Catatan 3 : Direktur Marketing dan Rolex

Hadis riwayat Bukhari No. 3371. Rasulullah SAW berdoa untuk meminta perlindungan untuk Hasan dan Husain :

Audzu bi kalimaatillahit taammati min kulli syaithonin wa haammatin wa min kulli 'ainin laammatin

 Artinya: "Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang telah sempurna dari godaan setan, binatang beracun dan dari pengaruh 'ain yang buruk."

*

*

Rahwana terpaku menatap ke dalam ruangan Direktur Pemasaran.

Ada di sudut ruangan, di samping rak buku di belakang kursi Direktur, sosok putih dengan kain menjuntai dari kepala ke kaki. Bergerak bagai limbung ditiup angin namun ia lekat di sana. Tubuhnya terlihat bercahaya namun auranya sangat gelap.

Sementara Pak Direktur dengan kesal duduk di kursinya dengan dahi berkerut mengutak atik komputernya, seperti tidak menyadari ada makhluk itu di sana, tepat di belakangnya.

Sosok astral itu mengumamkan kata-kata yang seakan itu mantra. Kepalanya digoyangkan ke kanan dan kiri perlahan, sambil menatap ke arah depan. Entahlah ke arah mana ia menghadap karena wajah dan tubuhnya tertutup kain putih bersinar itu.

Aku jauh tapi aku dekat, aku dekat tapi aku menghadap. Keberadaan kami atas izin Gusti, kau usir pun kami akan kembali. Kau minta kami datang, kami akan datang. Kau minta kami pergi, kami akan bertahan. Jiwa tersesat akan kami jadikan pagar istana Kanjeng.

Makhluk itu berbicara dengan Bahasa Jawa kuno, yang sepengertian Rahwana artinya seperti di atas. Salah satu mantra ngelmu hitam yang terkenal di masyarakat Jawa Tengah. Daya magis tinggi yang memenuhi ruangan di sekitarnya semakin menambah kecurigaan Rahwana.

Apakah si pengguna adalah Sang Direktur?

Tapi kenapa Pak Direktur seakan tidak menyadari keberadaan astral di belakangnya itu?

“Kenapa kamu?!”

Rahwana terkaget sedikit mendengar teguran yang tampaknya dilayangkan padanya. Pak Direktur Marketing menyadari tatapannya.

“Bapak butuh P3K?” tanya Rahwana berusaha mengalihkan perhatian. Pemuda itu melihat ke arah papan nama di atas meja Pak Direktur.

Reynaldy Trenggono, Direktur Marketing dan Investasi. Kita sebut saja beliau dengan nama Pak Rey.

Pak Rey menatap Rahwana dari atas ke bawah dengan curiga. Berkali-kali sampai pemuda itu salah tingkah sendiri. "Kalau tidak ada yang luka, maaf kalau saya mengganggu ya Pak,"

"Kok rasanya saya pernah lihat kamu ya," gumam Pak Rey pelan.

Rahwana tegang.

"Kamu siapa?" tanya Pak Rey sambil mengernyitkan dahinya menatap cowok di depannya itu.

"Nama saya Iwan, Pak. OB baru untuk divisi Bapak,"

"Hm," tampaknya Pak Rey tidak mudah percaya.

Sementara astral di belakang Pak Rey sudah menghilang.

"Saya kayaknya butuh P3K nya," kata Pak Rey akhirnya.

Rahwana menyelesaikan pekerjaannya, membersihkan pecahan kaca, lalu masuk ke dalam ruangan Direktur Marketing, "Permisi, Pak," ujar pemuda itu.

"Ini, tangan saya berdarah. Kamu bisa bantu balut lukanya?" Pak Rey menggulung lengan kemejanya dan memperlihatkan telapak tangannya. Tampaknya saking bersemangatnya melempar bantex, telapaknya sampai tergores pinggiran besi map besar itu.

"Baik, Pak,"

Pak Rey menatap pemuda di depannya sepanjang aktifitasnya. Rahwana dengan cermat membebat luka di telapak Pak Rey. "Kamu pernah kerja di rumah sakit?"

