk kepalanya yang sebenarnya tidak merasa gatal sama sekali.
''Uhuk ... Bilang aja kalau kamu sebenarnya gak mau pulang?'' celetuk Zergo membuat wajah Milan seketika memerah.
''Si-siapa bilang? aku hanya gak mau ngerepotin kamu, aku takut kamu lagi sibuk, lagian tempat tinggal aku jauh lho, butuh tiga jam berkendara untuk sampai ke sana,'' jawab Milan menyembunyikan rasa malunya.
''Ya, gak apa-apa juga kalau kamu masih betah di sini, saya malahan senang.''
''Ikh ... Apaan si?''
''Mau ikut ke perkebunan?'' ajak Zergo seraya berdiri.
''Tunggu, aku belum mandi?''
''Gak usah mandi, gak mandi pun kamu udah cantik ko.''
''Ish ... jangan gombal deh,'' jawab Milan sedikit tersenyum.
''Nah di bilang gombal deh, beneran kamu itu sudah cantik, ngeliat kamu polos tanpa make-up gini membuat kecantikan kamu terlihat alami,'' celetuk Zergo terdengar tulus.
Entah mengapa hati Milan seolah melayang, mendapatkan pujian dari pria bernama Zergo itu benar-benar membuat hatinya terasa berbunga-bunga, padahal, ini bukan kali pertama dirinya di bilang cantik, kata-kata itu tentu saja sudah sering dia dengar dari orang banyak.
Akan tetapi, rasanya berbeda saat pemuda yang baru satu hari dia kenal itu yang mengatakannya, seperti ada sentuhan aneh dari ucapan yang keluar dari bibir pemuda ini yang mampu menembus relung hati artis terkenal yang selama ini sudah banyak di puja dan di puji banyak orang itu.
''Gimana, mau ikut nggak? malah ngelamun lagi,'' tanya Zergo yang tidak mendapatkan jawaban apapun dari wanita dihadapannya itu.
''Oh ... Eu ... Iya, aku ikut. Tapi gak apa-apa aku pakai baju kayak gini?''
''Ha ... ha ... ha ...! Nona Milannita, kita hanya akan pergi ke perkebunan, bukan Fashion show.'' Jawab Zergo tertawa renyah.
'Ya Tuhan, ada apa ini? kenapa senyuman dia manis sekali,' ( Batin Milan )
Zergo mengulurkan tangannya hendak membantu Milan untuk bangkit dari duduknya, dan entah apa yang merasuki jiwa seorang Milannita, dia menerima uluran tangan pemuda yang memiliki senyuman manis itu, telapak tangannya yang terasa hangat dia genggam kuat, seolah baru kali ini dia merasakan kehangatan dari genggaman jemari seorang laki-laki yang tidak pernah dia dapatkan dari suaminya.
❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Gavin Bae
ceritanya semakin penasaran
2024-02-01
0
Sulati Cus
iy kan bahagia hanya dg perlakuan yg sederhana
2023-09-16
0
⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️
tau gak Mil yg bikin kamu nyaman dan tidur nyenyak ?
krn di kasur dan sprei itu .. di bantal dan guling itu ... ada bau2nya Zergo ....
asliiiii ... itu kata kunci nya ...
🥰😉
2023-02-21
1