“Eyang Putri,”
“Ya, Le,”
“Mata Batinku ditutup saja ya?”
“Hihihi,” Si Mbah Putri terkikik, “Penglihatan kamu dimaksudkan untuk suatu tujuan, Le. Nanti juga tertutup sendiri setelah semuanya berakhir,”
“Maksudnya semua berakhir? Aku meninggal, gitu?”
“Bukan, lebih ke masalah jodoh,”
“Begitu-gituan kan nggak boleh, Eyang,”
“Ya Eyang bisa apa? Semua atas izin Yang Maha Kuasa. Eyang juga nggak ingin kamu kenapa-napa dengan ikut campur ke dimensi lain,” Eyang Gandhes mengusap pipi Rahwana dan menghapus air matanya. “Sabar ya Le,” sahutnya.
Rahwana melirik ke belakang Eyang, lalu menunduk.
“Apa yang kamu lihat?” tanya Eyang Gandhes.
“Besar, tingginya sampai ke plafond, dan warnanya kebiruan,”
Eyang Gandhe mengangguk, “Dia yang tersakti di jenisnya,”
“Dia yang paling berbahaya,” kata Rahwana sambil menunduk. Memandang makhluk itu berlama-lama membuat dadanya sangat sesak.
Eyang Ghandes kembali mengangguk.
“Jalani dulu semuanya. Kalau tidak kuat, kamu bilang Eyang ya. Nanti Eyang bantu,”
*
*
Ingatan Rahwana barusan kembali ke masa lampau, saat ia mengobrol dengan seorang yang ia sebut Eyang Putri.
Saat Rahwana kecil, Ia mendapat 'penglihatan' ini akibat shock saat diculik. Penculikan atas dasar uang tebusan yang menjadikannya anti sosial sampai sekarang. Di matanya, manusia adalah makhluk yang paling menakutkan.
Walau pun dalam waktu yang cepat ia berhasil diselamatkan dari penculikan itu, namun rasa traumanya tidak serta-merta hilang. Dan walau pun Rahwana berusaha melupakan kejadian itu, tapi banyak hal yang membuatnya teringat kembali.
Juga, termasuk insting spesialnya ini.
Karena pertama kali ia melihat makhluk itu ada, adalah di markas si penculik.
“Pegawai baru, Mas?” seorang wanita menyapanya saat Rahwana akan membuka pintu kaca.
Wanita cantik, bahkan sangat cantik. Wajahnya mirip Noni-Noni Belanda dengan mata hijau dan hidung mancung sempurna. Bibir tipis kemerahannya membuat Rahwana menelan ludah karena dirasa sangat sensual. Tapi...
Rahwana mengulurkan tangan, ke arah dada wanita itu.
Dan meremasnya.
Eh...
Asli ternyata.
Plakk!!
“Gila! Ada orang Mesum!! Saya panggil sekuriti ya!!” jerit wanita itu.
“Eeeh jangan! Jangan!! Saya pikir tadinya kamu nggak real!” Rahwana mengelus pipinya yang nyut-nyutan bekas ditampar sambil mencegah wanita itu dengan panik.
“Apanya yang nggak real? Kamu pikir saya CGI gitu?!” seru wanita itu
“Maksud saya... Ergh!! Ya begitulah, saya pikir halusinasi!”
“Hah?!”
“Tadinya saya pikir kamu setan, soalnya muka kamu mirip Noni Belanda,” sahut Rahwana.
“Dipikir saya bakalan percaya alasan kamu?!”
Rahwana menggaruk tengkuknya.
“Memangnya kalau saya setan, kamu boleh pegang-pegang seenaknya?! Mesum ya mesum aja! Justru kamu aneh mesum kok ke setan!”
Rahwana mengaruk kepalanya, bingung menjawab. “Biasanya kalau setan, saya ulurin tangan dianya terbang atau menjauh. Atau berasa kopong kayak remas udara,”
“Teori yang nggak jelas!” gerutu wanita itu.
“Maaf ya Mbak, tolong jangan diperpanjang,” Rahwana menyatukan dua tangannya, memohon ke wanita itu.
“Oke, tapi awas kalau kamu macam-macam lagi ke saya! Huh! Mentang-mentang ganteng banget kamu pikir bisa seenaknya, kamu salah besar!” dan wanita itu berlalu dari sana dengan langkah menghentak-hentak.
Astaga!
Pertemuan pertama yang memberi kesan mendalam! Kacau banget dah semua... Keluh Rahwana.
“Mas?” sebuah suara membuat Rahwana menoleh ke belakang. Wanita berseragam sekretaris membuka pintu kaca di dekatnya dan melongok ke arahnya, ia menatap Rahwana dengan pandangan bertanya. “Cari siapa dan dari mana, mas?”
