MEMINTA PERSETUJUAN.

*┈━❅❀❦ 🦋 Mutiara Hikmah 🦋❦❀❅━┈*

Tak ada yang tak mungkin bagi Allah. Jika Allah sudah berkehendak, tak ada satupun yang bisa menolak. Mengubah malam yang gelap menjadi siang saja Allah mampu, apa lagi cuma mengubah nasib hidup kita

Mengatur alam semesta saja sangatlah mudah baginya, apa lagi cuma membuat hidup kita teratur. Menerbitkan matahari di pagi hari saja Dia mampu, apa lagi hanya menumbuhkan harapan di hati kita

Menghidupkan yang sudah mati saja Allah kuasa, apa lagi hanya menghidupkan masa depan kita kelak. Jika Allah bisa mengambil nikmat kita dalam sekejap, Allah pun bisa mengembalikannya dalam waktu singkat

Berdoalah dengan memohon ampun kepada Allah atas dosa-dosa kita dengan penuh kerendahan hati dan rasa butuh. Niscaya Allah akan memperbaiki kehidupan kita menjadi lebih baik dan menyelesaikan segala masalah yang kita alami

__sᴛᴏʀɪᴇs ᴏғ ᴛʜᴇ ᴅᴀʏ__

*┈┈┈━━◎❅❀❦ 🦋 ❦❀❅◎━━┈┈┈*

"Kyai, saya ingin bertanya, bisakah seorang kakek menikahkan cucunya. Karena Ayanhnya sudah meninggal. Dan apakah Boleh menikahkan cucunya tersebut tanpa diketahui sang Cucu?" tanya Wijaya tanpa ingin berbasa-basi dulu. Karena memang saat ia ia sedang gelisah, dikarenakan ia takut, Syafiqah terpengaruh lagi oleh Fariz.

Yaa ternyata, Wijaya sudah mengetahui siapa Fariz sebenarnya dari video cctv yang tersembunyi di ruang rawat Syafiqah, ketika ia masih koma dirumah sakit. Apalagi saat melihat pengkhianatannya dengan adik sepupu Syafiqah sendiri. Membuat ia begitu membenci Fariz. Padahal ia paling tahu bagaimana perjuangan Syafiqah untuk menyakinkan dirinya, agar mau menerima Fariz. Namun perjuangannya hanyalah sia-sia saja. Dan karena ia tahu bagaimana kekerasan kepalanya cucu. Membuat ia kini harus bertindak terlebih dahulu. Yaitu dengan cara menikahkan Syafiqah dengan orang yang tepat.

Mendengar pertanyaan Wijaya, Kyai Abdur Rahim tersenyum lembut padanya, "Dek Jaya? Dalam hukum Islam, wali nikah jika ayah sudah meninggal dapat diwakilkan oleh garis keturunan laki-laki. Mulai dari kakek, saudara laki-laki kandung, paman, hingga anak lelaki paman dari pihak ayah. Jadi tentu saja boleh Jaya," jawabnya Membuat Wijaya terlihat bernafas lega.

"Alhamdulillah, lalu bisakah saya menikahkan cucu saya itu dengan paksa, atau tanpa sepengetahuannya? Karena jujur saja Cucu saya itu keras kepala. Apalagi saat ini ia mencintai seorang pria yang berniat jahat padanya, kyai," tanya Wijaya lagi, seraya ia menjelaskan penyebab ia ingin menikahkan Syafiqah secara diam-diam.

Kyai Abdur Rahim kembali tersenyum, seraya berkata, "Jaya? Seorang ayah dan kakek yang menikahkan putrinya atau cucu perempuannya, tanpa izin dari sang wanita tersebut hukumnya sah dalam Mahzab Syafi'i.

Seorang ulama Syafi’iyah, As-Suyuthi dalam al-Asybah wa an-Nazhair berpendapat bahwa ayah dan kakek memiliki beberapa hukum yang khusus, di antaranya hak perwalian ijbar untuk menikahkan anak perempuan dan laki-laki.

Al-Khatib asy-Syarbini dalam Mughni al-Muhtaj berpendapat, ayah berhak menikahkan gadis perawan baik masih kecil maupun telah dewasa tanpa izin darinya. Namun, disunahkan untuk meminta izin darinya. Ayah tidak boleh menikahkan anak yang pernah menikah, kecuali dengan izinnya. Posisi kakek seperti ayah jika ia telah tiada.

