Di kamar, Kanaya duduk termenung di balkon. Otaknya saat ini benar-benar buntu, dia belum menemukan jalan keluar sedikitpun. Entah jalan apa yang harus di pilih, pergi jauh atau jujur pada orang tuanya.
Tapi, jika dia memilih jujur, Kanaya belum siap kehilangan kasih sayang semua orang. Bahkan, mungkin saja kehangatan di rumah ini akan hilang karena kesalahannya. Namun disisi lain Kanaya tidak bisa terus-menerus menyembunyikan semua, seiring waktu pasti perutnya akan membuncit juga.
"Aduh!" pekik Kanaya saat sebuah benda jatuh ke pangkuannya. " Kelereng? Siapa sih, yang usil!" Kanaya pun langsung berdiri, dia menengok ke bawah dan melihat siapa dalang dari pelemparan kelereng.
"Ian!" Serunya sangat kesal.
"Turun dong, aku dari tadi manggil kamu loh, tapi kamunya malah ngelamun terus," sahut Febrian dari bawah.
"Kamu ngeselin tau nggak! Tindakanmu ini sangat berbahaya, untung kena kepalaku kalau kena perutku bagaimana?!" Kanaya semakin marah. Bahkan emosinya bertambah tinggi, ketika melihat wajah sahabatnya.
"Memang kenapa sih kalau kena perut, lagian tadi itu pelan loh. Walaupun kena perut tidak akan sesakit yang dibayangkan," ucap Febrian mampu membuat Kanaya terdiam.
Tanpa sadar, Kanaya malah memperlihatkan bahwa dia sedang menjaga sesuatu di dalam perutnya dan semua terjadi secara reflek. 'Aku terlalu ceroboh, untung saja mulutku tidak terlalu banyak bicara,' gumam Kanaya.
"Lupakan, aku akan turun!"
Tanpa menunggu jawaban, Kanaya bergegas turun menemui sahabatnya. Sesampainya di bawah, dia mempersilahkan Febrian masuk dan duduk di ruang tamu.
"Loh, ada Ian. Tumben kesini malam-malam, apa ada tugas kelompok lagi?" tanya Sekar baru keluar dari kamar.
"Iya Tante, ini mau izin ajak Kanaya keluar sebentar. Ada hal penting yang harus kita bicarakan," balas Febrian.
Namun, ucapan Febrian ternyata masuk ke telinga Abrian. Walaupun dia ada di pojok ruang tamu, tapi pembicaraan semua orang bisa ditangkap secara detail.
"Mau kemana? Ini sudah malam dan Kanaya tidak boleh terlalu banyak kena angin malam, itu tidak baik untuk kesehatannya," tegas Abrian sangat posesif.
"Kak, hanya sebentar saja," lirih Kanaya.
"Sekali tidak ya tidak! Apa kamu lupa, sekarang kamu tidak sendiri kamu—"
"Kakak!"
Abrian terdiam kaku mendengar bentakkan Kanaya, dia juga baru sadar jika orang-orang belum mengetahui tentang kehamilan adiknya. Dengan cepat, Abrian mengusap wajah secara kasar.
"Maaf, maksudku Kanaya daya tahan tubuhnya tidak sebaik kamu. Jadi, aku melarang dia keluar." Abrian merasa bersalah sekali pada Kanaya, padahal dia sudah bersumpah akan merahasiakan semua sampai adiknya ini memiliki keberanian untuk jujur pada keluarganya.
"Kalau seperti itu, boleh kita bicara di luar saja. Tidak sampai 20 menit, apakah boleh?"
Abrian menatap adiknya, dia seperti memberi isyarat agar memberikan izin untuk bicara empat mata. Helaan nafas kasar mulai terdengar, dia tak bisa melihat adiknya memohon.
"Baiklah, hanya 20 menit. Setelah itu langsung masuk kamar, tidur karena besok kamu juga harus kuliah," putus Abrian.
Kanaya mengangguk paham, dia segera mengajak Febrian keluar dari rumah dan mengajaknya ke taman belakang. Di sana udaranya sangat sejuk sekaligus tenang, jadi tidak akan ada yang mengganggu pembicaraan mereka.
"Kamu mau bicara apa, Ian?" tanyanya agar mempercepat waktu. Namun, gara-gara pertanyaannya Febrian langsung terkekeh kecil.
"Ternyata tak ada basa-basi ya, langsung ke intinya," kekeh Febrian.
"Ya, kamu tau kan seperti apa kak Abrian? Kalau sudah mengizinkan harus tepat waktu, telat sedikit pasti nanti akan ngamuk," sahut Kanaya.
Suasana mendadak hening setelah Kanaya selesai bicara, Febrian juga menjadi bingung harus memulai pembicaraan mereka dari mana. Niat awal dia akan mengajak Kanaya keluar, tapi rencana itu gagal dan Febrian menjadi gugup.
"Ian, waktu terus berjalan loh. Kalau memang tak ada yang dibicarakan lagi, lebih baik aku masuk, disini dingin banget," keluh Kanaya.
Febrian akhirnya menjadi salah tingkah, dia berdehem sebentar terus tersenyum ke arah Kanaya. "Aku bingung mau mulai darimana, Nay," jawab Febrian.
