Ceklek ...
Milan membuka pintu kamar, dengan perasaan tidak nyaman dia pun mulai keluar dari dalam kamar dengan perasaan enggan sebenarnya, memakai baju seperti ini merupakan hal yang baru baginya dan tentu saja dia merasa tidak percaya diri.
Zergo yang saat ini sedang menyiapkan makanan di meja pun nampak menatap dengan mata yang membulat sempurna, dia yang sedang berada di ruang makan yang memang tidak terlalu jauh dari ruang tamu dimana Milan berada tersenyum penuh rasa takjub.
Tubuh Milan yang berbalut daster rumahan nampak begitu mempesona di mata Zergo, dan terlihat natural berbeda dengan Milan yang selalu dia lihat di Televisi selama ini, hingga tanpa sadar dia terus menatap wajah Milan sampai akhirnya wanita itu pun menoleh dan balas menatap dirinya dengan tatapan tajam.
''Uhuk ... Baju itu cocok buat kamu,'' ucap Zergo menundukkan kepalanya merasa gugup.
''Maksud kamu, pakaian biasa ini cocok dikenakan sama aku?''
''Begitulah ... Ehem ...''
''Ish ... Asal kamu tau ya, aku baru pertama kali memakai pakaian kayak gini,'' Milan berjalan menghampiri.
''O ya ...? bukannya wanita biasanya suka ya memakai pakaian kayak gini?''
''Iya, biasanya. Tapi aku gak terlalu suka, aku lebih suka pakaian yang terlihat glamor dan tentu saja pakaian mahal.''
''Hmm ... Iya-iya deh, artis cantik kayak kamu mana suka pakaian murah kayak gini, tapi beneran lho, kamu cantik pakai baju itu.''
''Jadi maksud kamu, aku tidak cantik memakai pakaian yang tadi itu, gaun mahal yang indah itu, hah ...?'' Milan menarik kursi lalu duduk seraya menatap meja makan yang kini sudah terdapat beberapa makanan yang siap untuk di santap.
''Nggak, bukan gitu maksud saya, Nona.''
''Milan ... Panggil aku dengan sebutan Milan, jangan pake Nona segala. Dari tadi aku 'kan sudah bilang, jangan panggil aku Nona.''
''Iya, maaf ....''
''Ini semua kamu yang masak?''
Zergo menganggukkan kepalanya.
''Emangnya di sekitar sini gak ada Restoran? aku gak pernah makan makanan kayak gini,'' Milan menatap satu-persatu lauk yang tersaji.
''Emangnya kamu punya uang buat makan di Restoran? bukannya semua uang kamu di bawa sama perampok tadi ya?''
''He ... he ... he ... Iya sih, dasar perampok kurang ajar, awas aja kalau sampai ketemu lagi.''
''Emangnya kalau ketemu lagi mau diapain? kamu berani melawan mereka?'' tanya Zergo menarik kursi lalu duduk.
''Ya ... ya ... ya ... Be-berani 'lah,'' Milan dengan sedikit terbata-bata.
''Ha ... ha ... ha ... Udah gak usah bahas perampok lagi, sekarang kita makan aja dulu, lihat ada sayur asam, ayam goreng, tempe goreng sama tahu gorengnya juga, o iya sambal terasinya juga ada.''
''Hmm ... Sebenarnya aku lapar sih? tapi--'' Milan tidak meneruskan ucapannya.
''Tapi kenapa? kalau lapar tinggal makan aja, gak usah malu, anggap aja aku gak ada di sini.'' Ucap Zergo memasukkan satu suap nasi ke dalam mulutnya.
''Hmm ...'' Milan menatap satu-persatu makanan yang ada di atas meja.
Meski ragu pada awalnya, akhirnya Milan pun mengisi piringnya dengan nasi, meski hanya sedikit di tambah lauk pauk yang ada. Perlahan Milan pun mulai memasukan satu sendok nasi kedalam mulutnya, dan mengunyahnya pelan.
''Gimana ...?'' tanya Zergo, menatap wajah Milan dan tersenyum seketika saat melihat raut wajah wanita itu kini berubah tersenyum.
''Hmm ... Rasanya lumayan juga.''
''Lebih enak kalau makannya pake tangan, lho. Kayak aku ini,'' ucap Zergo menunjukkan tangannya kini yang telah belepotan dengan nasi.
''Ikh ... Nggak akh, tangan aku kotor nanti.''
''Coba aja dulu, tempe sama tahunya kamu cocol sama sambal terasi yang di sana itu, pasti lebih enak lagi.''