Dan seorang ayah atau kakek tidak boleh memperlambat perkawinan anak gadisnya kalau ternyata telah dipinang oleh laki-laki yang telah cocok (kufu), beragama dan berbudi. Sebab Rasulullah ﷺ pernah bersabda:

"Ada tiga perkara yang tidak boleh dilambatkan, yaitu: (1) salat, apabila waktunya telah tiba, (2) jenazah apabila sudah datang, (3) seorang perempuan apabila sudah didapat (jodohnya) yang cocok." (Riwayat Termizi)

Didalam Hadits lainnya, Rasulullah ﷺ pernah bersabda;

"Kalau datang kepadamu orang yang kamu telah setujui agamanya dan budi pekertinya, maka kawinkanlah anakmu dengan dia, karena kalau tidak kamu laksanakan, maka (anakmu) itu akan menjadi fitnah di permukaan bumi ini dan kerusakan yang sangat besar." (Riwayat Termizi)"

Mendengar penjelasan dari Kyai Abdur Rahim, Wijaya tampak begitu senang, dan itu terlihat jelas dari pancaran matanya, "Alhamdulilah, jadi saya bisa menikahkan cucu saya kalau begitu, Pak Kyai. Dan artinya bila saya menikahkan dia sama pemuda pilihan saya akan terus Sahkan pak Kyai, tidak dianggap main-mainkan Kyai?" tanya Wijaya lagi, untuk menyakinkan dirinya sekali lagi.

"Jaya, nikah tidak bisa dibilang main-main. Karena walaupun ia hanya untuk main-main saja hukumnya tetap sah. Sesuai yang dikatakan dalam sebuah hadits.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ثَلاَثٌ جِدُّهُنَّ جِدٌّ وَهَزْلُهُنَّ جِدٌّ النِّكَاحُ وَالطَّلاَقُ وَالرَّجْعَةُ

"Ada 3 hal, seriusnya dianggap serius, main-main-nya juga dianggap serius: nikah, talak, dan rujuk." (HR. Abu Daud 2196, Turmudzi 1184, dan dihasankan al-Albani).

Berdasarkan hadis ini, main-main dalam akad nikah statusnya sah. Artinya, yang diakui dalam hal ini adalah ucapan lisannya dan bukan kondisi batinnya.

Ibnu Qudamah mengatakan,

Jika ada orang yang melakukan akad nikah dengan main-main atau karena terpaksa, status akadnya sah. karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ada 3 hal, seriusnya dianggap serius, main-main-nya juga dianggap serius: nikah, talak, dan rujuk.” (Riwayat Turmudzi).

Dan juga diriwayatkan dari al-Hasan, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, bersabda “Siapa yang nikah main-main, atau menceraikan istrinya main-main, atau membebaskan budaknya main-main, maka itu sah.”

"Dari sini kamu sudah pahamkan Dek Jaya? Jadi kamu bisa menikahkan Cucu kamu itu. Tetapi sebenarnya ada apa? Kenapa bisa Cucu kamu menyukai laki-laki yang jahat seperti kamu bilang tadi?" tanya Kyai, sedikit penasaran.

"Saya juga tidak tahu Kyai, bagaimana bias laki-laki itu telah membutakan cucu saya. Sehingga ia bisa melakukan apapun demi laki-laki itu. Pada awalnya, saya sudah mulai menyetujuinya, karena gigih ingin mendapatkannya. Namun ketika dia koma, lelaki itu datang menjenguknya. Dan ternyata lelaki itu mendekatinya hanya untuk memanfaatkan saja. Maka dari itu, saya ingin segera menikahkan sebelum cucu saya dan laki-laki itu nekat menikah duluan kyai," jelas Wijaya, yang terlihat dari wajahnya ada kekhawatiran yang amat sangat.

"Ana rasa niat kamu sudah benar Jaya. Oh tapi ngomong-ngomong, memangnya kamu sudah memiliki calon untuk cucu kamu? Dan apakah kamu sudah mengetahui gimana tabiat calon untuk cucu kamu hm?" tanya Kyai Abdur Rohim lagi, yang seakan ia sedang mengingatkan Juniornya.

"Sudah kyai, dan untuk itu, saat ini saya meminta persetujuan dari Anda," balas Wijaya, membuat Kyai Abdur Rahim, terlihat bingung dengan perkataan Wijaya.

"Maksudnya Antum Apa? Mengapa jadi minta persetujuan dari Ana?" tanya Kyai, tampak bingung.

"Iya saya minta persetujuan dari Pak kyai, karena Saya ingin menikahkan Cucu saya dengan putra, Anda!" ujar Wijaya terdengar tegas. Membuat Kyai Abdur Rahim sedikit terkejut.

"Apaa?!

...⊶⊷⊶•❉্᭄͜͡💚❉্᭄͜͡•⊶⊷⊶...

Terus dukung author ya guys 🙏🥰

Karena ada hadiah yang menanti bagi yang bersemangat memberikan dukungan pada Novel ini 😉 So ayo semangat 💪

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***