"Tidak, Pak,"

"Lumayan rapi juga cara kamu membebat,"

Rahwana hanya diam sambil tersenyum getir. Ia tidak ingin menceritakan bahwa sejak melihat orang ditembak saat ia diculik waktu itu, ia jadi tekun belajar cara menghentikan pendarahan.

"Kamu dari outsourcing?"

"Benar Pak,"

"Kamu masih sekolah atau kuliah?"

"Kuliah, tapi sedang cuti,"

"Kenapa? Kendala biaya?"

Rahwana lagi-lagi tak menjawab. Pak Rey menganggap itu tanda kalau pemuda di depannya ini mengakui perkataannya.

"Kamu bisa mencari pekerjaan yang lebih bonafit dengan tampang kamu itu," kata Pak Rey lagi.

Rahwana tersenyum, "Sudah selesai ya Pak," cowok itu berusaha mengalihkan perhatian.

"Hm," Pak Rey tampaknya terkesan dengan hasil kerja Rahwana.

"Apa yang perlu saya bantu lagi, Pak?"

"Nanti siang tolong ambilkan Rolex saya di Epicentrum ya,"

"Bapak harus datang sendiri ke konternya, mereka tidak terima perwakilan-" Rahwana berhenti berucap. Sadar, kalau hal itu adalah sebuah kesalahan.

"Iwan," kata Pak Rey dengan suara rendah, "Orang biasa tidak akan mengerti kalau Rolex asli tidak semudah itu diberikan ke orang lain karena harus melalui prosedur khusus pengepasan,"

Pak Rey dengan langkah perlahan mendekati Rahwana. Pemuda itu menghela napas dan mengalihkan pandangan ke tempat lain.

Sialan! Saking seringnya gue beli Rolex jadi nggak sadar udah kejebak! keluh Rahwana dalam hati.

"Hanya customer khusus yang tahu kalau jam itu dibuat setelah pelanggan diwawancara mengenai sifat, kebiasaan dan kegiatan sehari-hari. Saat sudah jadi pun, pengambilannya harus diiringi dengan pengepasan dan wawancara lanjutan, atau mereka antarkan sendiri ke sini," kata Pak Rey.

"Saya pernah diserahi tugas untuk mengambilnya, dan gagal. Jadi saya tahu prosedurnya," Rahwana berdalih.

"Tidak mungkin, kamu berbohong," kata Pak Rey. "Barang itu minimal seharga rumah, tidak mungkin mereka mendelegasikan ke kurir biasa untuk mengambilnya ke konter,"

Pak Rey mencondongkan tubuhnya ke Rahwana, ia menyelidiki pemuda itu, "Kecuali, jabatan kamu dulu segitu pentingnya setara manajer baru mereka mempercayakannya. Tapi jarang ada manajer seusia kamu kecuali..."

Pak Rey berbisik di dekat telinga Rahwana, "Kecuali kamu bukan orang biasa dan keberadaan kamu di sini dengan tujuan penting,"

Tok! Tok! Tok!

"Permisi, Pak Rey,"

Mereka berdua menoleh ke arah suara bening itu.

Wanita cantik yang wajahnya lebih cantik dari boneka, "Bapak diminta menghadap Pak Trevor untuk rencana pengembangan di Kalimantan,"

Rahwana mengangkat alisnya melihat wanita itu.

Yang tadi pagi! Pikirnya terkesima.

"Kenapa saya yang dipanggil? Saya kan urusan marketing, kalau masalah proyek ada bagiannya sendiri, kan?!" Pak Rey mengerutkan keningnya.

"Saya tidak tahu," wanita itu mengangkat bahu.

"Kamu siapa?"

"Pak Rey ini bercanda terus," ujar si wanitta cantik itu.

"Kalau ada karyawan secantik kamu, saya pasti notice. Saya baru kali ini melihat kamu," kata Pak Rey.

Rahwana mengernyit merasa aneh dan melirik wanita itu. Si Mbak Noni menatap Rahwana dari atas ke bawah dengan sinis. Tampaknya ia masih belum memaafkan perbuatan Rahwana tadi pagi.

