Bab 2

Sesuai ucapan Reza semalam, ternyata ia benar-benar membawa Karen dan Fira tinggal di rumahnya. Buktinya sekarang mereka bertiga tengah sarapan di meja makan tanpa menunggu dirinya.

"Ayo kak kita sarapan bareng." Ajak Fira. Laura hanya menatap datar ke arahnya, lalu tatapannya berubah sendu kepada Reza.

"Pa, Laura pamit berangkat." Reza mengacuhkan Laura, Laura hanya tersenyum menanggapinya sudah selama enam bulan berlalu Laura selalu mendapat perlakuan Reza yang seperti itu.

"Laura, tidak sarapan dulu? mama sudah masak buat kamu." Seru Karen, berusaha bersikap sebaik mungkin di depan Reza.

Laura tidak menggubris Karen, dia sedang menunggu bekal makanan yang tengah disiapkan oleh bi Ani pembantu keluarga Laura yang sudah mengabdikan setengah usianya di dalam keluarga Fathaan.

Merasa diacuhkan oleh Laura, Karen semakin berusaha mencari perhatian di depan Reza.

"Laura, setidaknya kamu bawa makanan ini ke sekolah supaya makanannya tidak terbuang sia-sia." Ucap Karen dengan dramatis.

Laura hanya diam, dia masih belum bisa menerima sahabat baik mamanya menggantikan posisi nyonya di rumah itu. Dulu Laura sangat menyukai Karen karena almarhum mamanya, tapi sekarang Laura merasa ada suatu hal yang direncanakan oleh Karen.

"Simpan saja masakan tante." Jawab Laura datar.

"Tapi kan mama-."

Brakk.....

"Aku sudah bilang, simpan saja makanan itu dan jangan pernah tante harap tante bisa menggantikan posisi mama!." Bentak Laura.

"Laura!!." Kali ini suara Reza yang membentak.

Laura menunduk, dia tidak pernah bisa berani melawan papanya. Dia tidak mau mengecewakan mamanya, dan dia juga tidak mau di buang oleh Reza.

Sesakit apapun fisik dan batin Laura, itu tidak akan pernah bisa membuat Laura benci ataupun melawan kepada Reza karena mamanya tidak pernah mengajarkan seperti itu.

Reza berjalan menghampiri Laura dan,

Plakkkk

Reza menampar keras pipi Laura, Laura merasa sudut bibirnya mengeluarkan darah tetapi dia hanya diam menunduk.

"Saya tidak pernah mengajarkan kamu untuk tidak sopan kepada orang yang lebih tua apalagi dia itu mama kamu."

"Maaf pa, tapi papa pasti tau tidak akan pernah ada orang yang bisa menggantikan mama sekalipun dia adalah sahabat baik mama. Laura pamit pa." Dengan enggan Laura mengambil tangan Reza dan mencium punggung tangannya kemudian Laura berlalu dari hadapan mereka dengan suasana hati yang buruk.

Di teras rumah ternyata sudah ada bi Ani yang menunggu Laura dengan sekotak bekal makanan di tangannya. Bi Ani menatap sendu ke arah anak majikannya itu yang sudah ia anggap seperti anak kandungnya sendiri.

"Non yang sabar ya, nanti tuan pasti akan sadar dengan sendirinya." Ujar bi Ani sambil mengelus kepala Laura dengan penuh rasa kasih sayang.

"Makasih bi, Laura berangkat dulu jangan pernah bosen tinggal di sini ya bi nanti Laura sendirian." Seru Laura dan langsung memeluk bi Ani, bi Ani menahan tangisnya agar tidak membuat Laura menjadi tambah sedih.

"Bibi obatin dulu luka non Laura ya." Bi Ani melepas pelukannya dan menyentuh pipi Laura yang memerah dengan perlahan.

Laura tersenyum dan menggeleng. "Biarkan seperti ini bi, biar papa bisa lega sudah menyalurkan rasa kesepian ditinggal mama."

Bi Ani tersenyum, dia merasa bangga dengan Laura karena sekasar apapun perlakuan Reza, tidak pernah sedikitpun Laura menaruh dendam kepada papanya itu.

"Satu hal yang harus non tau, tuan itu sangat menyayangi non Laura hanya saja tuan masih belum siap dengan semua ini non yang sabar nanti kebahagiaan pasti non Laura dapatkan lagi."

Laura mengangguk dan berpamitkan kepada pembantunya itu. Setelah kepergian Laura, bi Ani menghampiri suaminya yang bekerja sebagai sopir pribadi keluarga Fathaan. Adrian atau yang dipanggil Adri suami bi Ani sekaligus sopir disana adalah saksi perjalanan kehidupan keluarga Fathaan selama bertahun-tahun.

"Kasian non Laura, mana sekarang tuan tidak peduli dengan keadaan tuan muda Elvan." Ujar bi Ani.

