"Ah... Sial!" Geram Dewa mengetahui Hpnya lepas dari genggaman dan jatuh di atas keramik putih di bawahnya. Membuat keramik itu sedikit pecah di bagian ujungnya. Namun saat Dewa berjongkok berusaha untuk mengambil Hpnya kembali tiba-tiba....
"Hmm...Bau apa ini?!!" Heran Dewa setelah mencium bau yang cukup menyengat saat mencoba mengambil Hpnya.
"Mas...mas... Ada apa mas? Kayaknya tadi saya denger ada barang yang jatuh ya?." Panggil kedua Bapak-bapak yang tadi di luar ternyata ikut menyusul ke dalam rumah setelah mendengar sedikit keributan di ruangan bagian dapur.
"Kenapa pak? Saya 'kan tadi sudah bilang nggak usah di susul nggak apa-apa pak." Ucap Dewa yang masih berjongkok di depan pintu kamar mandi.
"Hehehe lha sampeyan juga lama mas. Kami berdua jadi jenuh nunggunya. Jadi kita mau memastikan kalo masnya nggak kenapa-kenapa." Tutur salah satu bapak itu.
"Hemm...busuk!! Bau apa ini mas? Ada bangkai tikus ya?" Tanya bapak yang satunya menutup hidungnya rapat-rapat.
"Hiiiii...ayo leh kita keluar aja.. mas ayo keluar aja dari sini rumah ini pasti angker mas!" Ujar bapak yang lebih tambun terlihat ketakutan.
"Hushhh..diem sul. Itu paling cuma bangkai tikus aja sul. Iya 'kan mas?" Jawab bapak yang lebih kurus menanggapi.
"hehehe, Nggak tau juga pak." Jawab Dewa singkat.
Dewa pun mencoba mencari sendiri asal dari bau yang tiba-tiba muncul menyeruak itu. Hingga akhirnya ia sadar akan satu hal. Bau itu muncul dari retakan keramik yang tak sengaja di buat Dewa sesaat yang lalu. Ia dan kedua bapak-bapak itu kemudian memastikan dengan mendekatkan hidung mereka ke lantai. Dan benar saja! Mereka semua merasakan hal yang sama. Bau busuk yang sangat menyengat dari retakan kecil di pojok keramik itu.
Dewa pun juga merasakan hal yang ganjil tatkala mengetahui jika keramik itu tidaklah di pasang dengan semen, melainkan dengan hanya memasangnya saja dengan perekat seadanya. Rumah itu bagaikan di selimuti dengan sejuta misteri.
Tokk tok tokk.......tokk tokkk tokk....tokk tokk tokkk
Dewa belum merasa puas. Ia mencoba memastikan kembali dengan mengetuk keramik di bawah kakinya satu persatu. Dan ternyata dugaannya benar! perbedaan suara antara satu keramik dan yang lainnya berbeda. Seakan ada beberapa keramik yang kurang solid dan terkesan berongga di bagian bawahnya. Kedua orang yang berdiri itu hanya memandangi Dewa dengan terheran heran.
"Bapak-bapak, saya minta bantuan buat mecahin keramik satu ini ya. Saya pengen ngecek sesuatu." Ucap Dewa meminta bantuan.
Dengan cukup susah payah mereka bertiga mencoba memecahkan satu keramik untuk sekedar pembuktian terakhir. Dan setelah satu kotak keramik terkelupas. Bau yang busuk itu semakin menguap membuat mereka bertiga mual. alhasil karena tak tahan, kedua bapak-bapak yang menemani Dewa segera lari ke depan rumah dan memuntahkan semua makan malam mereka. Dewa awalnya tak begitu mual namun melihat kedua orang itu malah muntah-muntah di depannya membuat dia tak tahan lagi. Akhirnya ketiga orang yang baru bertemu itu muntah berjamaah di depan rumah.
Setelah sejenak merasa baikan dewa segera mengambil Hpnya dan rokoknya di kantong. Karena sudah merasa ada yang tidak beres, Dewa yang sesekali masih menutup hidungnya dengan sarung tangan yang di beri minyak kayu putih itu segera melaporkan temuannya ke kantor polisi. Dewa bersikukuh ingin polisi melakukan pembongkaran malam ini juga. Kendati malam sudah mencapai dini hari. Namun itu belum cukup untuk membuat Dewa kehilangan semangatnya. Ia meminta Damkar, ambulans, dan beberapa tim forensik dan juga polisi untuk segera datang secepatnya. Dewa sangat yakin dirinya akan berhasil kali ini.
...****************...
Di kantor polisi
"Selamat malam Tuan Anton, perkenalkan saya Budi. Saya akan menanyakan beberapa pertanyaan pada anda. Saya berharap anda bisa kooperatif dengan aparat,". Tegas Budi memperkenalkan dirinya sebagai penyidik.
"Hm" jawab Anton dengan acuh.
"Saya sudah mendengar semua kronologi kasus tentang anda tuan. Apakah anda membenarkan semua tuduhan tersebut?" Tanya Budi.
"Nggak! Aku nggak merasa melakukannya" balas Anton berkilah.