"Saya pindahan dari cabang, Pak," kata si Mbak Cantik.

"Nama kamu?"

"Fransita,"

"Divisi mana?"

Wanita itu tak menjawab, ia tampak tidak sabar menghadapi Pak Rey. "Kalau bapak keberatan menghadap, saya bisa-"

"Oh, oke, oke, saya siap-siap dulu," Pak Rey akhirnya mengerti kalau ia tidak bisa mengulur waktu lagi. Lalu ia pun menatap Rahwana. "Kita lanjutkan obrolan seru kita nanti sore ya, bro," ia tersenyum simpul sambil menepuk-nepuk bahu Rahwana.

Rahwana menghela napas lega saat Pak Rey keluar dari ruangan.

Tidak heran Reynaldy Trenggono ditunjuk jadi Direktur Marketing. Instingnya tajam, jenis yang disukai  pemegang saham untuk dijadikan budak eksekutif.

Sudah begitu, tampaknya ia pribadi yang lumayan supel, sebenarnya. Sikapnya ke Rahwana yang merupakan OB lebih bersahabat, sangat berbeda dengan kedua staff yang tadi.

Lalu Rahwana menoleh ke arah wanita Noni Belanda tadi.

Menghilang.

“Lah, cepet bener perginya,” gumam Rahwana.

Lalu Rahwana pun kembali ke pantry.

Terpopuler

Comments

ℑ𝔟𝔲𝔫𝔶𝔞 𝔞𝔫𝔞𝔨-𝔞𝔫𝔞💞

ℑ𝔟𝔲𝔫𝔶𝔞 𝔞𝔫𝔞𝔨-𝔞𝔫𝔞💞

jodoh Rahwana😁

2024-06-29

0

Sulaiman Efendy

Sulaiman Efendy

👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻

2023-10-12

0

Welli Pare

Welli Pare

saya juga

2023-06-18

0

lihat semua
Episodes
1 Selamat Datang Di PT. Garnet Land
2 Catatan 1 : Si Mbak Cantik dan Divisi HRD
3 Catatan 2 : Pantry
4 Catatan 3 : Direktur Marketing dan Rolex
5 Catatan 4 : Korupsi
6 Catatan 5 : Dangdut dan Maaf
7 Catatan 6 : Bukan Salah Bapak
8 Catatan 7 : Lagi-lagi Si Mbak Cantik
9 Catatan 8 : Rahwana si Penakluk Tiga Dunia
10 Catatan 9 : Kumpulan Cerita Seram
11 Catatan 10 : Mbak OB dan Fransita
12 Catatan 11 : Komputer
13 Catatan 12 : Pak Kuntoro dan Orang Dalam
14 Catatan 13 : Sepuluh Khodam
15 Catatan 14 : Pak Rey
16 Catatan 15 : Gedung dan Rumah
17 Catatan 16 : Siapa Fransita Sebenarnya?
18 Catatan 17 : Pak Firman Setengah
19 Catatan 18 : Tasmirah
20 Catatan 19 : Bersabar
21 Catatan 20 : Masa Lalu
22 Catatan 21 : Ai dan Nayaka
23 Catatan 22 : Pemecatan Pak Endang
24 Catatan 23 : Kecoa
25 Catatan 24 : Pak Firman
26 Catatan 25 : Aku Ingin Bertemu
27 Catatan 26 : Soulmate
28 Catatan 27 : Bu Irma
29 Catatan 28 : Penyelesaian
30 Catatan 29 : Masa Lalu Kelam
31 Catatan 30 : Heritage
32 Catatan 31 : Request Pembaca, Sekilas Ai dan Nayaka
33 Catatan 32 : Aki dan Tiktok
34 Catatan 33 : Gunung dan Laut
35 Catatan 34 : Vila Eyang
36 Catatan 35 : Rasa Bersalah
37 Catatan 36 : Garis Keturunan
38 Catatan 37 : Ganteng
39 Catatan 38 : Madame Déficit
40 catatan 39 : Ai dan... Pacarnya?!
41 Catatan 40 : Andi dan Maya
42 Catatan 41 : Kinasih
43 Catatan 42 : Garnet Security Agency
44 Catatan 43 : Room Service
45 Catatan 44 : Perang ( 1 of 3)
46 Catatan 45 : Perang (2 of 3)
47 Catatan 46: Perang (3 of 3)
48 Catatan 47 : Perang (Extra)
49 Catatan Rahwana 48 : End Of War
50 Catatan Rahwana 49 : Fransita Yang Manis
51 Catatan Rahwana 50 : Pangkatmu Deritaku
52 Catatan Rahwana : Pertemuan dan Perpisahan
53 Catatan Rahwana : Maria Zhang
54 Catatan Rahwana 54 : Pemakaman
55 Catatan Rahwana 55 : Akhir Season
56 Catatan Rahwana 56 : Extra 1
57 Catatan Rahwana 57 : Extra 2
58 Catatan Rahwana 58 : Extra 3
Episodes

