Ruang rapat.
Ari Purnama, Athar, Gibran dan Derry mengikuti rapat yang di hadiri banyak orang-orang penting yang ada di sana.
" Silahkan Gibran!" sahut Ari Purnama mempersilahkan putra pertamanya untuk menyampaikan apa yang di sampaikannya dalam rapat hati ini. Di mana memang Gibran di percaya untuk memberikan ide dalam proyek terbaru brand Glossi.
Gibran tersenyum berdiri dengan gayanya yang angkuh dengan merapikan jasnya. Ya belum apa-apa dia sudah menunjukkan ke angkuhannya.
" Terima kasih pah, atas waktu yang papa berikan padaku," sahut Gibran dengan senyumnya yang merekah. Basa-basi yang banyak yang sepertinya hanya menguras waktu saja. Tidak tau apa kalau orang juga sibuk. Ari Purnama hanya mengangguk saja tidak menanggapi dengan berlebihan.
" Baiklah untuk semuanya, sebelumnya saya berterima kasih atas waktu yang kalian berikan. Untuk produk baru dari Glossi saya akan mengeluarkan alat kosmetik yang baru. Ini contohnya," jelas Gibran yang memperlihatkan di layar projector.
Semua mata tertuju pada layar projector dan di mana Gibran memperlihatkan alat kosmetik lipstik dengan beberapa rangkaian kata-kata yang di siapkannya.
" Ini adalah lispstik terbaru dari Glossi. Karena lipstik adalah kebutuhan wanita. Jadi saya yakin. Merek terbaru ini akan laku di pasaran dengan model, warna, dan keunikan dari lipstik tersendiri yang akan di rangkai menjadi suatu hal yang akan menarik para penikmat Glossi," jelas Gibran dengan percaya dirinya tidak lupa dengan senyum angkuhnya.
Orang-orang yang hadir dalam rapat saling melihat dan berbincang-bincang pelan yang mungkin ingin menyampaikan tanggapan mereka.
" Bagaimana ada yang ingin bicara," sahut Ari Purnama memberikan kesempatan untuk penghuni rapat.
" Maaf tuan Gibran," sahut salah seorang pria berkacamata sekitar 40 tahunan yang mengangkat tangannya.
" Silahkan," sahut Ari Purnama. Pria itu pun langsung berdiri.
" Begini tuan Gibran. Masalah produk ini yang tuan ajukan. Saya rasa itu hal biasa," sahut Pria itu membuat Gibran menatap serius Pria yang berkomentar itu yang berani mengatai idenya biasa.
" Begini tuan. Perusahaan Glossi setiap tahunnya akan mengeluarkan produk keosemetik dan terutama untuk lipstik. Jika proyek kita tahun ini mengeluarkan produk yang sama lagi. Lama-lama penikmat produk kita akan bosan dan bisa-bisa hanya akan berpatok pada 1 jenis saja," jelas Pria itu yang tampaknya tidak setuju dengan pendapat Gibran dan terlihat Gibran marah dengan komentar atas produk yang akan di ajukannya.
" Saya juga sependapat," sahut Pria yang satunya lagi membuat Gibran semakin kesal.
" Karena bisa saja penikmat konsumen kita yang mungkin saja. Tahun ini belum membeli prodak lipstik kita dan kita sudah mengeluarkan produk baru lagi. Yang ada masyarakat kita akan bosan dan mungkin bingung. Jika kita mengeluarkan produk yang sama-sama saja," sahut pria itu yang mengeluarkan pendapatnya.
" Lagian lipstik yang tuan ajuka juga. Sama saja tidak ada bedanya dengan lipstik sebelumnya," tambah lagi seorang Pria yang berkomentar dengan blak-blakan.
Orang-orang yang di sana pun kembali saling melihat dan saling berbicara mengangguk-angguk seakan tidak setuju dengan apa yang di katakan Gibran.
" Apa-apaan orang ini, berani-beraninya mereka komplen dengan ideku, bahkan mengatainya biasa saja, sama saja. Tidak bagus. Apa ide mereka lebih baik dari ku apa," batin Gibran sudah mengepal tangannya yang tampak tersinggung dengan komentar orang-orang yang ada di sana ya dia memang tidak boleh di kritik.
