Kennan mengusap wajahnya sangat kasar, setelah mendengar cerita Kanaya kepalanya mendadak sakit. Sungguh dia tidak ingat sedikitpun kejadian malam itu, tapi memang ketika bangun Kennan tak memakai sehelai baju dan lagi, ada bukti yang lebih kuat yaitu noda darah di atas sprei miliknya.
"Aku tidak bisa bertanggung jawab, sungguh aku tidak ingat kejadian malam itu," ucap Kennan sangat frustasi.
"Bajingann! Aku tidak mau tau, kamu harus bertanggung jawab dan ini juga anakmu," marah Abrian sambil menarik kerah baju Kennan.
Siapapun pasti akan marah jika melihat lelaki yang menghamili adiknya tak mau bertanggung jawab, padahal jelas-jelas itu perbuatannya sendiri.
"Aku sudah beristri, Brian!"
"Masa bodo dengan istrimu! Aku hanya ingin kamu bertanggung jawab, nikahi adikku walaupun dia harus menjadi istri kedua!"
Kanaya menggeleng cepat, dia tak ingin masuk dalam hubungan rumah tangga Kennan, apalagi dia sangat tahu pasti, betapa harmonisnya keluarga mereka meski belum memiliki anak.
"Kak, aku tidak mau menikah dengan kak Kennan," tolak Kanaya penuh permohonan.
"Kamu bilang apa, Nay? Jangan bilang kamu ingin aborsi? Tidak! Kakak tidak akan setuju akan hal itu," tegas Abrian dan Kanaya kembali menggeleng.
"Bukan seperti itu! Walaupun dia hadir diwaktu yang salah, bukan berarti menggugurkan kandungan menjadi solusi. Kak, tolong mengerti posisiku, please aku mohon jangan paksa Kak Kennan bertanggung jawab. Semua murni kesalahanku," kata Kanaya mulai berkaca-kaca. Sulit sekali membujuk Abrian untuk berhenti memaksa Kennan, entah harus pakai cara apa agar kakaknya berhenti bicara.
"Nay, kamu tidak salah. Jangan menyalahkan diri sendiri, dia harus bertanggung jawab. Apa kamu tega melihat anakmu lahir tanpa ayah," ucap Anbrian sambil memegang lembut kedua pipi Kanaya.
Disinilah, Kanaya harus menguatkan hatinya. Dia tak mau dipandang lemah, dengan perasaan hancur Kanaya tersenyum lembut ke arah Abrian. "Aku lebih memilih menjadi ibu tunggal, daripada merusak pekarangan orang Kak," lirihnya.
Setelah berkata seperti itu Kanaya menghadap ke arah Kennan, dia juga tersenyum lembut sambil berkata, "Kak, maaf sudah membuat keributan di kantor Kakak. Untuk masalah ini, tidak perlu diperpanjang. Aku akan mengurus anakku sendiri, bagaimanapun juga ini kesalahanku karena tak bisa menolak pada malam itu. Sekali lagi, aku minta Maaf," ucapnya sangat tenang, akan tetapi tangannya mengepal erat.
Hatinya sangat hancur saat mengatakan semua ini, tapi sedikitpun Kennan tak merson. Lelaki itu hanya diam, tidak bersuara sepatah kata pun. Jadi, daripada hatinya semakin sakit lebih baik Kanaya segera pergi.
"Kak, ayo pulang," ajak Kanaya.
"Nay, kamu jang —"
"Kak! Kita pulang, jangan membuat aku semakin malu. Dengan cara seperti ini, sama saja Kakak telah membuka aib terbesarku, bahkan sekarang orang luar tau aku hamil!" tegas Kanaya.
Tatapan matanya juga sangat tajam sehingga membuat Abrian tak berkutik. Mau tak mau, dia harus mengikuti apa kata Kanaya. "Baiklah kita pulang, tapi masalah ini bagiku belum selesai. Dia harus tetap bertanggung jawab, walaupun nanti ada hati yang tersakiti!"
***
Sepulang dari kantor, Kennan memutuskan masuk ke dalam ruang kerja. Bahkan sapaan dari istrinya pun Kennan abaikan dan lebih memilih mengutak-atik komputer untuk mencari rekaman CCTV malam itu, malam dimana dia tak sengaja menodai Kanaya.
"Aku harus melihat semua dengan mata kepalaku, jika yang dikatakan Kanaya benar, aku harus segera menyingkirkan rekaman itu. Jika Nabila sampai mengetahuinya, pasti akan hancur rumah tanggaku!" serunya sangat ketakutan. Kennan tak mau kejadian ini diketahui istrinya, jadi sebisa mungkin dia harus menghapus semua rekaman CCTV.
Setelah beberapa menit menelusuri rekaman CCTV, akhirnya Kennan berhasil menemukan rekaman kejadian malam itu. Awalnya dia masih datar melihat hasil rekaman, namun beberapa detik kemudian kedua bola matanya melotot lebar.
