Meminta pertanggung jawaban"Kak, aku mohon jangan seperti ini! Aku belum siap bertemu dia, Kak." Tangis Kanaya semakin pecah saat Abrian membawanya ke kantor Kennan. Dia benar-benar takut, pikirannya semakin kacau karena tindakan Abrian.
"Kennan harus bertanggung jawab, Naya!" bentak Abrian.
Kanaya menggeleng, tidak! Dia tidak ingin Kennan bertanggung jawab, apalagi keadaan lelaki itu sudah beristri. Mana mungkin dia tega merusak keharmonisan keluarga Kennan, sungguh Kanaya tak bisa.
"Aku tidak mau merusak rumah tangga orang, Kak! Please, jangan buat aku seperti pelakor. Semua murni kesalahanku, andai saja malam itu aku menolak semua tidak akan seperti ini," ujar Kanaya terus menangis.
Dia masih ingat betul kejadian dua bulan lalu, di mana dia meminta izin pada kedua orang tuanya untuk mengerjakan tugas kampus di rumah Febrian. Kala itu, rumah sangat sepi seluruh penghuni sibuk dengan kegiatan masing-masing.
Awalnya semua berjalan lancar sampai akhirnya Febrian pamit membeli kekurangan bahan materi mereka berdua.
"Nay, kamu tunggu disini dulu ya? Aku mau beli kekurangan ini, sekalian cari makan," ucap Febrian.
"Kok di tinggal sih! Aku takut sendirian, lebih baik aku ikut kamu saja," balas Kanaya bergegas membereskan laptop serta alat tulisnya.
"Nay, ini sudah malam loh. Anginnya juga kencang, aku tidak mau kamu sakit. Mengertilah, hanya sebentar tidak akan lama." Kanaya pun menghela nafas panjang, dia tak bisa membantah jika sahabatnya ini sudah melarangnya.
"Sebentar saja, kamu kunci pintunya agar tidak ada yang masuk," kata Febrian.
Kanaya akhirnya menurut, dia mengunci pintu rumah setelah Febrian pergi. Merasa bosan sendiri di rumah, Kanaya memutuskan untuk membuat susu hangat.
Tapi, saat dirinya menunggu dispenser menyala hijau tiba-tiba ada sebuah tangan melingkar sempurna di perutnya. "Aaahh!" teriak Kanaya berusaha melepas pelukan itu.
"Shut! Diam Sayang, nanti orang rumah terbangun oleh suara sexy-mu," bisik lelaki itu.
Seketika mata Kanaya melotot, aroma alkohol pun menusuk indra penciumannya. Hidupnya dalam bahaya kali ini dan Kanaya harus lari, "Ka-kak Kennan, please jangan seperti ini," ucapnya sangat gemetar. Air mata mulai bercucuran, dia sangat takut dan Kanaya berdoa agar Febrian segera kembali.
"Aku menginginkanmu, Nabila."
Kanaya menggeleng cepat mendengar Kennan menyebut nama istrinya. "Kakak salah orang, aku bukan kak Nabila. Aku Kana --" Belum juga Kanaya selesai bicara, tapi tubuhnya di balik begitu saja dan sebuah ciumann mendarat sempurna di bibirnya.
Bola matanya semakin membulat, ciumann pertamanya direnggut lelaki beristri. Padahal, dia selalu menjaga semua untuk suaminya kelak, tapi yang terjadi malah sebaliknya.
"Lepas!" teriak Kanaya saat ciumann itu terlepas. Dengan kasar dia mengusap bibirnya agar bekas Kennan menghilang.
"Ck! Kamu sangat munafik, Sayang!" seru Kennan mau mencium Kanaya tapi Kanaya terlebih dulu mendorong tubuh Kennan.
"Aku Kanaya bukan kak Nabila!"
Mendapat kesempatan kabur, Kanaya segera lari menjauhi Kennan. Dengan sangat cepat dia menuju pintu rumah, tapi usahanya sia-sia saat Kennan mengejarnya dan berhasil menangkapnya.
"Mau kemana kamu!" Murkanya sangat mengerikan.
Tubuh Kanaya semakin bergetar, bibirnya terus meminta tolong tapi sayangnya tidak ada satupun orang yang mau menolongnya, bahkan pembantu rumah ini juga hanya diam tak berani mendekati mereka.
"Kak, aku mohon lepaskan aku!" teriak Kanaya saat tubuhnya di gendong begitu saja oleh Kennan.
Kennan benar-benar gelap mata, dalam bayangannya Kanaya adalah istrinya. Sekuat apapun Kanaya menolak, dia tidak akan melepaskannya begitu saja sampai akhirnya dia berhasil merenggut mahkota yang selalu Kanaya jaga.