"Kenapa bingung? Memang apa yang ingin kamu bicarakan, aneh sekali kami ini."
Febrian tak menjawab, dia kembali bergelut dengan hatinya. Ingin sekali dia jujur dan segera mengatakan semua, tapi bibirnya sangat sulit di buka.
"Ian!"
"Iya, aku akan bicara. Tolong dengarkan baik-baik, mungkin ini aneh menurutmu, tapi aku juga tak bisa memendam terus," ucap Febrian sambil mengumpulkan keberaniannya.
"Maksudnya?"
Kanaya tersentak kaget, ketika Febrian tiba-tiba menggenggam erat tangannya. Detak jantungnya berdetak kencang, bahkan Kanaya merasa sangat gugup ketika bertatap mata dengan Febrian.
"Nay, aku suka sama kamu. Kamu mau nggak jadi pacarku, aku tau ini sangat mendadak, tapi jujur ini tak bisa ditahan lagi, Nay," ucap Febrian sangat tulus, terlihat sangat jelas di bola matanya.
Tapi, mendengar ungkapan cinta Febrian. Kanaya segera melepas tangannya dari genggaman Febrian, dia menggeleng kuat. Dia tak mungkin menerima lelaki di depannya ini, apalagi ke adanya sedang mengandung anak kakaknya.
"Nay —"
"Maaf, aku nggak bisa menerima. Sekali lagi maaf." Setelah itu Kanaya berdiri dari duduknya dan segera meninggalkan Febrian sendiri, dia terus berlari tak peduli sahabatnya itu terus memanggilnya.
Jujur saja, meskipun dia tidak hamil Kanaya akan tetap menolak Febrian. Alasan utama, karena dia tak pernah menganggap Febrian lebih dari sahabat. Sampai detik ini, orang yang sangat Kanaya cintai adalah — kekasih masa kecilnya yang tak tau dimana keberadaannya.
***
Abrian masuk ke dalam kamar Kanaya sambil membawa susu hangat, setelah melihat adiknya menangis sambil berlari ke atas, Abrian segera mengikutinya dari belakang.
Dia tak tahu, apa yang dibicarakan mereka berdua sampai Kanaya menangis seperti ini. Dalam pikirannya, dia mengira kalau Febrian sudah mengetahui kehamilan Kanaya.
"Nay, kamu kenapa? Apa Febrian menyakitimu, bilang sama Kakak, jangan diam saja," ucap Abrian sambil membelai lembut puncak kepala adiknya.
"Kakak ...."
Kanaya pun langsung memeluk erat Abrian, dia menangis sejadi-jadinya. Memikirkan ungkapan Febrian membuat hatinya semakin sakit, apalagi mereka tidak akan seperti dulu karena Kanaya sekarang menjadi canggung jika bertatap langsung dengan sahabatnya.
"Jangan menangis, ingat kamu sedang hamil. Menangis bisa mempengaruhi perkembangan janin, sudah cukup meweknya. Ini minum dulu, setelah itu bicara."
Dengan perlahan Kanaya melepas pelukannya, dia mengambil segelas susu dari Abrian dan langsung meminumnya. Setelah habis, Kanaya menghapus air matanya sekaligus menarik nafas panjang.
"Maafin Bunda, Sayang. Pasti kamu juga merasa sedih ya, Bunda janji ini terakhir kali Bunda menangis," lirih Kanaya sambil membelai lembut perutnya.
Abrian tersenyum, dia juga mencium puncak kepala adiknya. Setelah itu Abrian berjongkok di depan Kanaya sambil menenangkan adiknya, "apa kamu sudah siap cerita, Nay?"
Kanaya mengangguk dan Abrian menunggu penjelasan Kanaya, "Febrian menyatakan cinta, Kak. Aku tidak bisa menerima itu, selain kondisiku seperti ini, aku juga tidak mencintai dia. Sekarang aku sedih, hubungan kita kedepannya pasti akan canggung." Kanaya menjelaskan semua.
Abrian paham akan perasaan adiknya, siapa pun pasti merasa sedih ketika hubungan persahabatan melibatkan perasaan. Semua tidak akan seperti dulu, yang ada hanya kecanggungan dan rasa tak enak hati telah mengetahui perasaan masing-masing.
Sebagai kakak, Abrian terus menenangkan Kanaya. Dia juga berkata agar tidak memikirkan semua, karena semua bisa berpengaruh pada janinnya.
Sedangkan Kanaya, dia juga menjadi lega ketika mendengar nasehat dari Abrian. Merasa sudah baikan, Kanaya memutuskan untuk tidur agar besok pagi dia bisa bangun dan kembali beraktivitas.
"Selamat malam, adikku sayang. Semoga masalahmu cepat selesai dan menemukan titik terang, Kakak hanya bisa berdoa agar kamu mendapatkan yang terbaik nantinya."
...***...
Maaf jika monoton, emak bener-bener belum bisa mikir terlalu keras 😢
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Wastinih
tdi yg disebut, tante sekar
berarti bukan anne yaa
bukan anak asloka
2025-04-22
0
𝓐𝔂𝔂🖤
kaka nya kanaya baik banget sihhh...aku terharuu😪😪
2022-12-07
3
Nila Nila
baru komen...asik baca lupa komen..maaaf ya thor 😁🤭
2022-09-11
1