Benar kata Kanaya, dia tiba-tiba menyerang gadis itu bahkan langsung menggendongnya ke kamar. Terlihat sekali jika dia memaksa Kanaya, secara sadar dan tidak ada lembutnya sama sekali.
"Mas ...."
Deg!
Dengan cepat Kennan menutup layar laptopnya dan langsung menatap Nabila. Hampir saja dia ketahuan, untung tangannya gerak cepat. Kalau tidak, semua akan berantakan. "Kamu ngagetin saja, Bil," ucapnya gugup. Keringat dingin juga mulai bercucuran, takut jika kebohongannya ini akan diketahui istrinya.
"Hari ini kamu agak aneh, Mas. Masa aku panggil nggak nyaut, malah langsung masuk ke sini. Ada apa? Apa ada masalah di kantor, sampai pucet gitu mukanya," balas Nabila.
Kennan menggeleng, dia berdiri dari duduknya dan terus mendekati istrinya. "Maaf, aku nggak dengar tadi," ucap Kennan terus mencium kening Nabila.
Dia benar-benar merasa bersalah, selama sepuluh tahun menikah, baru kali ini Kennan mengkhianati istrinya. Padahal dia sudah berjanji akan selalu setia pada Nabila, walaupun nanti mereka tak memiliki seorang anak.
Kennan masih ingat betul, janji suci mereka sepuluh tahun lalu. Di saat itu dia berjanji akan selalu setia pada Nabila, meskipun badai menerjang rumah tangganya, dia akan selalu mencintai Nabila sampai maut memisahkan. Tapi, nyatanya janji itu hanya sebuah bualan, ketika dia berkhianat.
"Bil, maafkan aku ya. Sungguh aku sangat mencintaimu, jangan pernah tinggalkan aku," ujar Kennan semakin erat memeluk Nabila.
Hatinya begitu takut kehilangan Nabila, istri yang sangat dia cintai. Namun, di sisi lain Kennan juga tak bisa lepas tanggung jawab pada Kanaya apalagi setelah mengetahui semua fakta di malam itu. Namun, jika untuk menikahi Kanaya, dia tak bisa melakukannya.
Mungkin, Kennan akan mencari waktu yang tepat untuk bicara empat mata dengan Kanaya. Dia sudah memutuskan akan bertanggung jawab, tapi semua harus disembunyikan dari keluarganya. Jika, Kanaya menolak maka jangan harap dia akan bertanggung jawab.
"Aku juga mencintaimu, Mas. Oh ya, aku sudah menyiapkan air hangat untuk mandi. Sana mandi, setelah itu kita makan malam," kata Nabila.
Kennan tak menghiraukan ucapan Nabila, dia masih ingin memeluk erat istrinya. Setelah itu, dia menarik Nabila ke atas sofa. Di sana Kennan langsung merebahkan tubuhnya dan menjadikan istrinya sebagai bantal.
"Kepalaku sangat sakit, biarkan aku tidur sebentar saja. Posisi ini sangat nyaman, kamu nggak keberatan kan?" tanya Kennan.
"Tentu saja nggak, Mas. Sini aku pijitin kepalamu, mungkin bisa meringankan rasa sakitnya," balas Nabila.
Melihat anggukkan kecil dari Kennan, Nabila segera memijat kepala suaminya. Dengan sayang dia memberikan relaksasi pada Kennan agar rasa sakitnya hilang.
Namun, disini Nabila tidak menyadari jika saat ini Kennan tengah menangis. Dia merasa telah melakukan kesalahan fatal, sehingga membuat Kennan merasa takut juga bersalah secara berlebihan.
Kennan menjadi bingung, harus berbuat apa. Mungkinkah dia harus menyuap Kanaya dengan uang agar tidak membocorkan masalah ini, dan merahasiakan semua. Tapi, jika dipikir dua kali Kanaya bukan wanita tamak akan uang, jadi sangat mustahil menerima tawarannya.
"Tuhan, apa yang harus aku lakukan?"
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Apakah akhirnya Kennan jujur pada Nabila? Jika iya, apakah dia siap kehilangan Nabila? 🤔🤔
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Katherina Ajawaila
jgn jadi laki2 pengecut donk Kennan. anak gadis orang loh kamu bikin cacat. itu Aib terbesar 😡
2024-07-04
0
Caramel Latte
salut salut. padahal jelas2 salah kennan yg perkoskos naya. kamu harus kuat nay
2023-03-15
0
𝓐𝔂𝔂🖤
makanya jangan mabokk....resiko jadi kesurupan dan gak waras gara2 mabok....lagian gk kuat alkohol belagak mabok....akhirnya merugikan kanaya kan😒😒
2022-12-06
4