Setelah Kennan selesai menuntaskan hasratnya, Kanaya langsung memunguti semua pakainya dan pergi begitu saja dari rumah Abrian.
Brakk!!
Kanaya tersentak kaget, dia tersadar dari lamunannya dan melihat Abrian turun dari mobil menuju lobby utama kantor Kennan. "Kakak!"
***
Kennan berjalan keluar dari ruangannya, baru saja dia mendapat kabar jika ada seorang lelaki mengacaukan lobby bawah sambil berteriak memanggil namanya.
Dia sangat kesal, siapa yang ingin bermain-main dengan dirinya. Jika sampai dia mengalami kerugian besar, maka Kennan akan menuntut lelaki itu ke rana hukum.
"Pak Kennan!" seru beberapa karyawan.
"Dimana orang orang itu?" tanya Kennan sangat sinis, siapapun yang melihat mimik muka nya saat ini pasti takut.
"Dia ada di sana, Pak."
Kennan tak menjawab, dia segera menuju tempat keributan. Samar-samar telinganya mulai mendengar teriakan seorang lelaki, bahkan dia juga mendengar tangisan wanita yang sangat familiar.
"Kakak, jangan seperti ini aku mohon."
Kennan semakin penasaran, dia semakin mempercepat langkahnya dan benar dugaannya wanita yang memohon itu adalah Kanaya — sahabat adiknya.
"Ada apa ini?!" tanya Kennan penuh penekanan.
"Brengsek!" seru Abrian langsung menyerang Kennan.
Perkelahian itu pun tak dapat di hindari, mereka saling adu tonjok sampai membuat Kanaya ketakutan. Dia juga berusaha melerai mereka, sampai akhirnya satu tinjuan mengenai wajah Kanaya.
"Aww!"
"Naya!" seru kedua lelaki itu sambil mendekati Kanaya. Mereka sangat khawatir apalagi saat melihat darah keluar begitu banyak dari hidungnya.
"Panggil dokter!" teriak Kennan pada sekretarisnya. Setelah itu, barulah Kennan mengangkat tubuh mungil Kanaya dan membawanya ke dalam ruangan.
Sedangkan Abrian mengikuti Kennan dari belakang, dia juga merasa bersalah karena berbuat gegabah. Tapi, semua dia lakukan karena emosi.
Siapa sih yang tidak emosi jika adik kesayangannya ini di hamili orang, siapapun pasti marah, hanya saja Abrian terlalu berlebihan sehingga membuat Kanaya terluka.
"Kamu baik-baik saja, Nay?" tanya Kennan.
"Iya, Kak."
Kanaya masih memegang hidungnya, sampai akhirnya seorang dokter wanita masuk dan memeriksa keadaan Kanaya. Dengan telaten dokter itu membersihkan darahnya, sambil menanyakan hal-hal kecil.
"Dok, apa adikku baik-baik saja? Dia sedang hamil, aku takut ini akan berpengaruh dengan kandungannya," kata Abrian sangat jelas masuk ke dalam gendang telinga Kennan.
"Hamil?" tanyanya sedikit tak percaya.
"Iya hamil dan sebab itulah aku datang kesini untuk meminta pertanggungjawaban mu," jelas Abrian.
Suasana di dalam sana kembali memanas, dua lelaki itu saling menatap sengit. "Kenapa meminta pertanggungjawaban? Dia hamil anak siapa, jangan asal bicara kamu!" seru Kennan.
Abrian semakin geram, dia ingin memukul Kennan tapi dicegah oleh Kanaya. "Kak, jangan," lirih Kanaya.
"Tapi dia harus mempertanggung jawabkan perbuatannya, Naya!"
Kennan semakin bingung, kenapa dua manusia ini selalu membahas pertanggungjawaban. Siapa yang menghamili Kanaya saja Kennan tidak tahu, tapi Abrian begitu marah padanya.
"Nay, jujur sama Kakak, apa ini anak Febrian? Katakan saja, jika iya Kakak pastikan dia akan bertanggung jawab," ucap Kennan sangat serius.
Tapi, belum juga Kennan mendapat jawaban, sebuah pukulan mendarat sempurna di wajahnya. Abrian terus mencengkram kerah bajunya sambil berkata, "Kanaya hamil anakmu, Brengsek! Kamu yang menghamilinya, bukan adikmu!"
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Maaf Hanya Bisa Seperti Ini, Pikiran Lagi Buntu Dan Juga Ada Kabar Duka Dari Keluarga Suami. 🙏🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Katherina Ajawaila
Turut belasungkawa Thour🙏🏻
2024-07-04
0
Caramel Latte
turut berbela sungkawa ya mak thor, semoga kluarga yang di tinggalkan diberi kesabaran
2023-03-15
0
Caramel Latte
kok kaburnya dari rumah abrian. febrian mungkin ya😊
2023-03-15
0