''Begitu ...? Hmm ....''
Merasa penasaran dengan apa yang dikatakan oleh Zergo, Milan pun mencoba cara makan dengan menggunakan tangan, jari lentik dengan kuku berwarna merah menyala nampak canggung meraih nasi dan melakukan apa yang disarankan oleh Zergo tadi.
Satu suap nasi+tempe yang di cocol dengan sambal pun berhasil mendarat di mulut mungil Milan dan seketika dia pun memejamkan mata seperti merasakan sensasi yang berbeda dengan makanan yang kini sedang ada di dalam mulutnya itu.
''Hmm ... Enak ternyata,'' gumam Milan dengan mulut yang penuh dengan makanan.
''Nah 'kan, aku bilang juga apa.'' Ucap Zergo dengan tersenyum, senyum yang begitu manis membuat Milan seketika merasa terpesona.
'Ternyata dia manis juga, baik, mandiri, dewasa, pintar masak juga,' ( Batin Milan )
"Kenapa kamu belum menikah?'' tanya Milan tiba-tiba membuat Zergo tersedak.
''Uhuk ... Apa? kamu nanya apa?'' tanya Zergo mengusap dadanya yang tiba-tiba terasa sesak.
''Minum dulu, lagian kamu ini di tanya gitu aja langsung keselek.''
''Iya, sebentar tahan dulu pertanyaan kamu, saya minum dulu.''
Glegek ... Glegek ... Glegek ....
Suara air minum yang melintas di tenggorokan Zergo terdengar nyaring membuat Milan seketika tertawa.
''Udah minumnya?'' tanya Milan masih tersenyum manis.
''Iya udah, coba ulangi. Tadi kamu nanya apa?''
''Kenapa kamu belum menikah? padahal usia kamu udah matang kayaknya, terus udah punya usaha sendiri lagi,'' tanya Milan dengan mulut yang penuh dengan makanan.
''Nungguin kamu jadi janda dulu,'' celetuk Zergo, dan kali ini Milan yang tersedak.
''Uhuk ... jawaban macam apa itu?'' tanya Milan langsung meraih gelas dan meminum airnya.
''Kamu 'kan nanya, ya itu jawaban saya.''
''Siapa bilang aku bakalan jadi janda? jangan ngarep.''
''Entahlah, feeling saya mengatakan begitu.''
''Ngaco ... Sampai kapanpun aku gak bakalan jadi janda, jadi ... buang jauh-jauh harapan itu, Zergo.'' Milan dengan penuh penekanan.
''Siapa tau, 'kan?''
''Diih ...!''
''Ha ... ha ... ha ...! berharap aja dulu, siapa tau jadi kenyataan dikemudian hari,'' Zergo dengan penuh percaya diri.
Milan tersenyum seketika, entah mengapa rasa sakit yang hari ini dia dapatkan serasa sirna, dikhianati, di rampok pula, ditambah harus pergi ke pasar tradisional, membuat hari ini benar-benar akan menjadi hari yang tidak akan pernah dilupakannya oleh wanita bernama Milannita tersebut.
Makan satu meja dengan orang yang baru saja dia kenal dan memakan makanan sederhana seperti ini merupakan hal yang baru bagi Milan, tapi entah mengapa, hatinya kini merasa tenang, senang dan seketika kebahagiaan pun memenuhi relung hatinya.
Sebenarnya, hal ini yang dia rindukan dari suaminya, hal sederhana yang mungkin dapat membuat pernikahannya menjadi lebih berwarna, akan tetapi sekalipun suaminya tidak pernah melakukan hal ini.
Hubungan rumah tangga mereka bahkan terasa hambar dan hanya sebuah status di atas kertas saja, keduanya melupakan peran masing-masing sebagai suami-istri bahkan melupakan tugas masing-masing sebagai pasangan yang telah diikat kuat oleh tali pernikahan.
Caviar Klan selalu sibuk dengan pekerjaannya sebagai Presiden Direktur dari sebuah perusahaan terkenal, sedangkan dirinya yang merupakan artis terkenal pun sibuk dengan urusan pekerjaannya sebagai seorang publik figur.
❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Gavin Bae
makin menarik
2024-02-01
0
⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️
waduuuuh ... itu makanan fav nya Neng Gemoy, Zergo ..... *mupeng 🤤
2023-02-21
1
Nila
Wajarlah suami berkhianat. Istri sibuk diluar
2022-12-16
0