"Lalu, bagaimana anda menjelaskan tentang luka di tubuh anak perempuan anda? Kami sudah melakukan visum tuan. Telah di temukan luka sobek di bagian area sensitif anak anda. Hanya ada dua pria di rumah itu yang mempunyai kemungkinan besar menjadi pelakunya yaitu Anda atau adik ipar anda. Sekarang saya hanya ingin anda menjawab jujur. Anda tidak perlu mengelak lagi dengan bukti yang sudah kami pegang!" Ucap Budi mengintimidasi.
"Memangnya kenapa? Toh dia bukan anak kandungku. Lagipula aku hanya bermain-main dengannya. Hahahaha" Ujar Anton. Pria yang sudah menjadi trending topik pembicaraan di semua headline berita dengan skala nasional itu.
"Permainan macam apa yang mengakibatkan tiga tulang rusuk bocah berusia dua tahun bisa patah seperti itu?!" Bentak Budi yang sudah ikut terpancing dengan raut wajah tak bersalah yang di tunjukkan pria biadab di hadapannya.
"Sekarang jawab pertanyaan saya dengan benar! Apa yang anda lakukan terhadap Ana? Bagaimana anda bisa mengakibatkan luka pada bagian bawah dari anak tiri anda yang masih balita?!" Sambung Budi lagi seraya membereskan mejanya.
"Hahahaha.. aku tidak memperk*sanya pak polisi yang baik. Waktu itu seperti biasa. Kami bertiga minum hingga kami teler semua. Aku nggak sengaja lihat saat bocah pembawa sial itu sedang tidur aku hanya mencoba memasukkan jari-jariku ke dalamnya. Hahaha bocah sial*n itu malah terbangun dan menangis keras sekali. Karena kaget aku kemudian menarik dan melemparnya ke samping. Aku hampir saja menginjak kepalanya jika saja tetanggaku yang sok ikut campur itu tidak datang" Jelas Anton yang membuat Budi terkejut bukan main. Dia tak habis pikir bagaimana ada di dunia manusia sebiadab orang ini.
"La-lalu bukankah ada ibu dari Ana disana? Apa dan bagaimana reaksinya ketika anda melakukan hal keji itu? Dan apa sebenarnya motif anda tuan Anton?!" Tanya Budi kembali setelah sejenak terdiam.
"Hmmm.. tidak ada. Aku hanya iseng saja...malah aku dan istriku tertawa terbahak-bahak bersama melihat aku kaget dan membanting si bocah sial*n itu... Bahkan saat bocah itu tak berhenti menangis saat itu, ibunya menamparnya hingga bocah itu benar-benar diam. Dan kami akhirnya bisa tidur pulas." Kembali keterangan dari Anton membuat Budi hanya bisa mengelus dada. Sungguh kedua makhluk itu bukanlah manusia mereka hanya mempunyai akal namun tidak mempunyai hati!.
"Boleh saya meminta ijin untuk merokok dulu pak?" Ucap Anton menyela Budi yang sedang mengetik.
"Nanti! setelah saya selesai membuat dokumen penahanan untuk anda tuan Anton" Ucap Budi tanpa menoleh sedikitpun.
"Bedebah!" Umpat Anton merasa kesal.
Cklkkk...srrrhhhhhhhhh
(Suara minuman botol bersoda di buka)
"Ahhh segarnya.. kau mau pak polisi?" Tanya Anton menawarkan. Dengan sekali tegukan Anton segera meminumnya. Rupanya bercerita panjang lebar semalaman ini membuatnya cukup kehausan. Ia masih belum bisa keluar dari ruang interogasi ini sebelum semuanya selesai.
"Tidak. oh iya..Satu lagi tuan Anton. Mengenai penyerangan di parkiran cafe kopi tempo hari. Kami sudah mengumpulkan bukti beserta saksi-saksi. Apakah anda membenarkan peristiwa tersebut? Dan apa motif anda melakukannya?" Tanya Budi memulai lagi interogasinya.
"Aku hanya di suruh." Jawab Anton singkat.
"Siapa?" Balas Budi.
"Kau tidak perlu tahu tuan polisi yang baik! Aku hanya di berikan perintah untuk membunuh orang yang memakai baju biru gelap. Dengan bayaran yang lumayan. Tapi sepertinya aku salah orang. Hahaha.." Jawab Anton.
"Siapa yang menyuruhmu!" Tegas Budi.
"Hei tuan!..kau tidak apa-apa tuan Anton? Tuan Anton?" Panggil Budi melihat Anton yang hanya berdiam diri sembari memegangi lehernya. Wajah pria paruh baya itu memerah seperti kepiting rebus dengan bibir yang pucat membiru yang hanya mengunci seakan menahan sesuatu.
Aaarrrrrrrrhhhhhhhgggggg...bruakkk..
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
Yuli Eka Puji R
kok dpt minuman bersoda dr mana thor othor yg nhasih ya,
2023-01-12
0
Ciaaaaa_sasaa🌻
Knpa tuh si Anton kak wkwk liat hantu atau kracunan kh
2022-08-21
2