"Sudahlah kita berdoa saja semoga keluarga ini hangat seperti dulu lagi." Seru pak Andri.

...~ 𝙺 𝚎 𝚗 𝚣 𝚘 ' 𝚁 𝚊 ~...

Laura sampai di sekolahnya, sekolah yang cukup terkenal di kota itu. Salah satu sekolah yang dimiliki keluarga Narendra.

"Woy, bengong aja lo." Entah datang darimana tiba-tiba Grizelle mengageti Laura.

"Sial, lo ngagetin gue aja!." Dengan wajah datarnya Laura menatap Grizelle yang tengah cengengesan dengan susu youghurt rasa pisang ditangannya.

Laura menggelengkan kepala melihat tingkah Grizelle yang menyebalkan, tetapi Laura sangat menyayangi Grizelle karena Laura tidak pernah menusuk dia dari belakang dan Grizelle juga adalah tempat cerita bagi Laura.

"Udah sih natapnya Lau gue ngeri tau, btw gue bawain donat nih buatan bunda katanya buat lo." Grizelle menyerahkan satu box donat ke arah Laura, Laura menerimanya dengan senang hati. Bunda Grizelle memang sangat baik dengannya, mungkin Grizelle sudah menceritakan masalah keluarganya itu tidak masalah bagi Laura, yang terpenting Grizelle tidak membuka aib keluarganya di depan teman sekolah.

"Bilang makasih buat bunda."

"Hem." Grizelle mengangguk dan menarik tangan Laura, tetapi Laura diam ditempatnya. Grizelle mengikuti arah pandang Laura ke satu siswi yang Grizelle yakini dia murid baru.

"Lah, itu kan pak Adri supir pribadi keluarga lo? Itu siapa Lau yang turun dari mobil om Reza?." Grizelle tidak mendapat jawaban dari Laura, lalu Grizelle sadar ada yang berbeda dari pipi Laura.

"Lau, plis lo jujur sama gue lo dipukul lagi sama om Reza?." Grizelle mengguncang bahu Laura karena tatapan Laura terkunci dengan siswi tadi. Grizelle memang mengetahui sikap kasar Reza kepada Laura, berkali-kali Grizelle menyuruh Laura agar tinggal di rumah pemberian orang tuanya sendiri tapi Laura tetap bersikeras ingin tinggal bersama Reza.

Laura hanya menganggukkan kepalanya, dan berlalu dari hadapan Grizelle. "Untung gue sayang, coba kalau enggak." Dengan kesal Grizelle menyusul Laura yang sudah berjalan di koridor.

"Lauraa lo belum jawab yang tadi itu siapa." Cerca Grizelle. Tiba-tiba Laura menarik Grizelle masuk ke dalam toilet, karena pergerakan yang tiba-tiba kepala Grizelle terbentur pintu masuk di toilet.

Dukkkk

Awwwsss, ringis Grizelle.

"Lo jahat banget sumpah, udah jidat gue luas malah kepentok lagi." Grizelle mengelus-ngelus kepalanya yang berdenyut sementara Laura hanya terkekeh pelan, percayalah Grizelle ikut senang karena bisa membuat Laura tersenyum walaupun dirinya harus tersakiti dulu.

"Sory." Seru Laura lirih.

"Abaikan saja, setelah lo narik gue kayak tadi harusnya ada hal penting yang mau lo kasih tau ke gue."

Laura menarik nafasnya pelan.

"Dia sodara tiri gue."

"Hah, sejak kapan? Kenapa bisa?."

"Bokap diem-diem nikah lagi sahabat almarhum mama."

"Whatt???. Kok bisa?."

"Gue juga gak tau, yang jelas tante Karen bawa anaknya juga tinggal bareng di rumah."

"Jadi kalian tinggal satu atap?."

"Mau gimana lagi, aku masih menghargai tante Karen sebagai sahabat mama, asal jangan pernah coba-coba gantiin posisi mama." Laura mengepalkan tangannya setelah mengucapkan kalimat itu.

Grizelle menatap sendu ke arah Laura, tetapi dia segera mengubah kembali ekspresi wajahnya karena Laura paling benci dikasihani.

"Yaudah mending sekarang kita ke kelas udah hampir bel, tenang aja rahasia lo aman sama gue kecuali adik tiri lo sendiri yang mau ngumbar ini semua." Laura mengangguk dan percaya dengan Grizelle, karena memang sejauh ini Grizelle cukup bisa menjaga rahasianya dengan baik walaupun dia memiliki sifat yang lumayan bar-bar.

...~ 𝙺 𝚎 𝚗 𝚣 𝚘 ' 𝚁 𝚊 ~...

IG: yndwrdn05

Terpopuler

Comments

Ana Johana

Ana Johana

😂😂😂😂😂😂😂

2023-06-17

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!