Updated 58 Episodes

1
Selamat Datang Di PT. Garnet Land
2
Catatan 1 : Si Mbak Cantik dan Divisi HRD
3
Catatan 2 : Pantry
4
Catatan 3 : Direktur Marketing dan Rolex
5
Catatan 4 : Korupsi
6
Catatan 5 : Dangdut dan Maaf
7
Catatan 6 : Bukan Salah Bapak
8
Catatan 7 : Lagi-lagi Si Mbak Cantik
9
Catatan 8 : Rahwana si Penakluk Tiga Dunia
10
Catatan 9 : Kumpulan Cerita Seram
11
Catatan 10 : Mbak OB dan Fransita
12
Catatan 11 : Komputer
13
Catatan 12 : Pak Kuntoro dan Orang Dalam
14
Catatan 13 : Sepuluh Khodam
15
Catatan 14 : Pak Rey
16
Catatan 15 : Gedung dan Rumah
17
Catatan 16 : Siapa Fransita Sebenarnya?
18
Catatan 17 : Pak Firman Setengah
19
Catatan 18 : Tasmirah
20
Catatan 19 : Bersabar
21
Catatan 20 : Masa Lalu
22
Catatan 21 : Ai dan Nayaka
23
Catatan 22 : Pemecatan Pak Endang
24
Catatan 23 : Kecoa
25
Catatan 24 : Pak Firman
26
Catatan 25 : Aku Ingin Bertemu
27
Catatan 26 : Soulmate
28
Catatan 27 : Bu Irma
29
Catatan 28 : Penyelesaian
30
Catatan 29 : Masa Lalu Kelam
31
Catatan 30 : Heritage
32
Catatan 31 : Request Pembaca, Sekilas Ai dan Nayaka
33
Catatan 32 : Aki dan Tiktok
34
Catatan 33 : Gunung dan Laut
35
Catatan 34 : Vila Eyang
36
Catatan 35 : Rasa Bersalah
37
Catatan 36 : Garis Keturunan
38
Catatan 37 : Ganteng
39
Catatan 38 : Madame Déficit
40
catatan 39 : Ai dan... Pacarnya?!
41
Catatan 40 : Andi dan Maya
42
Catatan 41 : Kinasih
43
Catatan 42 : Garnet Security Agency
44
Catatan 43 : Room Service
45
Catatan 44 : Perang ( 1 of 3)
46
Catatan 45 : Perang (2 of 3)
47
Catatan 46: Perang (3 of 3)
48
Catatan 47 : Perang (Extra)
49
Catatan Rahwana 48 : End Of War
50
Catatan Rahwana 49 : Fransita Yang Manis
51
Catatan Rahwana 50 : Pangkatmu Deritaku
52
Catatan Rahwana : Pertemuan dan Perpisahan
53
Catatan Rahwana : Maria Zhang
54
Catatan Rahwana 54 : Pemakaman
55
Catatan Rahwana 55 : Akhir Season
56
Catatan Rahwana 56 : Extra 1
57
Catatan Rahwana 57 : Extra 2
58
Catatan Rahwana 58 : Extra 3

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!