“Eh? Errrr...” Rahwana menoleh ke wanita cantik tadi, sudah menghilang. “Cari Pak Firman bagian HRD, Saya Iwan dari agency outsourcing ”
“Ooh, saya pikir mau ngapain sendirian di situ. Ayo masuk,” kata si Mbak Sekretaris sambil membuka pintu kaca itu lebih lebar, mempersilahkan Rahwana untuk masuk.
*
*
Pak Firman, Kepala Divisi HRD menatap Rahwana dari atas ke bawah ke atas kebawah lagi sambil mengerutkan kening menajamkan penglihatannya.
“Orang seganteng kamu mau jadi OB? Waaaah kalau semua OB kayak kamu lama-lama kantor kita disangka agency model,”
(OB singkatan dari Office Boy)
“Saya orangnya agak introvert Pak, nggak cocok jadi model,”
“Hah? Kamu anak senja?”
“Nggak juga, cuma nggak suka keramaian aja. Tapi kalo jadi model sekali photoshoot bayarannya semilyar sih boleh lah Pak,”
“Model pamflet Taman Safari, pose sama tapir. Mau?”
“Semilyar, nggak?”
“Nego,”
Lalu mereka berdua cekikikan.
“Kamu jangan jadi OB Lah, marketing aja gimana?” tawar Pak Firman lagi.
“Saya jualan cuma sekali, itu aja gagal Pak,”
“Jual apa?
“Jual temen lucknut di Tokped,”
“Akun kamu langsung diblokir itu,”
“Ya bener sih, tau gitu saya jual ayam aja, pasti laku sebelum di blokir, kan,”
“Ini ayamnya ayam beneran atau ayam McD?”
“McD Pak, Modal Cocot Doang,”
Mereka berdua cekikikan bersama lagi.
“Kalau masih pingin jadi OB, ya terserah. Tapi gajinya dibawah UMR ya, kamu nggak butuh BPJS kan?”
“Ya butuh dong Pak”
“BPJS, Butuh Pelukan Juga Sentuhan,”
“Ya kalau yang itu tergantung, kalau dari bapak ya saya kabur. Kalo dari Mbak-mbak operator ya saya mendekat,”
“Awas ya kurang-kurangin masalah. Soalnya kamu jangan-jangan disini mau modus LGBT,”
“Ya ampun Pak, masa saya dituduh LGBT,”
“LGBT, Lelaki Ganteng Bininya Tiga,”
“Cakep Pak, Cakep Garingnya,”
Dan sekali lagi mereka cekikikan.
“Jadi gini...eeee, “Pak Firman menatap resume Rahwana. “Iwan Gunadi, saya panggil Iwan aja ya,”
“Ya Pak,”
“Saya memang sudah memesan dari Outsource cari Office Boy yang agak istimewa,”
“Ya Pak, saya sudah dikabari,”
“Gedung ini agak aneh, hampir setiap hari ada gangguan tak kasat mata,”
“Ya Pak,”
“Tapi saya perlu tahu, kamu memang ada keistimewaan itu atau tidak,”
“Baik Pak,”
“Coba saya tes dulu ya, lihat sekeliling saya, ada keanehan apa di sini?”
Rahwana melirik, kiri, kanan, depan, belakang. Lalu beberapa saat kemudian dia menatap Pak Firman dengan senyum simpul.
“Kalau di sekeliling, nggak ada Pak,” kata Rahwana.
“Oooh gitu?”
“Tapi kalau di depan saya ada Pak,” kata Rahwana lagi.
Senyum Pak Firman menghilang.
“Di depan kamu?”
“Iya, Pak,”
“Coba jelaskan,”
Rahwana menyeringai. “Pak Firman nggak punya kaki,”
Cklekk!
“Selamat Pagi,”
Rahwana menoleh. “Pagi Pak,”
“Aduh, maaf saya agak telat. Macet banget di jalan nih! Kamu yang namanya Iwan? Saya sudah dapat kabar dari Outsourcing,” pria paruh baya menghampiri mejanya yang terletak di depan Rahwana sambil melihat resume yang diletakkan sekretaris di atas meja.
“Ya Pak,” jawab Rahwana.
“Perkenalkan, saya Firman, Kadiv HRD,” si pria mengulurkan tangan ke arah Rahwana.
“Iwan Gunadi, Pak,” Rahwana membalas jabatan tangannya.
Lalu pria itu mengamati Rahwana, menatap cowok itu dari atas ke bawah ke atas kebawah lagi sambil mengerutkan kening menajamkan penglihatannya. “Kamu yakin orang seganteng kamu ngelamar jadi OB? Jadi marketing aja gimana?”
Rahwana menghela napas sebal.
*
*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
another Aquarian
ditanya sekali lagi dapat sabun sepiring 🤣🤣🤣🤣🤣
2025-04-01
0
another Aquarian
pantesan dari tadi cekikikan mulu hihihihihihi
2025-04-01
0
may
Hehhhhh😭
2025-01-07
0