" Tunggu dulu bapak-bapak," sahut Gibran dengan cepat, " Begini ya para tuan-tuan terhormat. Lipstik adalah kebutuhan utama wanita. Jadi untuk menaikkan pasaran Glossi produk lipstik adalah yang paling terbaik dan sangat mudah di dapatkan," sahut Gibran untuk mempertahankan idenya.
" Iya kan pah," sahut Gibran seakan ingin papanya menyetujui istrinya. Ari Purnama tampak berpikir seakan mempertimbangkan ide dari Gibran.
" Tapi penikmat Glossi akan bosan jika brand kita hanya mengeluarkan produk-produk kosmetik saja, apa lagi lipstik, karena kita harus memikirkan persaingan bisnis dan jangan sampai brand lain mengeluarkan produ lebih bagus dan akhirnya brand Glossi akan hilang di pasaran," sahut Athar yang juga ikut menyampaikan tanggapannya dengan tutur kata yang bijak dan tenang.
" Sialan sih Athar, kenapa dia ikut-ikutan. Apa dia pikir idenya jauh lebih baik," batin Gibran semakin kesal.
" Apa kamu punya ide Athar untuk produk baru dalam Glossi?" tanya Ari Purnama yang terlihat memberi kesempatan pada Athar. Athar mengangguk berdiri dengan merapikan jasnya.
" Terima kasih untuk kesempatannya. Untuk pengeluaran produk terbaru dalam Glossi kali ini saya tidak ingin mengeluarkan produk dan dalam kosmetik, pakaian, sepatu, ataupun tas," sahut Athar.
" Jika tidak ada untuk apa komplen," desis Gibran.
" Tapi kali ini untuk lebih memperluas pasaran Glossi dan untuk mengembangkan hal lainnya. Dan untuk memberi kesempatan kepada semua orang di lama Grup Glossi. Saya ingin orang-orang yang ada di dalam grup Glossi yang bisa di katakan bekerja di perusahaan Glossi untuk memberikan idenya untuk pengeluaran produk terbaru dalam brand kita, atau lebih jelasnya ikut terlibat dalam pengeluaran produk terbaru," sahut Athar membuat penghuni rapat bingung dengan kata-kata Athar.
" Apa maksud kakak?" tanya Derry bingung.
" Begini, kita beri kesempatan kepada para seluruh karyawan untuk memberikan ide mereka. Menciptakan ide baru dan kita bisa memilih ide siapa yang cemerlang yang mungkin akan meningkatkan kualitas Perusahaan," sahut Athar.
" Maksud kamu apa semacam kontes," sahut Ari Purnama.
" Iya pah," sahut Athar mengangguk.
" Apa yang kamu pikirkan Athar. Kamu ingin melibatkan karyawan untuk semua ini. Memang mereka akan punya ide apa. Itu juga hanya buang-buang waktu saja, mereka tidak tau apa-apa," sahut Gibran yang langsung memprotes.
" Tidak akan ada waktu yang terbuang. Apa yang kita lakukan akan menarik perhatian para konsumen dan pasaran produk kita akan semakin meningkat, karena masyarakat juga tau bahwa perusahaan Glossi dalam pengeluaran setiap produk selalu memberikan kesempatan untuk karyawan dalam memberikan identa. Yang mana itu juga menjadi salah satu daya tarik masyarakat setiap produk melibat kan karyawannya," sahut Athar lebih memperjelas maksudnya.
" Apa itu tidak sama saja. Jika para karyawan bisa saja hanya mengeluarkan lipstik, dan hanya melihat produk-produk yang lainnya," sahut salah seorang Pria.
" Kita punya karyawan bukan hanya satu. Tetapi ribuan dan tidak mungkin ide mereka hanya lipstik dan baiklah mungkin lipstik tapi mungkin lipstik yang berbeda yang kita tidak tau tau seperti apa," ucap Athar.
" Apa kamu ingin mengatakan lipstik yang aku ajukan terlihat biasa," sahut Gibran langsung posesif. Athar tersenyum tipis.
" Aku tidak mengatakan apa-apa. Jadi jangan berpikir yang lain-lain," sahut Athar dengan santai melihat Gibran dan mereka pun terus saling melihat.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 406 Episodes
Comments
에비𝑼𝒏𝒏𝒊𝒆
duh kasian Gibran,idenya ga diterima
2023-01-29
0